Tahun-tahun berganti,
dan kau masih merayakan rindumu padanya
Darah yang mengalir dan luka tak bisa menenggelamkan hasrat kepada kekasihmu
: Ramadhan
“Hellou, hellou, ohh hellou Ramadhan Karim, hellou”
Puing-puing itu tak hanya digantungi harapan, tetapi juga bendera warna-warni dan lampu-lampu kecil yang tak mampu dipadamkan represi tak berseri.
Tembok-tembok tak bertuan dihiasi tulisan mengisyaratkan prasasti tragis paling berdarah.
Aku sungguh hanya melihatmu dari kejauhan.
Kau peluk kekasihmu dalam kelaparan, genosida, dan bom yang tak henti menerjang, bersama mushaf di tangan yang kedinginan
: Ramadhan
Adakah acar asam, kurma, zaitun, rempah-rempah, timi, pasta aprikot yang kau inginkan? Atau buah-buah kering dan jus khoroub? Ahh, tentu saja kau tak sanggup bermimpi. Tangan-tanganmu yang malnutrisi itu bahkan tak bisa menuliskan daftar menu. Juga berebut makanan donasi di tengah agresi.
Hei, maukah kau kuisi sedikit imaji? Mengintip deretan panjang list belanja saudara-saudaramu di keranjang tokopedia dan shopee. Juga liburan mewah para seleb dan petinggi negeriku ini. Ohh maafkan ya, ini tentu saja pertanyaan tak berempati. Aku hanya ingin katakan kisahmu menginspirasi. Khidmat Ramadhanmu tak terganti.
“Tak ada maqlouba, sup, dan qatayf di mangkukmu hari ini, mungkin juga esok”
Tapi selalu ada Ramadhan di Gaza.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!