Kepolisian Kota Aleppo di Suriah utara pada Senin (30/12/2024) mengungkapkan penemuan lima kuburan massal berisi ribuan korban penyiksaan. Informasi ini diperoleh dari laporan eksklusif Al Jazeera, yang juga menunjukkan bukti-bukti resmi tentang nasib para korban yang dimakamkan secara massal.
Dokumen resmi yang diakses media Al Jazeera mengungkapkan bahwa sekitar 7.000 jenazah telah dimakamkan di daerah Khan Al-Asal, sebelah barat Aleppo. Sebagian besar korban adalah warga sipil yang meninggal akibat penyiksaan. Selain di Khan Al-Asal, dokumen tersebut juga menyebutkan adanya 1.500 tahanan yang meninggal akibat penyiksaan dan dimakamkan di Pemakaman Baru Aleppo. Selain itu, 1.200 jenazah lainnya ditemukan di Pemakaman Naqarin. Semua itu menambah panjang daftar korban kekejaman yang telah berlangsung lama di kota ini.
Sebelumnya, Al Jazeera telah memeroleh foto dan informasi eksklusif yang memerkuat keberadaan kuburan massal di berbagai wilayah di Suriah. Rezim Suriah diketahui menggunakan sejumlah lokasi untuk memakamkan korban-korban mereka secara massal. Hal itu menciptakan catatan kelam dalam sejarah kemanusiaan negara tersebut.
Hingga kini, kuburan massal terbesar yang telah ditemukan terletak di Kota Qatifah, sekitar 70 kilometer di utara ibukota Damaskus. Laporan menyebutkan bahwa jumlah korban yang dimakamkan di sana mencapai puluhan ribu. Hal itu menjadikannya salah satu lokasi pemakaman massal paling mengerikan dalam konflik Suriah.
Wakil Direktur Pertahanan Sipil Suriah untuk Urusan Kemanusiaan, Munir Mustafa, mengonfirmasi bahwa hingga saat ini telah ditemukan 16 kuburan massal di berbagai wilayah Suriah. Penemuan ini semakin menguatkan bukti bahwa terjadi kekejaman sistematis selama rezim sebelumnya berkuasa.
Setelah rezim Bashar al-Assad jatuh pada 8 Desember lalu, tuntutan untuk mengungkap nasib orang-orang yang hilang secara paksa di Suriah semakin menguat. Organisasi-organisasi Suriah dan internasional memerkirakan lebih dari 100.000 orang masih hilang.
Penemuan kuburan massal di Aleppo dan wilayah lainnya merupakan pengingat kelam tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama bertahun-tahun di Suriah. Upaya untuk mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi para korban harus terus menjadi prioritas dalam proses rekonsiliasi negara itu. Dunia internasional memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa kejahatan semacam ini tidak pernah terulang lagi.
(Sumber: Al Jazeera)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!