Khawarij adalah kelompok sesat dalam Islam yang telah ada cikal bakalnya di masa Nabi shallallahu alaihi wa salam, berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri tentang kisah Dzul Khuwaishirah yang berkata kepada Nabi shallallahu alihi wa sallam “Adillah hai Muhammad!”. Peristiwa itu terjadi saat pembagian ghonimah usai Perang Hunain. Dialah yang menjadi cikal bakal Khawarij sebagaimana yang dinubuwahkan oleh nabi dalam sabdanya, “Dia punya pengikut yang kalian akan merasa minder bila membanding shalat kalian dengan shalat mereka, membanding puasa kalian dengan puasa mereka. Mereka membaca Al-Quran tapi tak melewati kerongkongan, mereka melewati batas agama sebagaimana anak panah menerobos sasarannya.”
Dalam riwayat lain beliau bersabda, “Kalau saja aku bertemu dengan mereka akan aku binasakan mereka sebagaimana dibinasakannya kaum Aad.” Tak sampai di situ, dalam riwayat Ahmad dan ath-Thabrani dari Abu Umamah, Rasulullah bahkan sampai menggelari mereka dengan anjing neraka dan sebagai korban tewas terburuk yang ada di kolong langit.
Mengapa beliau menyifati Khawarij sedemikian dahsyat, padahal Ali bin Abi Thalib sebagai Amirul Mukminin dan Khalifah saat itu mengatakan Khawarij tidak kafir. Tentu ada pertanda bahaya sehingga Rasulullah sangat mewaspadai kemunculan kelompok dengan sifat-sifat seperti itu.
Bila kita telusuri sejarah khawarij dan bahayanya atas ummat maka ada satu hal yang menjadi ciri mereka, yaitu menumpahkan darah sesama muslim dengan alasan pengkafiran. Tatkala kelompok khawarij berontak dari Ali dan bermarkas di Nahrawan mereka membentuk pemerintahan sendiri dan mengangkat Abdullah bin Wahb Ar-Rasibi sebagai pemimpin. Saat itulah mereka meminta semua warga tunduk pada mereka dan menanggalkan baiat kepada Ali. Bahkan, bayi pertama yang lahir dalam Islam yaitu Abdullah bin Khabbab bin Art, putera sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam Khabbab bin Art, yang merupakan wakil Ali di wilayah itupun mereka bunuh dengan cara yang sadis.
Ketika mereka bertemu dengan Abdullah bin Khabbab yang sedang bersama dengan budak wanitanya maka merekapun menginterogasinya. Tatkala diberitahu bahwa mereka sedang berhadapan dengan salah satu putera sahabat nabi merekapun bertanya tentang hadits yang pernah dia dengar dari ayahnya. Lalu mereka tanyakan tentang Abu Bakar, Umar dan Utsman yang dijawab Abdullah dengan pujian. Sampai Ketika mereka menanyakan pendapat Abdullah tentang Ali dan Abdullah tetap memuji akhirnya merekapun berang dan memaki.
Baca Juga : Pandangan Ulama Dunia Terhadap Deklarasi Khilafah
Mereka membawa Abdullah dan budaknya ini menuju ke arah sungai untuk dieksekusi. Dalam perjalanan ada salah satu dari mereka yang memakan kurma jatuh, satu buah kurma jatuh hendak ditelan ke mulut tapi dicegah oleh temannya yang lain dan mengatakan itu harta yang haram maka diapun memuntahkannya. Lewat pula kumpulan babi ternak milik seorang Nashrani dan salah satu dari mereka mengibas-ngibaskan pedang sampai membunuh salah satu babi. Hal itu mereka sesali dan ketika pemilik babi datang merekapun meminta maaf dan memberikan ganti rugi.
