Penulis: Lia Yulianingrum
Suatu kali Salman Al Farisi sakit, Rasulullah pun menjenguk sahabatnya yang ia beri gelar "Pemilik ilmu orang-orang terdahulu dan ilmu orang-orang kemudian" itu. Rasulullah pun berusaha menghiburnya.
"Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu dikala sakit," ucap Rasulullah dengan lembut kepada Salman. "Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah, doamu dikabulkan, dan penyakit yang menimpamu akan menghapus dosa-dosamu". Lalu, "Semoga Allah menggembirakanmu dengan kesehatan sampai ajalmu datang," lanjut Rasulullah SAW.
Ada yang menarik dari ungkapan Rasulullah di atas, walau beliau mengatakan ada tiga pahala pada saat sakit, tetapi Rasulullah mengakhiri perkataannya dengan, "Semoga Allah menggembirakanmu dengan kesehatan sampai ajalmu tiba."
Jadi, sakit itu berpahala, tetapi kita tidak boleh mengharapkannya, apalagi mencari-cari jalan agar sakit. Rasulullah tetap mendoakan Salman agar diberi kesehatan hingga akhir hayatnya.
Tapi, apabila suatu saat kita mengalami sakit maka kita harus ingat nasihat Rasulullah kepada Salman: menggunakan kesempatan sakit untuk memperbanyak mengingat Allah, beristighfar, dan meminta kepada-Nya agar tiga pahala bagi orang yang sakit itu bisa kita raih.
Inilah salah satu konsep yang mendasar dalam Islam, agama rahmat, yang mengelola segala hiruk pikuk dunia dengan bijak. Seorang muslim dibimbing untuk tidak meminta sakit, mengharap bencana, merindukan musuh dalam pertempuran apalagi menceburkan diri dalam keburukan. Namun, bila atas kehendak Allah, semua itu harus dihadapi. Umat Islam punya sikap dan cara pandang yang jernih dan berwibawa, tak ada rasa takut apalagi menjadi pengecut karena dibalik ketidakenakan itu menanti pahala besar dari Allah.
Dengan demikian, tolak ukurnya adalah bagaimana Allah memberi kita keridaan. Bila kita selalu sehat selain harus bersyukur, juga mesti waspada, mungkin kita telah banyak berbuat dosa tetapi tidak pernah mendapat teguran dari Allah atau doa kita juga jarang dikabulkan-Nya.
Sebaliknya, bila rasa sakit dan berbagai ujian lain menimpa kita, selain sabar, kita pun jangan sampai terlampau bersedih. Siapa tahu itu wujud kasih sayang Allah kepada kita agar kita bisa introspeksi diri, banyak istighfar dan semakin dekat kepada-Nya.
Atas dasar itulah, kadang kita sulit merasakan, mana yang harus lebih kita syukuri, apakah dikala kita sehat dan diberi kekuatan beramal, ataukah disaat sakit ketika Allah menyadarkan kekhilafan kita, menghapuskan dosa-dosa kita, dan mengabulkan doa-doa kita. Yang pasti tak ada yang tak bisa disyukuri.
Teori hidup yang diberikan Islam, sepintas sulit dirasionalkan. Namun, segala kondisi yang dialami setiap mukmin harus dibingkai dalam kerangka mencari ridho Allah. "Sungguh mengagumkan urusan kaum muslimin. Segala urusannya selalu baik baginya. Bila ia diberi kesenangan ia bersyukur, dan itu baik baginya dan bila ditimpa kesusahan, ia bersabar dan itu baik baginya "wallahu a'lam bishsawab.”
Disadur dari majalah Sabili Edisi No.2/IV 19 Mei 1999/3 Safar 1420H
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!