Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengedarkan panel peta interaktif ketika membahas masalah poros perbatasan Philadelphia antara Jalur Gaza dan Mesir saat konferensi pers di Al-Quds, Palestina pada Senin (02/09/2024). Namun, dalam gambar itu menimbulkan beragam kontroversi. Netanyahu menghapus peta Tepi Barat dari Palestina. Hal ini mengungkap agenda Penjajah Israel yang rasis, dan akan terus melanjutkan pembantaiannya terhadap warga Palestina.
Akhir-akhir ini, Tepi Barat mengalami peningkatan eskalasi pembantaian dari Penjajah Israel. Operasi militer terbaru dilancarkan sejak seminggu lalu. Para Penjajah menargetkan para pejuang Palestina, khususnya di Jenin, Tulkarem, dan Tubas.
Menteri Luar Negeri Israel, Yisrael Katz, mengatakan, “Ancaman di Tepi Barat harus ditangani persis seperti yang ditangani di Jalur Gaza.”
Peta tersebut mendapat kritik dari berbagai penjuru, salah satunya dari Kementerian Luar Negeri Palestina, mereka mengecam tindakan Netanyahu atas penggunaan peta secara berulang kali, yang menggambarkan Tepi Barat sebagai Wilayah Penjajah Israel. Perilaku ini merupakan pengakuan jelas atas kejahatan kolonial rasis yang meremehkan legitimasi internasional dan keputusan-keputusannya.
"Peta Netanyahu mengungkap kebenaran agenda kolonial dan rasis dari pemerintah sayap kanan ekstremis," kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah pernyataan, dikutip Anadolu, Rabu (4/9/2024).
Peta Kontroversi
Peta tersebut menunjukkan Palestina yang terbagi menjadi dua bagian, yang pertama berwarna biru dan mereka sebut sebagai “Israel” -dengan bahasa Ibrani-. Di sana termasuk wilayah Tepi Barat, tanpa menunjukkan perbatasan atau nama tempatnya.
Bagian kedua, disorot dengan warna kuning. Mereka sebut sebagai “Jalur Gaza” -dengan bahasa Ibrani-, termasuk wilayah perbatasan Philadelphia.
Ini bukan pertama kalinya Netanyahu menyelundupkan peta wilayah Tepi Barat ke Israel. Sebelumnya, Netanyahu menyampaikan pidato di hadapan Majelis Umum PBB, dengan memegang peta Israel tanpa mengakui keberadaan negara Palestina. Warna biru yang tercatut kata Israel mendominasi seluruh peta Negara Palestina, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza.
"Penjahat Internasional"
Duta Besar Negara Palestina untuk Inggris bertanya, dimanakah letak Tepi Barat pada peta ini? Perdana Menteri Israel menjawab:
“Tujuan Israel adalah untuk melenyapkan rakyat Palestina dan merebut apa yang tersisa dari tanah kami!”
Pakar hukum humaniter internasional, Boughala Bouacha, melaporkan, pidato Perdana Menteri Israel akan dicatat dalam sejarah sebagai pengakuan eksplisit. Atas pengakuannya di hadapan dunia, bahwa Israel akan tetap berada di ‘antara sungai dan laut’ tanpa batas waktu, selama dia masih berkuasa."
"Gaza mempunyai kepentingan keamanan. Sedangkan bagi Tepi Barat, ini mempunyai kepentingan agama, psikologis, politik dan strategis. Tujuan utama Israel selalu: Tepi Barat," lanjut Boughala.
Adapun peneliti Leticia Rodriguez berharap setelah melihat peta ini, tidak ada lagi satupun yang terus memikirkan solusi dua negara, faktanya Penjajah Israel masih terus melakukan genosida dan telah menghapus Palestina dari peta.
Harapannya, apa yang tercantum dalam peta Netanyahu tidak membawa ideologi tersembunyi, karena program Partai Likud Israel -berhaluan sayap kanan- yang dikeluarkan pada tahun 1977 memuat gagasan tentang kedaulatan Israel. Hal itu terangkum dalam kalimat yang berbunyi, “Antara laut dan Yordania tidak akan ada apa-apa selain kedaulatan Israel,” yang konsisten dengan tidak adanya wilayah Tepi Barat dari peta Perdana Menteri Penjajah Israel.
(Sumber: Al-Araby)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!