Perselisihan tajam antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan Menteri Pertahanan Yoav Galant kembali memanas. Galant menolak mengadakan konferensi pers gabungan bersama dengan Netanyahu pada sabtu, 02/12/2023.
Sebelumnya, Netanyahu mengajak Galant untuk mengadakan konferensi pers bersama menanggapi situasi terkini, namun Galant menolaknya. Bahkan, ia malah memilih mengadakan konferensi pers terpisah di Tel Aviv.
Netanyahu mengklaim bahwa segala kebijakannya didasarkan atas mandat yang ia dapat dari negara Israel untuk memimpin. Ia pun menegaskan bahwa tidak akan bertindak berdasarkan jajak pendapat.
Ia mengacu pada jajak pendapat yang kerap kali diadakan. Hasilnya, popularitas Perdana Menteri Israel dan partai-partai sayap kanan yang berkuasa anjlok. Misalnya, dalam jajak pendapat yang diterbitkan oleh surat kabar Israel "Maariv" menunjukkan bahwa hanya 26% warga Israel yang mendukung pemerintahan Netanyahu.
Sebenarnya api perselisihan di internal pemerintah Israel sudah tampak pada minggu-minggu pertama perang di Gaza. Perselisihan diawali dengan saling tuding mengenai kegagalan mencegah operasi “Badai Al-Aqsa” pada 7 Oktober lalu.
Baca Juga : Amerika Diambang Perpecahan Imbas Perang Gaza
Ketika Netanyahu tidak menjawab pertanyaan wartawan Israel mengenai laporan yang terbit beberapa bulan lalu dari Badan Keamanan Umum dan Intelijen Militer, memberi peringatan kepadanya akan kemungkinan perang yang belum ada solusinya.
Netanyahu membantah telah menerima laporan ke kantornya yang berisi peringatan potensi pecahnya perang di beberapa lini dan kemungkinan adanya skenario serangan mendadak yang mungkin akan dilancarkan oleh Hamas.
Dalam cuitannya di platform X, Netanyahu menuduh tentara dan badan intelijen bertanggung jawab karena gagal memperingatkan dan mencegah peristiwa “Sabtu Hitam” pada tanggal 7 Oktober lalu.
Tweetnya mendapat kritik keras dari mitra koalisi pemerintahan darurat dan anggota kabinet perang. Benny Gantz, tokoh oposisi di Kabinet bahkan menyalahkan Netanyahu dengan mengatakan, “ketika Israel berperang, pemimpinnya (Netanyahu) harus bertanggung jawab, mengambil langkah yang tepat dan mendukung tentara serta pasukan keamanan untuk mencapai apa yang diminta dari mereka”.
Tak lama berselang Netanyahu meralatnya, “Saya melakukan kesalahan dan apa yang saya katakan setelah konferensi pers (kepada para pemimpin dewan perang kemarin) seharusnya tidak diucapkan, dan saya meminta maaf atas hal itu.”
Dalam momen yang lain pada pertengahan bulan lalu (November), menteri pertahanan Israel Yoav Galant dan anggota kabinet perang Benny Gantz berjabat tangan usai konferensi pers di Tel Aviv, namun mereka mengabaikan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Sumber : Al Jazeera
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!