Penulis : Andi Muh. Akhyar,M.Sc. (Direktur Sekolah Astronomi Islam Indonesia dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu Falak King Abdulaziz University, KSA)
Dengan menggunakan hisab wujudull hilal, Muhammadiyah menetapkan 1 Dzulhijjah 1444 H jatuh pada hari Senin 19 Juni 2023 sehingga Idul Adhanya pada Rabu 28 Juni 2023. Adapun pemerintah yang menggunakan rukyat, menetapkan awal Dzulhijjah tanggal 20 Juni 2023 dan idul Adha jatuh pada Kamis 29 Juni. Ada perbedaan satu hari antara Muhammadiyah dan Pemerintah.
Menariknya untuk bulan selanjutnya, pemerintah dan Muhammadiyah telah menyepakati bahwa 1 Muharram 1445 H akan jatuh pada 19 Juli 2023. Hal ini bisa dilihat dari kalender Muhammadiyah ataupun Kelender resmi Pemerintah yang memberikan tanggal merah pada 19 Juli untuk 1 Muharram. Dengan demikian, pelaksanaan puasa Asyura pada tanggal 10 maupun puasa tengah bulan tiap tanggal 13 – 15, akan bersamaan antara Muhammadiyah dan pemerintah. Ini menarik untuk dianalisis mengapa berbeda dalam penetapan Idul Adha tapi sepakat dalam penetapan Muharram.
Karena 1 Dzulhijjah Muhammadiyah tanggal 19 Juni, maka 29 Dzulhijjahnya tentu tanggal 17 Juli. Sesuai dengan kriteria hisab wujudul hilal, karena pada hari itu bulan sudah berada di bawah ufuk ketika matahari terbenam, maka bulan berjalan diistikmalkan 30 hari. Bagi Muhammadiyah, 18 Juli merupakan tanggal 30 Dzulhijjah sehingga 19 Juli dipastikan 1 Muharram1445 H. Adapun pemerintah, karena lebih lambat 1 hari, 29 Dzulhijjahnya tentu jatuh pada 18 Juli. Jika penetapan Muharramnya bersamaan, berarti jumlah hari di bulan Dzulhijjah bagi pemerintah hanya 29 hari. Tidak ada istikmal sebagaimana Muhammadiyah.
Berbeda dengan awal Dzulhijjah yang gunakan rukyat, untuk bulan Muharram pemerintah menetapkan awal bulan dengan metode hisab imkanurukyat Neo-Mabims. Dengan menggunakan hisab kontemporer dengan akurasi tinggi, diketahui bahwa Ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 18 Juli 2023, berkisar antara 5,03o di Merauke, Papua sampai dengan 7,50o di Sabang, Aceh. Untuk jarak lengkung bulan dan matahari berkisar antara 7,44o di Waris, Papua sampai dengan 8,57o di Sabang, Aceh. Nilai ini sudah memenuhi kriteria hisab imkanurukyat Neo-Mabims. Oleh sebab itulah, pemerintah telah memutuskan bahwa 1 Muharram 1444 H bertepatan dengan 19 Juli 2023.
Analisis lanjutan menarik dilakukan terhadap ormas lain yang juga memiliki lembaga falakiyah seperti Nahdatul Ulama (NU), Wahdah Islamiyah (WI), dan Persatuan Islam (Persis). NU dan WI merupakan ormas yang konsisten berpegang pada metode rukyat untuk setiap penentuan awal bulan Islam. Tim NU dan WI akan turun merukyat pada 29 Dzulhijjah atau tanggal 18 Juli. Jika melihat data hilal di atas, dengan merujuk pada hasil penelitian Internasional, insyaAllah diprediksi akan ada laporan positif keterlihatan hilal pada 18 Juli 2023 di Indonesia. Dengan demikian, kemungkinan besar NU dan WI pun akan mengeluarkan keputusan yang sama dengan Muhammadiyah dan Pemerintah. Adapun Persis, karena gunakan hisab berkriteria yang sama dengan pemerintah, tentu juga akan menghasilkan putusan yang sama.
Lebih menggembirakan lagi, karena para penganut rukyat global Saudi arabiyah di seluruh dunia juga dipastikan berawal Muharram tanggal 19 Juli 2023. Saudi Arabiyah menetapkan awal Dzulhijjah pada 19 Juni 2023 karena adanya laporan keterlihata hilal di wilayah Tumair. Akibatnya, 29 Dzulhijjah akan jatuh pada 17 Juli 2023. Baik gunakan metode rukyat ataupun hisab, Saudi pasti akan mengistikmalkan bulan Dzulhijjah jadi 30 hari karena hilal sudah berada di bawah ufuk saat matahari terbenam pada 29 Dzulhijjah versi Saudi.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!