Peringati Bulan Bahasa, Komunitas ODTW Luncurkan Buku Antologi Terbaru
Komunitas One Day To Write (ODTW) memeriahkan momen Peringatan Bulan Bahasa pada Oktober ini dengan kembali menggelar acara peluncuran buku terbaru. Acara itu diadakan di Mall Grand Pramuka Square, Jakarta Pusat, Senin (27/10/2025).
Seperti sebelumnya, buku yang diluncurkan itu merupakan buku antologi yang berisi karya anak-anak terpilih yang berasal dari beberapa sekolah berbeda. Yang sedikit lebih berkesan, kali itu tim ODTW meluncurkan 2 buku sekaligus, yang sebagian besar isi ceritanya bergenre fantasi. Acara launching dua buku itu dibagi 2 sesi. Sesi pertama adalah Peluncuran Buku Antologi untuk Remaja di jam 11.00 WIB, dan Peluncuran Buku Antologi untuk Anak pada sesi kedua di jam 14.00 WIB.
Founder komunitas ODTW, Lala Elmira, menjadi pemandu acara di kedua sesi tersebut. Di sesi pertama, buku yang di-launching berjudul "Aurora and a Book of 1000 Miracles". Berisi 54 karya peserta terpilih dari 9 SMP di Jabodetabek, di antaranya Pondok Pesantren An-Nur Darunnajah 8 Cidokom, SMP Muhammadiyah 39 Jakarta, SMP Labschool FIP UMJ, SMPIT Assu'adaa, SMP Muhammadiyah 31 Jakarta, SMP Negeri 182 Jakarta, dan lainnya. Antologi ini lahir dari workshop Best 2 Write dan Peringatan Bulan Bahasa.yang digagas oleh tim ODTW. Acara tersebut juga diisi sesi talkshow bersama beberapa guru perwakilan sekolah. Di antaranya Riza Gilang Ernawati, S.Pd, Gr dari SMP Azhari Islamic School Rasuna; Windy Ekananda Putri, S.Pd dari SMP Islam Tugasku; dan Nuzulurrizqi Arief Wicaksono, M.Pd dari SMP Kartini 3.
Riza mengungkapkan, kegiatan workshop menulis bersama ODTW ini sudah dijadikan salah satu kegiatan wajib di sekolah. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar para siswa bisa lebih melek literasi, semakin suka membaca buku, lebih berani menulis, dan tidak terus berkutat pada gadget mereka. Riza juga mengatakan, workshop ini bisa lebih menumbuhkan rasa cinta anak-anak kepada bahasa Indonesia.
"Mereka jadi ketahuan kalau punya bakat (menulis), tetapi mungkin selama ini belum digali saja," kata Miss Riza, sapaan akrabnya.
Dibandingkan workshop kepenulisan ilmiah yang juga pernah diadakan ODTW di sekolah mereka, menurut Riza, anak-anak lebih banyak tertarik untuk menulis tulisan fiksi. Sebab, kalau tulisan ilmiah mereka dituntut untuk riset dan belajar mendalam tentang sebuah topik terlebih dahulu. Sedangkan dalam fiksi, mereka bisa berkreasi dan berimajinasi dengan lebih bebas. Sehingga, mereka bisa menulis dengan cara yang seru dan menyenangkan.
Tetapi bukan berarti penulisan ilmiah — semisal esai, artikel, dan lain-lainnya — tidak penting. Keduanya sama penting. Tulisan ilmiah sangat diperlukan dalam bidang akademik dan pendidikan, sementara tulisan fiksi sangat membantu melatih anak dan remaja untuk bisa menuangkan segala perasaan, ide, imajinasi, dan kreativitas mereka.
Di acara itu juga terungkap, SMP Islam Tugasku menginisiasi sebuah wadah kegiatan bernama PUSTAR (Pustakawan Remaja) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan minat literasi siswa. Salah satu guru penggagasnya, Windy, mengungkapkan, program tersebut sudah diadakan sejak 3 tahun terakhir. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan oleh tim PUSTAR adalah menyurvei minat baca siswa, untuk mengetahui jenis bacaan apa saja yang sedang digemari pelajar saat ini.
Selain itu, tutur Windy, dalam rangka memeringati Bulan Bahasa, SMP Islam Tugasku sempat mengadakan sebuah kegiatan menarik bertajuk “Misteri Teman Pena”. Kegiatan ini bernuansa nostalgik, karena menghidupkan kembali tradisi lama berkirim surat di era digital. Para siswa yang berminat diajak untuk menulis surat kepada teman satu sekolah secara anonim (tanpa mencantumkan nama penerima), tetapi tetap mencantumkan nama pena (atau pun nama asli) mereka di surat terebut. Kegiatan ini dilangsungkan selama lima hari, mulai Senin hingga Jumat, dan setiap harinya mereka bebas menulis 5 surat yang berbeda.
Kegiatan itu diharapkan bisa menjadi ajang untuk melatih kemampuan menulis para siswa, khususnya untuk menulis dengan bahasa yang baik dan benar, bahasa yang sopan, efektif, baku, serta kalimat-kalimat yang lebih tertata. Ia menuturkan, banyak siswa yang antusias mengikuti kegiatan ini, karena menulis surat secara manual menggunakan kertas seperti ini pastinya menjadi pengalaman baru bagi mereka.
Miss Windy — sapaan akrabnya — di kesempatan itu menyampaikan, salah satu tantangan dalam mengajak anak-anak untuk berani menulis yaitu adanya AI (Artificial Intelligence) yang sedang marak digunakan di zaman sekarang ini. Dengan adanya AI, banyak siswa yang justru jadi malas memaksimalkan kemampuan mereka. Mereka lebih memilih untuk mencari jalan pintas yang lebih cepat, menggunakan AI, untuk merangkai ide cerita mereka.
Tak bisa dimungkiri, kehadiran AI saat ini seperti sebuah pedang, yang memiliki 2 sisi mata pisau. Bisa menjadi positif jika kita menggunakannya dengan bijak, namun bisa menjadi negatif jika digunakan untuk berbuat kecurangan. Di dalam dunia kepenulisan, sebenarnya penggunaan AI boleh-boleh saja, jika untuk sekadar membantu mencari ide dan inspirasi cerita, membantu brainstorming, membantu sedikit memoles kalimat, mencarikan judul, atau hal-hal teknis lainnya. Tetapi akan jadi salah jika kita meminta AI untuk membuatkan satu cerita utuh atau melakukan plagiarisme. Sebab, dengan begitu, cerita kita jadi tidak orisinil lagi. Dan kredibilitas sebagai penulis sudah tidak murni lagi.
Sedangkan Nuzulurrizqi sebagai pembicara terakhir, menekankan agar jangan membatasi ruang kreatif anak dalam menulis. Terutama untuk para remaja. Di usia mereka yang baru menginjak puber, pasti mulai merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Sehingga, ada keinginan untuk bisa mengeksplor genre cerita romansa atau pun yang lainnya. Namun, mereka harus tetap dibimbing oleh orang dewasa, terutama para guru.
“Dengan bimbingan, kita juga sebagai guru harus bisa memberi batasan sampai di mana anak bisa menulis (genre tersebut), sampai di mana juga anak boleh mengeksplor,” ujarnya.
Acara ditutup dengan pemberian sertifikat dan cenderamata kepada para guru perwakilan sekolah. Juga kepada para penulis remaja yang karyanya diterbitkan dalam buku "Aurora and a Book of 1000 Miracles".