Melihat itu Abdullah bin Khabbab pun berkata, “Aku ini muslim, melaksanakan shalat dan lebih harus kalian jaga darahnya daripada babi tadi.” Mereka bukannya peduli malah makin beringas bertindak. Abdullah bin Khabbab dibawa ke pinggiran sungai lalu disembelih layaknya binatang dan darahnya dialirkan ke sungai.
Yang lebih mengerikan, budak wanita Abdullah yang sedang hamil delapan bulan juga mereka seret untuk dibunuh. Ibu hamil inipun histeris sembari mengaduh, “Takutlah kepada Allah, aku hanyalah wanita yang tak tahu apa-apa, lagi pula sedang mengandung janin yang tak berdosa.” Bukannya iba, mereka malah makin angkara. Mereka hujamkan pedang ke perut ibu hamil yang tak berdaya, serta mengeluarkan janin dari perut ibunya.
Karena kasus inilah Ali sebagai khalifah kemudian memutuskan untuk membasmi kelompok Khawarij yang kemudian dikenal dengan nama perang Nahrawan.
Pola gerakan yang tak kenal kompromi, keras terhadap sesama muslim yang dalam anggapan mereka telah menyimpang, tapi lembut pada orang kafir asli adalah pola gerakan yang diwariskan oleh khawarij. Menurut mereka, apa yang dilakukan adalah bentuk pelaksanaan terhadap ajaran Islam yang murni, berdasarkan Al-Qur’an tuntunan ilahi. Akibatnya, setiap yang menentang akan dianggap murtad, lalu halal darah dan hartanya.
Inilah yang menjadi tafsiran dari sabda Nabi shallallahu alaihi wa salam, “Mereka menerobos batas agama laksana anak panah yang menembus sasaran”, artinya mereka berlaku kelewatan karena sikap mereka yang berlebih-lebihan. Berlebihan dalam memahami teks-teks ayat suci, tanpa mempertimbangkan fikih maslahat dan sikap hikmah bahwa Islam itu adalah agama yang penuh kasih sayang. Ketegasan dalam Islam bukan berarti mengabaikan nilai kesantunan.
Penganut paham ekstrem umumnya berpikiran dangkal dan tidak memiliki keluasan dalam ilmu fikih. Mereka tidak mau menggali hikmah mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak mau bahkan melarang membunuh Abdullah bin Ubay gembong munafik terkenal di Madinah. Ini karena beliau mencegah munculnya opini publik yang buruk bahwa Muhammad membunuh sahabatnya. Apalagi orang-orang munafik dan Yahudi di Madinah sangat pandai memutar balikan isu dan opini.
Baca Juga : Kendala Meraih Tawakal
Betapa Rasulullah sangat memperhatikan opini publik terhadap ajaran dan dakwah Islam sehingga sesuatu yang seharusnya sudah boleh dilakukan yaitu membunuh gembong munafik, terpaksa diurungkan demi kemaslahatan yang lebih besar. Semua itu perlu pendalaman fikih yang disertai keluasan pandangan dan pertimbangan matang. Itu hanya akan diberikan Allah kepada orang-orang yang bersikap bijak dalam tindakan dan adil serta cermat dalam mengambil keputusan.
Maka, setiap pemimpin umat di level manapun wajib hukumnya membimbing umat ke jalan yang lurus, seperti diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Karena orang atau kelompok yang memakai pola sembarang bunuh, bangga menyembelih sesama pengucap kalimat tauhid dan menggunting dalam lipatan dikala temannya berjihad melawan orang kafir akan selalu ada sebagaimana hadits dari Ali radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Akan datang nanti di akhir zaman suatu kaum yang usia muda, penuh impian kosong, mereka mengucapkan ucapan manusia terbaik, mereka menerobos batasan Islam sebagaimana anak panah menembus sasaran. Iman mereka tak melewati kerongkongan …” – HR. Al-Bukhari dan Muslim
Anshari Taslim
Disadur dari Majalah Sabiliku Bangkit Edisi 3/TH 01/DZULQAIDAH 1435/AGUSTUS 2014
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!