SPI Menelaah Nativisasi sebagai Wacana Kolonial Menghapus Islam dalam Sejarah Indonesia

Perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta Angkatan ke-14 yang diselenggarakan di Aula Imam Al-Ghazali, INSISTS, Rabu (27/11/2024) malam, menghadirkan Ahli sejarah Nusantara dan peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Dr. Tiar Anwar Bachtiar, S.S, M.Hum. Di kesempatan itu, Tiar menjelaskan tentang nativisasi sebagai wacana Belanda dalam penghapusan peran Islam dalam sejarah Indonesia.

Tiar menyampaikan bahwa setiap tempat memiliki local wisdom yang berbeda-beda. Local wisdom itu ditentukan sesuai kebutuhan hidup dan kondisi daerah masing-masing.

“Local wisdom atau budaya pada awalnya dirumuskan sebagai cara hidup masyarakat dan berkembang sesuai dengan kebutuhan hidup setiap daerah. Oleh karena itu, kebudayaan berbeda-beda di setiap tempat. Agama hadir untuk menyempurnakan apa yang dianut oleh budaya setempat. Budaya yang tidak sesuai dengan kehidupan manusia digantikan dengan hukum yang dibawa oleh agama, sedangkan hukum yang tidak bertentangan dengan agama tidak dilarang untuk dilestarikan,” urai Dosen STAI PERSIS Garut tersebut.

Nativisasi, kata Tiar, secara garis besar merujuk pada agenda pengembalian masyarakat kepada agama aslinya dan meninggalkan agama Islam yang dianggap sebagai agama pendatang. Wacana adanya agama lokal atau agama asli itu muncul dari kolonial Belanda. Mereka menarasikan bahwa agama asli Indonesia adalah Hindu dan Budha.

ISEO 2025 Menjadi Energi Baru Ekonomi Syariah Menuju Transisi dan Keberlanjutan
Mantan Wapres, KH Ma’roef Amin, tampil sebagai keynote speaker saat peluncuran Indonesia Sharia Economic Outlook (ISEO) 2025 sekaligus seminar nasional “Energi Baru Ekonomi Syariah: Menuju Transisi dan Keberlanjutan”, di Jakarta, 30 November 2024.

Agama atau kepercayaan besar pasti punya peristiwa di masa lalu. Di dalam hal ini, Islam sebagai agama terbesar yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia pasti memiliki sejarah dan peristiwa yang tidak sederhana. Adanya wacana pengembalian Indonesia kepada agama aslinya yang dibawakan Belanda itu bahkan tidak berdasar pada sejarah yang asli. Perkembangan Islam yang bahkan begitu pesat menunjukkan bahwa agama ini mudah diterima oleh masyarakat Indonesia karena sesuai dengan local wisdom mereka,” tuturnya.

Materi yang mengupas sejarah itu menarik. Salah seorang murid SPI Jakarta 14, Yumna Dhiya Fuadi, menyampaikan tanggapan dia terhadap materi Nativisasi pada pertemuan tersebut.

Saya sebelumnya pernah baca sekilas tentang agama lokal, misalnya kejawen, kebatinan, dan sunda wiwitan, tetapi tidak tahu betul bagaimana sejarahnya. Sekarang jadi tahu duduk perkara hal-hal yang disebut sebagai agama lokal tersebut. Bahwa ternyata ada peran besar Belanda di sana yang ingin memecah belah umat Islam. Salah satu hal menarik juga yang baru saya ketahui adalah ternyata dulu kita biasa makan singkong. Namun sejak orde baru, kita dipaksa bermakanan pokok nasi,” ujarnya setelah perkuliahan berakhir.