Pada Rabu (26/3/2025) malam, sekitar 10.000 warga Israel turun ke jalan melakukan demonstrasi di depan kantor pemerintahan, Yerusalem Barat. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang memberhentikan Kepala Badan Keamanan Dalam Negeri Israel (Shin Bet), Ronen Bar, serta rencana memecat Jaksa Agung Israel, Gali Baharav-Miara.
Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan, ribuan demonstran berbaris di Jalan Kaplan, yang terletak di antara Gedung Mahkamah Agung dan Knesset (parlemen Israel), sebelum akhirnya tiba di alun-alun yang berhadapan langsung dengan kantor pemerintahan. Demonstrasi itu juga dipicu oleh keputusan pemerintah yang mengesahkan anggaran negara sehari sebelumnya serta kebijakan reformasi peradilan yang kontroversial.
Sejumlah tokoh oposisi turut serta dalam aksi ini. Di antaranya termasuk mantan Menteri Pertahanan, Benny Gantz, yang kini memimpin blok politik National Unity. Sejumlah tokoh ekonomi dan peradilan juga bergabung dalam demonstrasi tersebut.

Sebelumnya, Polisi Penjajah Israel sempat membubarkan paksa puluhan pengunjuk rasa anti-pemerintah, yang sejak Selasa (25/3/2025) pagi duduk di depan gedung Knesset (parlemen) di Yerusalem Barat, sebagaimana dilaporkan oleh Radio Militer Israel.
“Aksi protes terhadap pemerintah terus berlanjut di Yerusalem. Para demonstran duduk di jalanan di pintu masuk Knesset setelah pengesahan anggaran pemerintah. Bentrokan pun terjadi antara polisi dan demonstran, hingga berujung pengusiran beberapa orang secara paksa dan penangkapan sembilan demonstran,” demikian laporan dari saluran televisi Israel, Channel 13.
Demonstrasi tersebut merupakan bagian dari gelombang protes yang terus berlangsung di Israel, di mana ribuan warga menolak kebijakan Netanyahu, termasuk keputusan untuk melanjutkan serangan ke Gaza sejak 18 Maret lalu. Warga Israel yang ikut dalam aksi juga khawatir akan keselamatan para tahanan Israel di Gaza akibat eskalasi konflik yang dipicu oleh kebijakan pemerintah.
Peningkatan ketidakstabilan politik di Israel membuat masa depan pemerintahan Netanyahu semakin berada di ujung tanduk. Sedangkan aksi protes diperkirakan akan terus berlanjut di berbagai kota besar di negara tersebut.
Militer Penjajah Israel sendiri telah melanjutkan serangannya ke Jalur Gaza sejak 18 Maret lalu, mengakhiri hampir dua bulan ketenangan dan gencatan senjata yang sebelumnya telah disepakati.
(Sumber: France 24, Al Jazeera, & Al Araby)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!