Seruan Pembaruan Perjuangan dan Solidaritas Global dalam “Palestina Libre”

Seruan Pembaruan Perjuangan dan Solidaritas Global dalam “Palestina Libre”
Seruan Pembaruan Perjuangan dan Solidaritas Global dalam “Palestina Libre” / Foto Istimewa

Tanggal 17 Juli diperingati sebagai Hari Keadilan Internasional. Namun, ironisnya, di hari ini kondisi Palestina justru jauh dari kata "adil". Berpijak dari hal itu, BDS Indonesia, AJAR (Asia Justice and Rights), dan Amnesti Internasional, menyelenggarakan acara bertajuk Palestina Libre: “Relive The Stories”. Acaranya digelar di Beforia Space Coffee, Bintaro, Tangerang Selatan, 17 Juli 2025 sore.

Dibuka dengan movie screening sebuah film berjudul "Kill Zone: Inside Gaza", acara ini menyajikan talkshow yang padat dan menarik. Para aktivis tampil sebagai pembicara, yaitu Bashar Zaghmout (Global Youth Coalition for Quds and Palestine); Usman Hamid (Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia); dan Gita Hastarika. Sedangkan Dr. Maimon Herawati, M.Litt (Direktur Utama SMART 171); Dr. Akmal Sjafril, S.T, M.Pd.I, (Founder Sekolah Pemikiran Islam); dan Kania Mamonto (Asia Justice and Rights (AJAR) Indonesia; tampil sebagai penanggap.

Forum tersebut mengangkat kondisi terkini di Palestina serta menegaskan pentingnya pembaruan strategi perjuangan. Di dalam forum itu, para pembicara menegaskan bahwa membela Palestina bukan sekadar pilihan, tetapi kewajiban moral yang mendesak.

Bashar Zaghmout, misalnya. Ia menyebut, situasi Palestina kini lebih buruk dari masa Nakba. Ia pun menegaskan, perjuangan tak bisa lagi dilakukan dengan cara-cara lama. "Kita membutuhkan strategi baru, terutama dari kawasan Asia," katanya.

Sejumlah 16.000 Porsi Makanan Hangat Tembus Gaza, Sikapi Krisis Gizi yang Memburuk
Hingga Juni 2025, angka kematian akibat kelaparan dan kurang gizi di Gaza terus meningkat. UNRWA mencatat, setidaknya 67 anak wafat akibat malnutrisi. Distribusi makanan siap saji diharap jadi solusi konkret dari bencana kelaparan sistematis yang ditimpakan Israel.

Sementara itu, Gita Hastarika menyoroti keterkaitan ekonomi dalam konflik, termasuk peran perusahaan global yang turut membiayai industri senjata melalui komoditas semisal nikel Indonesia. Ia mengungkap bahwa perusahaan global semisal BlackRock dan Vanguard, yang terlibat dalam industri nikel Indonesia, berperan dalam mendanai industri senjata yang digunakan untuk menindas Palestina. Menurut dia, itu sebagai bagian dari ekonomi genosida.

Di kesempatan itu pula, Usman Hamid menyerukan agar Indonesia mengoptimalkan perannya di forum internasional semisal PBB. Sedangkan Ustadzah Maemun menyoroti pentingnya edukasi tentang isu Palestina di kampus-kampus serta melindungi ruang aktivisme. Dan Kania Mamonto mengajak masyarakat untuk mulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten, ibarat rayap yang perlahan merobohkan bangunan.

Ustadz Akmal Sjafril menutup forum tersebut dengan refleksi bertajuk “Politik adalah riak, budaya adalah gejolaknya”. Lewat forum itu, ia mengemukakan keinginan agar para pemuda terus belajar tentang Palestina. "Jika kita ingin mengetahui cara mana yang paling efektif menghancurkan musuh, maka kita perlu menyerang dari berbagai sisi," ucapnya.

Forum ini menarik. Palestina Libre mengingatkan bahwa perjuangan hari ini harus ditempuh dengan cerdas, kolektif, dan menyentuh akar persoalan: budaya, ekonomi, serta solidaritas lintas batas dan kesadaran mendalam akan relasi kuat global yang tak kasat mata.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.