Setelah 10 bulan perang berlangsung sejak operasi Badai Al Aqsa dimulai dilancarkan oleh pejuang kemerdekaan Palestina pada 7 Oktober 2023, tentara Israel mulai mengalami kekurangan personel militer. Hal ini memaksa militer Israel mencari personel tambahan. Namun, pada Senin (5/8/2024) terjadi gejolak penolakan warga Yahudi untuk mengikuti wajib militer di depan kantor perekrutan militer di kota Kiryat Ono, Israel Tengah. Massa yang berasal dari kelompok Yahudi Haredim menolak keras 1.200 orang dari kelompok mereka karena menerima panggilan wajib militer.
Sebelumnya, peraturan di Israel tidak mewajibkan Yahudi Haredim mengikuti dinas militer karena mereka mengabdikan hidup untuk mempelajari Taurat di lembaga-lembaga keagamaan. Namun, pada 25 Juni 2024, Mahkamah Agung memutuskan bahwa semua warga Israel harus mengikuti wajib militer tanpa terkecuali, termasuk kelompok Yahudi Haredim. Selain itu, Mahkamah Agung juga menerbitkan larangan pemberian bantuan keuangan ke sekolah agama Yahudi Haredim yang siswanya menolak dinas militer. Sejak saat itu, militer Israel mulai memanggil mereka untuk mengikuti wajib militer.
Hukum Israel mewajibkan setiap warga negara yang berusia di atas 18 tahun, baik pria maupun wanita, untuk wajib militer. Pengecualian Yahudi Haredim dari dinas militer telah memicu kontroversi selama beberapa dekade terakhir. Mereka dianggap oleh masyarakat Yahudi sekuler sebagai beban pajak negara, karena mereka dalam kehidupannya mendapat subsidi dari pemerintah. Mereka mendapatkan subsidi dari pemerintah sebagai imbalan atas dukungan terhadap pemerintah yang dipimpin berturut-turut oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Bentrokan terjadi pada Senin (5/8/2024). Ini bukanlah hal baru di Israel. Bentrokan lain juga terjadi antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Yahudi Haredim pada Selasa (30/7/2024) untuk mencegah diadakannya konferensi yang membahas cara merekrut Yahudi Haredim menjadi tentara.
Kelompok Yahudi Haredim berjumlah sekitar 13% dari populasi Israel yang berjumlah sekitar 10 juta jiwa atau sekitar 1,3 juta orang. Mereka meyakini bahwa menggabungkan Yahudi Haredim ke dalam masyarakat Yahudi sekuler mengancam identitas dan kehidupan beragama mereka. Mereka juga menolak pemikiran zionis. Mereka adalah sekte Yudaisme yang paling taat, memisahkan diri dari masyarakat sekuler untuk mengabdikan diri pada doa dan ibadah.
Kelompok Yahudi Pro-Zionis
Berbeda dengan Kelompok Haredim, Yahudi Ashkenazi adalah kelompok mendukung pemikiran zionis. Saat ini mereka menjadi salah satu etnis terbesar di Israel dengan jumlah penduduk lebih dari 2,8 juta orang. Yahudi Ashkenazi merupakan 85% masyarakat Yahudi di Israel pada 1948. Sejak awal pendirian Israel, Yahudi Ashkenazi telah memainkan peran penting ekonomi, media, dan politik negara tersebut. Mereka memimpin berbagai proyek pengusiran warga Palestina dengan membangun infrastruktur negara Yahudi hingga berdirinya Israel pada tahun 1948.
Populasi Ashkenazi dan dominasinya menjadi alasan mereka disebut sebagai pencetus pembentukan negara ilegal Israel saat ini.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!