Penulis: Muhammad Naufal (Kader Dewan Dakwah Jakarta Utara)
Tak heran nenek Megawati kerap kali melontarkan perkataan yang kontroversial dalam urusan Keagamaan. Mungkin nenek ini belum menyerap seluruh ilmu agama yang sedang dianutnya, lantaran hanya "pernah" mengikuti pengajian. Entah itu sekali satu tahun atau hanya sebatas memenuhi undangan pengajian besar.
Dalam kitab Al-Mar'atu Al-Mu'ashirah (Wanita Kontemporer) karya Syekh Mahmud Syakir menyatakan tiga peran penting emak-emak dalam mengurus rumah tangga sebagai Ibu, dan magnet romantis sebagai Istri.
Pertama, peran sebagai pengasuh anak. Peran ini merupakan dasar pokok dalam melahirkan generasi muda yang kompeten dan kuat untuk masa depan bangsa. Peran ini juga hanya bisa ditanggung oleh pundak-pundak seorang Ibu yang luar biasa hebat.
Sang Ibu selalu membesarkan seorang pemuda perkasa yang rela mengorbankan dan memperjuangkan sesuatu hanya kepada Allah SWT dengan menumbuhkan cinta jihad yang tinggi dan sejati. Tumbuh jiwa kepemimpinan dan kebijaksanaan, berkembangnya jiwa kepahlawanan dan kegagahan bahkan memupuk jiwa keberanian dalam membela tanah air dan negara untuk kebahagiaan dunia dan akhirat di sisi Allah SWT.
Kedua, peran sebagai pekerja profesional. Selain mengasuh anak, emak-emak punya hak untuk mengisi ruang karier yang dibutuhkan bangsa seperti dokter, perawat, guru, pegawai dan lainnya. Begitu pun dalam organisasi kemasyarakatan seperti karang taruna, pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK), pos pelayanan terpandu (Posyandu), dan dewan kemakmuran masjid (DKM).
Di Masjid sering kali emak-emak menjadi bendahara dalam organisasi tersebut. Nampaknya emak-emak cukup piawai dalam jabatan tersebut, dibanding bapak-bapak yang cenderung boros dan kurang mampu memenej keuangan. Menteri Keuangan saja dipegang oleh wanita saat ini.
Tak hanya itu, secara rutin peran emak-emak memakmurkan masjid melalui pengajian-pengajian, sekaligus melakukan da'wah islamiyah. Menjadi bukti bahwa peran emak-emak dalam melaksanakan dan mengikuti pengajian bukan sekadar menambah ilmu agama melainkan menjalankan kewajiban seorang muslim untuk berda'wah.
Ketiga, peran sebagai penyejuk suami. Pada peran ini lebih memfokuskan emak-emak sebagai pendamping setia suami, sebagai pasangan romantis yang diharapkan oleh sang suami.
Seperti, menyediakan sarapan, menyodorkan pundak untuk bersandar kala suami gundah, mencium tangan saat pulang sebagai bentuk rasa hormat, mengerok badan suami yang sedang masuk angin, dan menampilkan senyuman menyambut suami pulang dari bekerja. Perlakuan inilah fungsi seorang Istri sehingga dapat melanggengkan hubungan menjadi kekal dan sang suami merasakan jaminan ketenangan dari sang Istri.
Allah SWT Yang Mahakuasa berfirman,
Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. – QS. Ar-Rum:21
Inilah peran penting Emak-emak yang telah dirumuskan oleh Syekh Mahmud Syakir Al-Dimasqy dalam berumah tangga, baik di dalam maupun di luar rumah. Jadi, ucapan nenek Mega yang sempat viral anggap saja angin lalu. Lanjutkan budaya pengajian yang sudah bagus ini dan telah menjadi bagian dari da'wah islamiyah kita. Seperti kaidah Ushul Fiqh yang berbunyi:
Yang artinya "Memelihara hal-hal lama (baca-tradisi) yang bagus serta mengambil hal-hal baru yang lebih baik". Wallahu 'Alam Bishowwab
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!