Resensi Buku: Muhammad Sang Negarawan
Sosok Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul Allah sudah barang tentu menjadi tema kajian yang menarik dan luas. Dari kajian ini, muncul banyak turunan kajian lain tentang segala pemaknaan atas Islam, sunnah nabi, akhlak nabi, kebiasaan beliau, hingga melahirkan berbagai buku tentang tarikh beliau dan para sahabat.
Kajian kian berkembang mengulik posisinya sebagai pemimpin, panglima perang, pelaku entrepreneur, ahli strategi, dan kemudian menukik pada peran domestik beliau sebagai suami dan ayah. Entah berapa judul buku yang lahir dari kajian tentang sosoknya itu.
Melengkapi keping-keping keteladanan beliau yang otentik itu, buku “Muhammad Sang Negarawan” ini hadir menyapa umat Islam. Membabar sisi yang tak kalah menarik dan penting dari sosok Rasulullah Saw sebagai seorang negarawan ulung.
Baca Juga : Resensi: Akar Konflik Politik Islam di Indonesia
Betapa tidak ulung? Berkat jiwa kenegarawanan beliau, tatanan masyarakat gurun yang miskin, bodoh, dan suka terpecah belah berhasil beliau satukan. Setelahnya, masyarakat itu dibinanya dengan nilai-nilai keislaman, dikuatkannya pula tali ukhuwah di antara mereka dengan fondasi aqidah Islamiyah. Beliau organisir sedemikian rupa, sehingga muncul peradaban masyarakat sipil yang solid di Kota Madinah di bawah kepemimpinan beliau. Dari Madinah inilah pancaran jiwa kenegarawanan Rasulullah berkembang luas.
Di mulai dari penaklukan Makkah, bentuk negara Islam yang dipimpin oleh Rasulullah kian mantap budaya dan strukturnya. Ekspansi Islam yang dibangun berbasis kenegarawanan beliau seperti tak terbendung. Konstantinopel yang menjadi salah satu kiblat kebudayaan pada saat itu, jatuh ke tangan kekuatan Islam. Sehingga, pengaruh Islam menyebar ke seluruh jazirah Arab, Asia, Afrika, dan menyeruak ke jantung-jantung peradaban Eropa. Bahkan gelombang ekspansi Islam itu masih terus berjalan hingga hari ini.
Jiwa kenegarawan seperti apa yang mampu membangun fondasi bukan saja negara tetapi juga peradaban yang sangat powerful ini?
Nah, buku ini mencoba mengulik sisi kenegarawanan Muhammad Rasulullah Saw. Melacak dari bukti-bukti tarikh yang menguatkan bahwa penyematan status kenegarawanan pada nabi bukanlah klaim tanpa bukti.
Alur pikir buku ini dimulai dengan mengetengahkan keunggulan Muhammad sebagai pribadi yang agung. Tak sekadar agung dalam makna dogmatis tradisi keislaman. Penulis membalutnya dengan opini dan pengakuan para pemimpin besar dunia serta kajian obyektif para orientalis kondang. Latar pikir ini mampu meyakinkan bahwa kepribadian Muhammad memang layak untuk menjadi negarawan besar.
Setelahnya, penulis mengetengahkan fakta-fakta historis bagimana Muhammad Saw mendakwahkan Islam dan mengubah sikap masyarakat. Penulis kemudian memetakan sikap masyarakat Makkah terhadap dakwah Rasulullah Saw.
Bab II buku ini mungkin menjadi yang paling krusial untuk melihat sosok Muhammad sebagai negarawan. Penulis saya kira berhasil membangun bukti-bukti tarikh tentang efektifnya langkah dan strategi Muhammad Saw sebagai negarawan.
Baca Juga : Resensi: Melahirkan Pemimpin Masa Depan
Di tengah situasi politik tanah air yang sedang meningkat dinamis jelang Pemilu 2024, buku ini menyuguhkan bab lain yang tak kalah menggelitiknya. Saat sebagian umat Islam ada yang berjuang memenangkan salah satu Paslon yang dianggap sebagai representasi umat, sebagian umat Islam yang lain justru bersikap apriori, skeptis, masa bodoh, bahkan mengecam keterlibatan umat dalam politik.
Manusia sebagai Makhluk Politik, begitu judul bab ini, setidaknya memiliki dua relevansi penting bagi umat Islam Indonesia yang tengah tegang menyongsong Pemilu. Pertama, penyadaran bahwa politik itu lekat dengan fitrah kita, sehingga tak semestinya kita hindari, justru politik harus menjadi alat dakwah yang strategis. Kedua, edukasi tentang pribadi tepercaya. Umat sering bingung tentang siapa yang harus dipilih. Semua Capres Islam. Nah, buku ini memberi pedoman tentang kekuasaan berbasis kepercayaan. Di antara semua yang muslim itu, siapa yang paling punya modal untuk dipercaya membawa umat pada kebaikan?
Penulis juga melengkapi penuturan tentang Muhammad Saw sebagai negarawan dengan pembandingan basis filsafat politik Islam dan filsafat politik Barat yang akan memberi nutrisi pengetahuan bagi para pembaca terkait keunggulan paradigma filsafat politik Islam dibandingkan dengan filsafat politik Barat.
Buku yang penting dibaca untuk menjadi bekal bagi kaum muslimin dalam menghadapi Pemilu 2024!
Data teknis buku:
Penulis: Tohir Bawazir
Dimensi: 15.5 x 24 cm
Cover: Soft Cover
Kertas: HVS
Halaman : 232 hal
Cetakan: Pertama, September 2023
Penerbit: Pustaka Al Kautsar