Sejumlah tokoh nasional hadir dalam acara diskusi publik yang mengangkat tema besar “Jelang 20 Oktober 2024?”, di Aljazera Signature Restaurant & Lounge, Jakarta Pusat, 1 Oktober 2024. Mereka hadir untuk membahas isu-isu terkini terkait dinamika politik di Indonesia menjelang 20 Oktober 2024. Acara itu dipandu oleh Refly Harun sebagai moderator. Tokoh-tokoh penting yang hadir di antaranya adalah Amien Rais, Din Syamsudin, Abraham Samad, dan Sayuti Asyathri.
Spanduk kecil bertuliskan “Adili Jokowi” terlihat di beberapa sudut acara, menguatkan suasana diskusi yang dipenuhi kritik terhadap pemerintah saat ini. Misalnya Din Syamsudin yang dalam kesempatan itu menyoroti masalah “istidroj” yang menurut dia relevan dengan kondisi bangsa saat ini.
“Saya menyakini istidroj sedang berlangsung, dan pada waktunya janji Allah akan menjadi kenyataan,” ujarnya dengan merujuk pada Qur’an Surat Al-A’raf ayat 182.
Di kesempatan itu pula, Sayuti Asyathri dengan tegas mengatakan bahwa “tanggal 20 Oktober akan menjadi hari kemerdekaan yang kedua” bagi Indonesia. Ia menyebut, ini sebagai momentum kebangkitan bangsa dari apa yang disebutnya sebagai “akal sakit” menuju “akal sehat”.
“Intinya satu: Pada tanggal 20 (Oktober) nanti Indonesia memasuki hari kemerdekaan yang kedua. Indonesia Merdeka dari akal sakit ke akal sehat,” ujarnya.
Sementara itu, Mantan Ketua KPK, Abraham Samad, memberikan pernyataan yang cukup tajam. Ia meminta publik untuk tidak melupakan kesalahan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi setelah masa jabatannya berakhir nanti. Ia mengajak hadirin untuk tetap konsisten memperjuangkan keadilan dan menuntut penindakan hukum. Abraham menegaskan, jika kita melupakan dan memaafkan begitu saja kesalahan Presiden Jokowi, ia yakin presiden-presiden berikutnya akan melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum pula.
“Setelah Jokowi berhenti tanggal 20, dua hari atau tiga hari setelah itu, maka kita harus rame-rame datang ke KPK atau ke Kepolisian Mengingatkan aparat penegak hukum agar supaya segera melakukan penyelidikan terhadap keluarga Mulyono,” seru Abraham Samad.
Sedangkan Said Didu, dalam pernyataannya, mengritik keras kebijakan Presiden Jokowi yang dinilainya menyerahkan kedaulatan rakyat kepada oligarki. Menurut dia, oligarki kini mengendalikan semua aspek penting di Indonesia, dari kebijakan ekonomi hingga hukum.
“Kesalahan terbesar Joko Widodo adalah Menyerahkan kedaulatan rakyat kepada oligarki. Hari ini kita berkumpul semua di sini untuk merebut kembali kedaulatan rakyat yang diserahkan oleh Joko Widodo kepada oligarki,” tegas Said Didu.
Diskusi tersebut berlangsung dalam suasana tegang namun tetap kondusif, meski pun ada kekhawatiran mengenai intervensi dari pihak luar. Beberapa tokoh mengaku waspada akan potensi pembubaran acara oleh pihak keamanan, seperti yang terjadi sebelumnya di Kemang, Jakarta Selatan. Namun, acara berjalan lancar hingga selesai. Para peserta menyatakan komitmennya untuk terus mengawasi perkembangan politik nasional pasca 20 Oktober.
Acara yang berlangsung pukul 13.00 hingga 16.00 WIB itu merupakan bagian dari rangkaian diskusi publik yang semakin intens menjelang berakhirnya masa jabatan Presiden Jokowi. Para peserta menekankan pentingnya menjaga semangat kedaulatan rakyat dan menolak segala bentuk dominasi oligarki di Indonesia.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!