PANDEKHA UGM Bersama Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Demokratis Soroti Guncangan Demokrasi dan Dinasti Politik

PANDEKHA UGM Bersama Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Demokratis Soroti Guncangan Demokrasi dan Dinasti Politik
Zainal Arifin Mochtar dalam diskusi PANDEKHA UGM bersama Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Demokratis / Kanzul R. (Sabili.id)

PANDEKHA UGM berkolaborasi dengan Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Demokratis, Rabu, 22 November 2023, menyelenggarakan diskusi publik bertema “Guncangan Demokrasi: Dinasti Politik, Netralitas Penyeleggaraan Pemilu, dan Politisasi Yudisial” itu secara hybrid online melalui zoom dan Offline di Auditorium FH UGM. Acaranya dimulai pukul 13.30 WIB.

Di diskusi tersebut, pakar hukum tata negara UGM, Zainal Arifin Mochtar, menyampaikan, terjadinya dinasti politik di Indonesia dipicu karena biaya politik yang sangat mahal. Zainal Arifin Mochtar yang sering disapa Mas Uceng itu menyebut sejumlah faktor yang mengiringi biaya politik mahal, sehingga memicu munculnya dinasti politik di Indonesia.

Pertama, karena memang sistem pemilu yang sama sekali tidak ada hambatan untuk itu. Mulai dari sistem pemilunya, sistem peraturan hukum perundang-undagannya, itu tidak punya hambatan sama sekali. Karena pemilu kita juga, harus kita akui, konsep pemilu berbiaya mahal. Biaya mahal itu dalam artian kita tidak punya pembatasan-pembatasan pengunaan uang dengan detail. Beda misalnya dengan di beberapa negara yang menerapkan pembatasan pengunaan dana kampanye,” katanya.

Faktor kedua, menurut Mas Uceng, pada saat yang sama memang partai lemah. Lantas mengapa kondisi ini naik? “Karena partai sangat lemah, partai berubah menjadi terlalu pragmatis. Partai rasanya tidak punya orang juga, jarang juga partai bawa orang sendiri, maka yang dilakukan partai ya biasanya membajak orang,” ujarnya.

Di dalam kesempatan itu juga, Mas Uceng menyampaikan kondisi Indonesia saat ini. Ada pertanyaan, mengapa politik keluarga dapat mendominasi di Indoensia? Zainal Arifin Mochtar lantas menjawab.

“Hal itu disebabkan karena nyaris tidak ada hambatan sama sekali bagi politik-politik keluarga ini. Sistem pemilu berbiaya mahal itu membuat orang terpaksa mencari pihak yang bisa membiayai pemilu,” ucapnya.

Baca Juga : Maju Kena Mundur Kena

Mitos-Mitos Politik

Sementara itu, Akademisi Okky Madasari mengungkap mitos-mitos yang timbul menjelang pemilu. Okky mencatat, setidaknya ada lima mitos yang digunakan Jokowi untuk mulai berkuasa hingga bagaimana memuluskan anaknya untuk menjadi Cawapres.

Saya mencatat ada lima mitos yang diproduksi Jokowi ini, yang akhirnya membuat kita semua terninabobokan. Pertama, adalah mitos bahwa Jokowi orang baik. Mitos orang baik ini adalah mitos pertama yang sengaja direproduksi sejak Jokowi baru mau mulai berkuasa. Bahwa dia kurang (bermental) iblis-lah, atau lebih baik dari calon sebelah, dan lain-lain, lalu dengan segala narasi dikedepankan bahwa beliau adalah calon (presiden) yang sederhana, pekerja keras, bisa masuk ke gorong-gorong, lalu kemudian citra cerita bahwa anaknya adalah penjual martabak, dan anaknya adalah penjual pisang goreng, itu semua melengkapi imajinasi kolektif kita, bahwa yang kita hadapi ini adalah orang baik,” urainya.

Okky mengungkap, dari cerita itu kita dibuat memaklumi segala kebijakan Jokowi, meski pun itu buruk. Mitos yang dibangun itu seolah-olah menunjukkan bahwa kebijakan Jokowi sudah pasti benar. Jika pun tidak, maka hal itu bukan dari Jokowi.

Dan ketika orang baik menjadi penguasa, orang baik itu nggak bisa melakukan kesalahan, apalagi punya strategi jahat. Kalau pun ada kesalahan, pasti itu orang-orang di sekitarnya, kan? Pasti orang-orang yang mengomporin dia, terus memprovokasi dia, dan seterusnya. Kita termakan dengan itu semua, sehingga akhirnya kita selalu membela dia dan membiarkan omnibus law, revisi KPK, dan berbagai hal-hal lainnya terjadi,” jelasnya.

Baca Juga : Blunder Membawa Berkah

Mitos yang kedua menurut Okky, adalah bahwa setiap dia berkompetisi, kalimat yang dikedepankan adalah bahwa ini adalah demokrasi. Semua orang berhak memilih dan dipilih.

Lihat apa yang terjadi, ketika anaknya mencalonkan diri menjadi Walikota Solo, menantunya (mencalonkan diri menjadi) Walikota Medan, lalu kita berteriak-teriak ‘dinasti politik’, ‘ada nepotisme’, ‘ada pelanggaran etik’, itu semua akan selalu dibantah bahwa ‘ini kan demokrasi, silakan untuk nggak memilih, karena ini kan demokrasi, semua orang kan bisa dan boleh’. Sekarang pertanyaan saya, ‘Ini Mas Umar nyalonin jadi walikota untuk tahun depan, karena bukan anak Jokowi, memang bisa?’ Kita jangan terbuai (dengan kalimat) bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama sehingga semua orang berhak untuk dipilih,” ulasnya.

Okky lalu menjelaskan tentang mitos yang ketiga. Mitos yang ketiga nih, sangat berbahaya, yaitu mitos tentang pemimpin muda. Jangan termakan bahwa pemimpin pemuda yang harus kita dukung!” katanya.

Okky menyindir Prabowo Subianto yang belakangan suka joget-joget di atas panggung. “Bahwa seolah-olah joget di atas pangung itu merepresentasikan anak muda yang hobi joget-joget, yang hanya peduli pada tampilan lucu-lucuan, viral-viralan. Ini pembodohan dan penghinaan terhadap akal sehat kita,” katanya.

Okky pun berpesan agar kita semakin cerdas dan tidak termakan aneka mitos yang coba dikembangkan saat ini. “Mitos keempat adalah mitos yang bahaya banget, nih. Yaitu mitos pemimpin kuat. Ada mitos pemimpin gemoy, bahwa seolah-olah pemimpin yang joget, pemimpin yang mengemaskan, pemimpin yang lucu, itulah yang harus kita pilih. Wah, jangan mau dibodohi gitu! Dan mitos yang terakhir yang dibangun adalah presiden netral. Hari gini masih percaya mitos presiden netral? Nggak cawe-cawe? Mitos bahwa dia nggak ikut-ikutan? Mitos bahwa ‘ah, itu urusan partai’? Itu nggak mungkin! Kita bisa melihat apa yang terjadi di hadapan kita,” katanya.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.