Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta Angkatan 14 telah menggelar pemaparan materi terakhir yang diselenggarakan di Aula Imam Al-Ghazali, Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), pada Rabu (9/10/2024) lalu. Hadir sebagai pembawa materi adalah Pengasuh Pondok At-Taqwa Depok, Muhammad Ardiansyah. Ia memaparkan materi tentang hakikat adab.
Ardiansyah menjelaskan, saat ini pemaknaan adab mengalami penyempitan makna. Beradab sering kali dikaitkan hanya pada perilaku-perilaku baik yang seharusnya dilakukan manusia. Padahal, beradab sesungguhnya lebih luas artinya daripada itu. Beradab menurut dia adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya.
“Kita lihat, saat ini jika dikatakan seseorang itu biadab, yang terbayang adalah bahwa dia melakukan perbuatan keji dan kejam. Padahal, dikatakan ‘beradab’ itu adalah ketika seseorang mampu meletakkan sesuatu pada tempatnya. Misalnya, ketika ia memakai sepatu di kepala dan memakai topi di kaki, dapat kita katakan ia tidak beradab. Ia biadab karena tidak menempatkan sesuatu di posisi seharusnya. Di dalam kehidupan ini, segala sesuatu memiliki hierarkinya masing-masing. Jika kita menyamaratakan segala sesuatu dalam kehidupan dan mengabaikan hierarki yang ada, maka kita telah kehilangan adab,” papar pria kelahiran Jakarta tersebut.
Selanjutnya, wisudawan terbaik Program Doktor Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor tersebut juga menyinggung tentang islamisasi ilmu. Ia menjelaskan bahwa islamisasi ilmu bukan berarti membuang jauh-jauh seluruh ilmu yang berasal dari Barat, namun meletakkan ilmu-ilmu tersebut pada tempatnya dan dengan porsinya masing-masing.
“Islamisasi ilmu itu bukan berarti anti Barat, namun menempatkan ilmu-ilmu tersebut pada tempatnya. Karena di kehidupan dewasa ini, kita tidak mungkin tidak bersinggungan dengan ilmu dan teknologi yang berasal dari Barat. Sama seperti ketika kita makan, ada hal-hal baik yang tetap disimpan dalam tubuh kita, namun ada juga yang perlu dibuang karena tidak dibutuhkan oleh tubuh,” jelas Ardiansyah.
Lebih lanjut, penulis buku “Konsep Adab Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Aplikasinya di Perguruan Tinggi” tersebut mengungkap bahwa untuk mewujudkan Islam sebagai agama sekaligus peradaban, kita harus menggabungkan tauhid dan adab secara bersamaan. “Tauhid itu menyatukan segala perbedaan yang ada, dan adab meletakkan semua perbedaan itu pada tempatnya. Keduanya harus berjalan bersamaan untuk mencapai kondisi Islam yang tidak hanya sebagai agama, namun juga sebagai peradaban,” tuturnya.
Murid SPI Jakarta Angkatan 14 terlihat antusias mengikuti perkuliahan tersebut. Salah satu murid SPI Jakarta, Ahmad Rozan, menyampaikan kesannya setelah mengikuti perkuliahan.
“Materi ini jadi salah satu materi terbaik sepanjang ikut SPI karena membuat kita jadi paham makna adab dan kita bisa tahu aplikasinya dalam realitas zaman sekarang. Saking dalamnya, mungkin resume kemarin jadi resume terbanyak selama di SPI,” ujarnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!