Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) menyerukan kepada seluruh organisasi pers nasional agar tidak tinggal diam atas gugurnya para jurnalis di Gaza. PJMI juga menegaskan pentingnya menggalang petisi kemanusiaan dan solidaritas global demi perlindungan jurnalis di Gaza yang hingga kini terus menjadi sasaran tembak dalam konflik yang belum berkesudahan. Hal itu dikatakan Ketua Umum PJMI, Ismail Lutan, dalam pidato penutup Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PJMI 2025, Jumat (25/7/2025) sore.
“Kami mendorong komunitas pers Indonesia bersatu, menyerukan aksi nyata berupa petisi kemanusiaan yang mendesak penghentian serangan terhadap jurnalis dan mendesak penguatan perlindungan terhadap mereka di wilayah konflik,” tegas Ismail.
Rakernas PJMI 2025 menjadi panggung penting untuk solidaritas bagi para jurnalis Muslim Indonesia terhadap rekan-rekan seprofesi di Gaza, Palestina. Sebab, hingga saat ini para jurnalis di Gaza masih terus menghadapi situasi ekstrem di tengah agresi genosida penjajah Zionis Israel.

Di dalam pidatonya itu, Ketua Umum PJMI, H. Ismail Lutan, menyebut, Rakernas PJMI tahun ini bukan hanya menjadi forum konsolidasi internal organisasi, tetapi juga momentum moral untuk menyerukan kepedulian dan keberpihakan pada kebebasan pers serta hak hidup jurnalis yang sedang bekerja di zona konflik. Terutama di Jalur Gaza.
“Kami menyampaikan duka dan penghormatan mendalam atas gugurnya para jurnalis di Gaza yang memertaruhkan nyawa demi mengabarkan kebenaran. Serangan Israel bukan hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga mengabaikan hukum humaniter internasional yang menjamin keselamatan jurnalis sipil,” tutur Ismail Lutan.
PJMI juga mengutuk keras praktik kelaparan massal (forced starvation) yang diterapkan Israel terhadap warga sipil Gaza, termasuk jurnalis yang bekerja tanpa perlindungan, dengan akses terhadap pangan, listrik, dan informasi yang diblokade total.
PJMI menegaskan, situasi Gaza kian memrihatinkan. Apalagi, menurut laporan terbaru Kementerian Informasi Palestina per 18 Juli 2025, sebanyak 228 jurnalis telah gugur akibat serangan Israel sejak agresi terbaru berlangsung. Mayoritas dari mereka terbunuh saat tengah menjalankan tugas jurnalistik di lapangan. Mereka membahayakan diri demi menerangi dunia dengan kebenaran dari wilayah genosida yang dibungkam.

“Bayangkan, mereka melaporkan kejahatan kemanusiaan di tengah kehancuran total, namun saat ini justru harus berjuang untuk bertahan hidup. Situasi ini mencerminkan kejahatan terhadap jurnalisme itu sendiri,” tegas Ismail.
PJMI Pun menyerukan pembentukan aliansi global untuk perlindungan jurnalis. Sebagai langkah strategis, PJMI mengusulkan dibentuknya Aliansi Global Jurnalis untuk Palestina, yang memerjuangkan perlindungan hukum internasional bagi pekerja media di wilayah konflik. PJMI juga mendorong diseminasi narasi media yang adil, berimbang, dan bebas dari bias propaganda dalam pemberitaan terkait Palestina.
“Kami tidak tinggal diam. Dunia pers harus bersuara. Jika jurnalis dibungkam dengan kekerasan dan peluru, maka kebenaran perlahan akan ikut terkubur. Ini bukan hanya soal Palestina, tetapi soal masa depan kemerdekaan pers dunia,” pungkas Ismail.
Rakernas PJMI 2025 digelar dengan salah satu mata acara inti berupa Diskusi Strategis bertajuk “Tantangan Jurnalis Muslim di Era Disrupsi Digital dan Artificial Intelligent (AI)”. Acara yang digelar satu hari penuh pada Jumat (25/7/2025) di Gedung G, Balai Kota DKI Jakarta, itu dihadiri puluhan jurnalis dari berbagai daerah. Turut hadir pula sejumlah tokoh media, serta perwakilan lembaga nasional dan internasional. Acara tersebut sekaligus menjadi titik tolak penguatan jaringan solidaritas dan kolaborasi antar jurnalis Muslim Indonesia dalam membela isu-isu keumatan dan kemanusiaan global.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!