Penjajah Israel membombardir kamp tenda pengungsian di Rafah, Selatan Jalur Gaza, Ahad (26/5/2024) malam. Lebih dari 30 orang warga Palestina tewas. Sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Saksi mata dari kamp tersebut melaporkan, “Pesawat tempur Israel mengebom kamp tersebut dengan sedikitnya 8 rudal... Dan api masih berkobar di kamp tersebut akibat pengeboman tersebut.”
Gaza sontak bagaikan seonggok neraka di Bumi berdasarkan gambar yang berseliweran di media sosial. Tidak ada lagi tempat yang “benar-benar aman” di Gaza.
“Pesawat Israel menargetkan beberapa tenda di daerah tersebut. Rudal dan bom seberat 2.000 pon (sekitar 1 ton) juga digunakan,” demikian laporan dari Anadolu.
Koresponden media TRT melaporkan, pada Ahad malam, 35 orang warga Palestina tewas dan lebih dari 20 lainnya terluka dalam serangan teranyar yang dijatuhkan tentara Israel terhadap tenda-tenda pengungsi, di sebelah barat kota Rafah.
UNRWA menyatakan, “Jumlah korban tewas dan cedera akibat serangan Israel baru-baru ini di Rafah mungkin melebihi 100 orang.”
Baca juga: Sinergisme Negara-Negara OKI Versus Genosida Israel di Palestina: Cermin Sikap Bahrain, Indonesia, dan Mesir
Menurut Pertahanan Sipil di Gaza, melalui sebuah pernyataan, 50 warga Palestina pada Ahad malam dipindahkan “di antara para martir dan terluka akibat pemboman Israel” ke kamp pengungsi di daerah Tal al-Sultan.
Lima warga, termasuk seorang ibu hamil, tewas akibat penyerangan terhadap sebuah rumah di sebelah barat Rafah. Tiga warga tewas, di antaranya juga seorang ibu hamil, akibat penyerangan terhadap rumah yang menampung pengungsi di Tal al- Lingkungan Sultan, sebelah barat Rafah. Tiga orang tewas dalam penargetan pesawat pengintai di Jalan Al-Zuhur di kamp Nuseirat di tengah Jalur Gaza. Sembilan orang tewas akibat penargetan sebuah rumah di Nuseirat.
“Di dalam pembantaian Rafah, terdapat banyak kasus amputasi, luka bakar parah, serta korban perempuan dan anak-anak,” demikian pernyataan dari Pertahanan Sipil di Gaza.
Pembantaian itu terjadi di daerah aman. Israel tidak memperingatkan penduduknya dan tidak meminta evakuasi terhadap para pengungsi. Peristiwa itu terjadi dua hari setelah Mahkamah Internasional memutuskan untuk memerintahkan Israel segera menghentikan serangan militer di Rafah. Jadi, ini merupakan pernyataan secara tidak langsung, mereka akan terus melanjutkan pembantaian itu tanpa peduli di ranah internasional.
Sejak tanggal 6 Mei 2024, Israel telah melancarkan serangan darat ke Rafah. Keesokan harinya mereka merebut sisi Palestina dari perbatasan Rafah dengan Mesir. Hal itu menyebabkan penutupan penyeberangan korban luka dan bantuan kemanusiaan yang sudah langka. Mereka menutup pintu keluar bagi orang-orang terluka yang membutuhkan perawatan dan masuknya bantuan kemanusiaan dari luar.
Serangan tersebut memaksa setidaknya 810.000 warga Palestina mengungsi dari Rafah, di mana terdapat sekitar 1,5 juta orang, termasuk sekitar 1,4 juta orang yang mengungsi dari daerah lain di Jalur Gaza.
Perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 116.000 warga Palestina tewas dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, serta sekitar 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut nyawa anak-anak dan orang tua.
(Sumber: Dari Berbagai Sumber)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!