Pernyataan Presiden Rusia, Vladimir Putin, baru-baru ini mengundang sorotan internasional, terutama bagi penjajah Israel. Di dalam sebuah konferensi pers pada 14 April 2025, Putin secara terbuka menyampaikan apresiasi kepada kepemimpinan politik Hamas atas kerja sama mereka dalam membebaskan sandera yang memiliki kewarganegaraan Israel–Rusia. Putin menyebut pembebasan tersebut sebagai sebuah langkah yang "manusiawi".
Tindakan pejuang Hamas dalam membebaskan sandera ini menunjukkan adanya kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan, bahkan di tengah situasi yang penuh tekanan dan bahaya dari serangan bom yang brutal dan tanpa henti dari militer penjajah Israel.
"Saya pikir kita harus berterima kasih kepada kepemimpinan politik Hamas atas kerjasamanya dengan kami dan pelaksanaan tindakan kemanusiaan ini," kata Putin.
Ucapan tersebut sontak memicu reaksi keras dari pejabat dan media Israel. Media semisal Times of Israel menyoroti bahwa Putin tidak menyebut Hamas dengan istilah “teroris” atau “pembunuh", bahkan ketika berbicara langsung mengenai insiden yang melibatkan kelompok tersebut.

Beberapa tokoh Israel pun meluapkan kemarahannya di media sosial. Yosef Yisrael menulis di akun X miliknya. "Betapa menjijikkannya orang ini. Putin menjamu Sasha Trofanov dan keluarganya, lalu mengucapkan terima kasih kepada Hamas karena telah membebaskannya – di depan wajah Sasha sendiri," tulis Yosef.
Sedangkan Yoram Elisha menulis, "Untuk kalian yang masih bingung atau mendukung Netanyahu – Putin dan Hamas ada di pihak yang sama: kediktatoran brutal, pembunuhan lawan politik, dan nihilnya hak asasi manusia".
Bukan kali ini saja Putin memancing kegelisahan di kalangan penjajah Israel. Sebelumnya, ia juga mengritik keras tindakan militer Israel di Gaza, menyebut penggunaan kekuatan berlebihan terhadap warga sipil sebagai pelanggaran, dan menyoroti peran destruktif Amerika Serikat dalam konflik berkepanjangan ini.
“Meningkatnya kekerasan antara penjajah Israel dan Palestina menunjukkan kegagalan kebijakan Amerika di Timur Tengah. AS berusaha memonopoli proses perdamaian dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina, termasuk hak mereka untuk mendirikan negara merdeka,” tegas Putin.
Hubungan antara Rusia dengan Hamas telah berlangsung terbuka selama bertahun-tahun. Delegasi Hamas beberapa kali diterima secara resmi di Kremlin, dan Hamas sendiri menyebut Rusia sebagai “negara sahabat yang sangat dekat". Hubungan ini menunjukkan adanya saling pengakuan dalam ranah diplomatik dan kepentingan politik global.
(Sumber: Al Jazeera)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!