Pengamat: Usaha Netanyahu Gagalkan Gencatan Senjata Tak Akan Berhasil

Pengamat: Usaha Netanyahu Gagalkan Gencatan Senjata Tak Akan Berhasil
Pengamat: Usaha Netanyahu Gagalkan Gencatan Senjata Tak Akan Berhasil / AP

Pada Rabu (19/2/2025), beberapa surat kabar melaporkan, penjajah Israel telah memutuskan untuk memulai negosiasi tahap kedua tentang kesepakatan pertukaran tahanan, tetapi dengan syarat pelucutan senjata pejuang Palestina. Sontak Hamas menolak persyaratan tersebut, baik pelucutan senjata maupun keluar dari Gaza.

Netanyahu bersikeras agar syarat fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata: Pelucutan senjata di Gaza dan menolak untuk menyerahkan kendali Gaza kepada Otoritas Palestina, demikian laporan dari saluran televisi Israel, Channel 12.

kedua akan dimulai bersamaan dengan kedatangan utusan khusus Amerika Serikat, Steven Witkoff, ke Israel.

Menurut para analis, sejak awal Netanyahu memulai kesepakatan ini dengan niat tidak akan menuntaskannya hingga akhir fase tahap ketiga. Namun, tak mereka sangka, senyatanya kini Trump – sekutu terkuat penjajah Israel – menyerahkan keputusan ke negara-negara Arab, yang berada di posisi berbeda dengannya dalam kesepakatan tersebut, terutama negara Mesir.

Di Balik Kesepakatan Penjajah Israel - Hamas

Pengamat politik Israel, Ihab Jabarin, mengatakan, masalah utama dalam kesepakatan gencatan senjata tersebut adalah, Netanyahu berniat untuk mengadakan kembali tragedi genosida, bukan untuk menciptakan realitas politik baru antara Palestina dan Israel. Ia juga berharap Trump akan membatalkan kesepakatan setelah fase pertama. Tetapi ternyata hal itu tidak terjadi.

Sejauh ini, Netanyahu terus menolak keterlibatan Hamas dan Otoritas Palestina dalam pemerintahan di Jalur Gaza. Namun, di sisi lain, PM Israel tersebut tidak menawarkan opsi alternatif yang jelas.

Masih menurut Jabarin, sebelumnya Netanyahu mengandalkan Trump untuk memberikan alternatif tersebut. Namun, ternyata Trump mengalihkan keputusan ke negara-negara Arab, dan situasi ini di luar prediksi Netanyahu.

Kepala Lembaga Kepentingan Nasional di Washington, Khalid Safouri, mengatakan, faktor masalah lambatnya ketercapaian fase kedua kesepakatan gencatan senjata bukan hanya dari manuver Netanyahu untuk menggagalkan kesepakatan. Ada faktor lain terkait cara pandang Trump yang sangat pendek dalam melihat persoalan antara pejuang Hamas dan Penjajah Israel.

Masih menurut Safouri, Trump memandang negosiasi politik seperti bisnis transaksi real estat. Ia hanya memerhatikan tercapainya kesepakatan, tanpa memastikan kesepakatan tersebut dapat dijalankan atau tidak. Trump terlalu cepat puas, dan menganggap tercapainya kesepakatan adalah “kemenangan” yang tidak bisa dicapai oleh Presiden AS sebelumnya, Joe Biden.

Faktor lainnya adalah kepercayaan Trump yang berlebihan terhadap kemampuan utusannya dalam kesepakatan tersebut, Steven Witkoff. Sedangkan rekam jejak Witkoff tidak memiliki pengalaman dalam politik. Ia hanya memiliki pengalaman melakukan negosiasi dan kesepakatan di sektor properti.

Sehingga, Trump sendiri – akibat blunder tersebut – tidak tertarik untuk membatalkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan itu. Namun, ia mendukung Netanyahu untuk mengajukan syarat-syarat baru yang sebelumnya tidak ada dalam perjanjian awal.

Kartu Truf Milik Pejuang Palestina

Seorang pengamat politik, Ahmad al-Hila, berpendapat, para pejuang Palestina dan mediator tidak akan menerima syarat tambahan dalam tahap kedua kesepakatan yang diusulkan Penjajah Israel. Sebab, Palestina telah memenuhi semua kesepakatan, dan Israel tidak melakukannya.

Menurut al-Hila, Trump dan Witkoff juga tidak ingin menggagalkan kesepakatan ini, karena dapat membuka skenario-skenario lain yang sulit diprediksi. Hal inilah yang kemungkinan membuat Trump menarik pernyataannya terkait rencana pemindahan paksa warga Gaza, dan memilih menyerahkan permasalahan tersebut kepada negara-negara Arab.

Masih ditahannya beberapa tawanan Israel yang masih hidup – yang sebagian besar adalah personel militer – membuat setiap upaya untuk menambahkan syarat baru semisal pelucutan senjata Hamas atau pengusiran warga dari Gaza akan dianggap sebagai kemunduran bagi Israel – terutama bagi penduduknya. Oleh karena itu, menurut Safouri, kartu truf sejati tetap berada di tangan Hamas, karena para tahanan yang masih hidup dan senjata mereka. Jika Hamas menyerahkan kedua hal ini, maka mereka akan kehilangan segalanya.

Sumber: Al Jazeera

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.