Pengamat militer sekaligus ahli strategi perang, Kolonel Hatem Al-Falahi, mengatakan, penyergapan dilakukan oleh Brigade Al-Qassam – sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) – menggunakan bom barel di lingkungan Tal Al-Sultan Selatan kota Rafah, di Jalur Gaza. Di dalam penjelasan yang disampaikan pada hari Kamis (20/6/2024) itu, ia juga menjabarkan alasan terjadinya kepanikan di kalangan tentara penjajah di Jalur Gaza.
Pada Kamis Malam, media militer Brigade Al-Qassam mengumumkan bahwa mereka berhasil meledakkan tank Merkava di lingkungan Tal Al-Sultan, selatan kota Rafah. Al-Qassam menjelaskan, tank tersebut menjadi sasaran setelah mereka memantau selama beberapa hari pergerakan pasukan Israel di daerah tersebut. Menggunakan alat peledak tanam dan menunggu saat yang tepat, setelah tank Merkava masuk jangkauan alat peledak tersebut, pejuang Al-Qassam meledakkannya.
Ledakan itu menyebabkan semua orang di dalam tank terbunuh dan cedera. Menurut Al-Qassam, dengan kekuatan ledakan besar yang menimpa tank Merkava menyebabkan terbunuhnya semua orang di dalamnya atau minimal mereka yang selamat ada anggota tubuhnya yang harus diamputasi.
“Pihak penjajah memerlukan waktu beberapa jam untuk mengevakuasi jenazah tentaranya dari lokasi,” demikian laporan dari Al-Qassam.
Al-Falahi menjelaskan dalam analisis “kejutan” di Jalur Gaza, pada gilirannya, ranjau yang disiapkan Al-Qassam dalam penyergapan itu menyerupai laras yang mereka sebut bom barel. Mekanisme kerjanya melalui ledakan dari bawah ke atas dengan kekuatan yang luar biasa.
Baca juga: Hubungan Amerika-Israel Merenggang
“Ledakan terjadi melalui mekanisme bobot tekanan pada tambang, kemudian rangkaian listrik mulai bekerja sehingga menimbulkan ledakan besar, atau mungkin ledakan terjadi melalui kabel yang terhubung ke tambang, lalu ditarik oleh Pejuang Al-Qassam,” jelas Al-Falahi.
Pengamat militer menghubungkan kelanjutan operasi Al-Qassam dengan upaya untuk menghilangkan sisa-sisa tentara penjajah selama beberapa jam.
Penyergapan Kamp Shaboura dan Kepanikan Penjajah
Para tentara penjajah melompat dari kendaraan militernya dan melarikan diri ke gang-gang Kamp Shaboura setelah serangan dari Al-Qassam yang menargetkan tank Merkava di kamp tersebut. Al-Falahi mengatakan, situasi itu terjadi karena kepanikan melanda para tentara penjajah itu.
“Hal ini disebabkan oleh keadaan teror dan kepanikan yang menjangkit sebagian besar tentara penjajah di Jalur Gaza, setelah mereka melihat Al-Qassam berulang kali menargetkan tank-tank canggih dan membunuh orang-orang di dalamnya,” katanya.
Proses evakuasi Israel setelah penargetan sebuah tank di kompleks Sa’uudi di Jalur Gaza membuatnya tertunda selama beberapa jam. Penyebabnya, bagi mereka ledakan tank dan tewasnya orang-orang di dalamnya telah menjadi mimpi buruk. Para penjajah kocar-kacir. Mereka mulai melarikan diri ke luar kendaraan karena tahu tanknya menjadi target sasaran. Tetapi karena kondisi ini, mereka justru menjadi sasaran empuk bagi pejuang Al-Qassam (Hamas) yang mengejar mereka di gang-gang dan jalan-jalan, dan dari jarak yang sangat dekat, hingga berjarak nol.
“Peperangan pada ranah penduduk kota memerlukan kebugaran fisik, semangat tinggi, dan keterampilan khusus. Inilah yang tidak dimiliki oleh tentara Penjajah di Jalur Gaza,” tambah Al-Falahi.
Al-Falahi berpendapat, oleh karena itu banyak tentara di Israel yang yakin bahwa melanjutkan perang adalah proses yang tidak masuk akal. “Pembicaraan untuk melenyapkan Hamas adalah bullshit (omong kosong, red), dan pemulangan para tahanan hanya dapat dicapai melalui negosiasi,” ujarnya.
Baca juga; Serangan El Fasher dan Khartoum di Sudan, Negara-Negara Arab Buka Suara
Sebelumnya, Brigade Al-Qassam telah mengumumkan bahwa mereka melakukan penyergapan kompleks yang menargetkan dua tank Merkava dan dua kendaraan jenis “Eitan” dengan rudal “Al-Yassin 105”. Mereka telah siap, lalu melenyapkan tentara penjajah dari jarak nol di Shaboura. Kamp di Rafah. Mereka juga memantau pendaratan helikopter untuk mengevakuasi tentara yang tewas dan terluka dalam Penyergapan.
Menurut Al-Falahi, operasi tersebut terjadi setelah upaya tentara Penjajah untuk menembus wilayah tersebut dan berupaya menembus jauh ke dalam wilayah pertahanan dari kamp Shaboura menuju seluruh kota Rafah.
Daerah ini terkenal dengan kepadatan penduduknya yang besar. Sehingga, proses pertempuran di dalamnya sangat sulit. Al-Qassam sengaja memberikan ruang kepada pasukan pendudukan yang menyerang dalam kondisi bujukan yang berulang-ulang, sambil diseret ke sebuah zona pembunuhan yang dipilih. Ketika mereka tiba, pasukan Al-Qassam mulai menyerang. Dengan menargetkan zona tersebut, pasukan Qassam beralih dari bertahan ke posisi menyerang.
Pakar militer itu pun memperkirakan, jumlah korban penyergapan ini akan melebihi 35 tentara dan perwira tentara Penjajah. Baik tewas atau terluka. Itu merupakan jumlah total tentara dari dua tank dan dua kendaraan tersebut.
(Sumber: Al Jazeera)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!