Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA Menteng) menggelar kajian khusus untuk akhwat pada Ahad, 24 November 2024, di Aula Sakinah, Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Kajian khusus akhwat yang mengangkat judul “Cerita Kita Tak Seperti di Layar Kaca” itu menghadirkan Ustadzah Erika Suryani Dewi, Lc, MA.
Seperti tecermin dari judulnya, kajian tersebut dibawakan dengan gaya kekinian. Di kesempatan itu, Ustadzah Erika mengajak jamaah akhwat – yang disebut “sisterfillah” – untuk tidak mudah “baper” (terbawa perasaan) dan “sumo” (susah move on) ketika menjalani kehidupan sehari-hari.
“Bedakan antara Qadha dengan Qadhar. Jika masih bisa berubah, kita masih terus dapat melakukan kekuatan doa dan ikhtiar,” ucapnya.
Ustadzah Erika lantas menekankan agar para sisterfillah tidak kecewa terhadap keputusan akhir yang telah Allah Subahanahu Wa Ta’ala takdirkan kepada seorang muslimah. Artinya, kita harus siap menerima hasil akhirnya.
“Iya, kita bisa terus ikhtiar. Tetapi jangan sampai men-Tuhan-kan ikhtiar itu! Kita harus siap untuk menerima segala hasil,” tegasnya.
Ustadzah Erika mengatakan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai Sang Maha Sutradara telah mengatur segala kehidupan yang terbaik untuk umat-Nya. Dan kita tinggal menjalani.
“Kita sebagai pemain tinggal percaya dengan segala pemberiaan-Nya kepada kita,” katanya. “Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengetahui segala isi hati kita, segala kebutuhan yang diinginkan oleh hamba-Nya,” sambungnya.
Di kesempatan itu, perwakilan dari Biro Pembinaan RISKA Menteng, Lina Yumaiza Maizir, juga hadir memberikan sambutan. Lina mengucapkan terima kasih atas dukungan sponsor dan media partner dalam promosi dakwah RISKA bertajuk “Cerita Kita Tak Seperti di Layar Kaca” itu.
“Acara kajian ini seharusnya diadakan pada bulan Oktober 2024. Qadarullah jadinya November 2024. Terima kasih sisterfillah yang sudah hadir di Masjid Agung Sunda Kelapa. RISKA menjadi sarana pembelajaran serta dakwah untuk anak muda di Jakarta. Sarana yang tepat bagi sisterfillah yang belum menikah, sehingga dapat menemukan settle down-nya,” terangnya.
Lina pun memberikan apresiasi kepada panitia penyelenggara “Cerita Kita Tak Seperti di Layar Kaca” yang telah bekerja keras menyiapkan kajian akhwat tersebut. “Terima kasih untuk orang-orang di balik layar terselenggaranya kajian akhwat yaitu sisterfillah dinamika kelompok RISKA,” tuturnya.
Dinamika kelompok RISKA yang Lina maksudkan itu merupakan sarana transfer pengetahuan serta pengalaman dengan metode mentoring, guna memerkokoh keimanan dan meningkatkan amal secara bersama-sama antar anggota di dalamnya. Khusus untuk acara di hari itu, terlihat sisterfillah yang hadir mengikuti kajian dengan antusias. Hal itu tecermin dari testimoni tiga orang jamaah akhwat yang hadir dalam kajian ini, yaitu Resyana, Diba, dan Intan.
“Aku ngerasa seneng banget bisa hadir dalam kajian ini. Ilmunya bener-bener luar biasa,” kata Resyana.
Sementara itu, Diba sebagai jamaah akhwat yang sering hadir dalam kajian RISKA Menteng menyebut, ia turut bangga dengan pembahasan tentang self improvement muslimah. “Aku sering banget dateng ke kajian PARIS (Pengajian Akhir Pekan RISKA) setiap Jumat, sekarang dateng lagi untuk kajian khusus akhwat. Maasyaa Allah, kajian Ustadzah Erika bikin upgrade iman kita. Kita diingetin lagi masalah takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cerita Kita Tak Seperti di Layar Kaca. Kita harus ridha dengan takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ungkap Diba.
Sedangkan Intan menilai kajian akhwat ini membantu para generasi muda yang mengalami berbagai cobaan hidup dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’la. “Aku berharap makin banyak lagi anak muda yang mau melangkahkan kaki ke masjid. Banyak masalah hidup, kembali lagi ke Allah,” ujarnya.
Anggota RISKA Menteng 1997, Mudji Pamulatsih, turut pula hadir dalam kajian akhwat bersama Ustadzah Erika itu. Di kesempatan itu, ia mengatakan bahwa penyelenggaraan kajian ini patut diberikan apresiasi. “Perkembangannya semakin kreatif. Semakin banyak acara yang seru, kalo saya lihat, dari RISKA ini,” tutur Mudji.
Ia pun turut mengajak anak muda untuk kembali ke masjid, sebagai sarana aktualisasi diri serta tempat menuntut ilmu. “Sayang banget kalo kita tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya. Insyaa Allah bersama ke RISKA dapat dua hal, yaitu dunia dan akhirat. Dunia kita dapat teman, kebahagiaan, dan ilmu. Syukur-syukur jodoh. Jodoh itu bonus. Sedangkan akhirat itu yang utama,” tutupnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!