Brigade Golani dikenal sebagai salah satu brigade terkuat dalam jajaran pasukan Penjajah Israel. Brigade ini memiliki sejarah panjang sebagai ujung tombak dalam berbagai operasi militer sejak didirikan. Brigade ini dianggap memegang peran penting di mata para pemimpin Israel, yang selalu mengandalkan ketangguhan dan keberanian prajuritnya.
Namun, pada Ahad, 13 Oktober 2024, Brigade Golani menerima pukulan telak dalam serangan tak terduga yang dilancarkan oleh milisi Hizbullah. Kejadian itu berlangsung saat para prajurit Brigade Golani tengah menikmati makan malam di ruang makan di sebuah pangkalan pelatihan militer di dekat daerah Binyamina, selatan Haifa. Malam itu, yang awalnya biasa saja, tiba-tiba berubah menjadi momen penuh horor ketika sebuah drone yang diluncurkan oleh Hizbullah berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel.
Roket tersebut jatuh tepat di tengah ruang makan, menghancurkan suasana, dan menewaskan empat prajurit serta melukai 67 lainnya. Peristiwa itu digambarkan oleh banyak pengamat sebagai salah satu serangan paling mematikan yang dialami Israel sejak dimulainya Pertempuran Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Sejak insiden tersebut, foto dan video dari lokasi kejadian tersebar di media sosial, menambah sorotan terhadap kerentanan pertahanan Israel. Para aktivis di media sosial membuat tagar #TheLastSupper (perjamuan terakhir) bagi 4 tentara Israel yang tewas.
Tagar itu sebagai tanda bahwa serangan tersebut bukan sekadar pukulan fisik bagi Israel, melainkan juga simbol kehancuran mental. Tanggal 13 Oktober 2024 pun kini tercatat sebagai hari dengan jumlah korban luka terbesar bagi Israel sejak serangan besar pada tahun sebelumnya, dengan lebih dari 100 tentara terluka dalam pertempuran melawan milisi Hizbullah Lebanon serta sejumlah lainnya dalam penyergapan di Jalur Gaza.
Serangan itu juga menggambarkan kemampuan Hizbullah yang jauh lebih kuat dari yang diperkirakan oleh Israel. Dengan berhasil melancarkan serangan hingga jauh di dalam wilayah Israel, Hizbullah menyampaikan beberapa pesan penting. Pertama, kekuatan militer dan intelijen mereka kini melampaui apa yang selama ini diyakini oleh para pemimpin Israel. Kedua, sistem pertahanan udara Iron Dome yang selama ini diandalkan, terbukti rapuh ketika dihadapkan dengan serangan-serangan drone yang dilakukan oleh milisi Lebanon.
Kemampuan intelijen Hizbullah dari serangan ini juga menjadi topik pembahasan di kalangan pengamat. Serangan tersebut diyakini tidak terjadi secara kebetulan, melainkan melalui pengintaian yang cermat. Lokasi kamp pelatihan Golani tidak pernah dipublikasikan sebelumnya, namun berhasil diidentifikasi oleh Hizbullah, yang kemudian mengoordinasikan serangan di waktu dan tempat yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa Hizbullah memiliki kemampuan untuk menembus lapisan intelijen Israel.
(Sumber: Al Jazeera)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!