Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir menyampaikan tausiyah menjelang Pemilu 2024. Haedar berpesan, para calon pemimpin negara dan calon anggota legislatif tidak boleh terjebak pada kesadaran untuk semata-mata ingin berkuasa.
“Apalagi disertai sifat euforia dan serampangan, seolah menjadi pemimpin negara Indonesia itu merupakan pekerjaan gampang dan ringan,” katanya dalam tausiyah yang dikirimkan ke redaksi Sabili.id lewat video mp4, Senin (12/2/2024).
Di dalam tausiyah tersebut, Haedar Nashir menegaskan, tugas seorang presiden bukan sesuatu hal yang mudah. Beban yang sangat banyak di seputar masalah kebangsaan harus diemban oleh orang yang tepat. Ia harus seorang yang memiliki kapasitas, integritas, dan bertanggung jawab. Ia juga harus memiliki kecerdasan intelektual dan emosional. Bukan hanya kemampuan teknis dan pragmatis semata.
“Memimpin indonesia sangatlah berat tanggung jawabnya. Sungguh, di balik mandat rakyat melalui pemilu, tersimpan beban maha berat di pundak mereka,” ucapnya dalam video berdurasi 30 menit itu.
Menurut Haedar, memimpin Indonesia ibarat menakhodai kapal besar di tengah gelombang dahsyat di lautan yang sarat masalah dan tantangan. “Di balik mandat rakyat melalui pemilu, tersimpan beban maha berat di pundak mereka yang terpilih untuk menyelenggarakan peri kehidupan Republik Indonesia yang maju di segala bidang kehidupan sebagaimana perintah konstitusi dan cita-cita para pendiri negara,” jelas Haedar.
Haedar juga berpesan, aparat negara dan TNI harus memiliki jiwa patriotisme. KPU dan Bawaslu harus menjadi wasit yang adil.
Baca juga: Kata Ketua Umum Persis Soal Pilpres Satu atau Dua Putaran
Kata Haedar, sudah lima kali pemilu dihelat pasca era reformasi, maka belajarlah dari sejarah itu. Tidak hanya lembaga yang terkait bertanggung jawab mengawasi kontestasi ini. Tetapi pun kita sebagai warga negara Indonesia hendaknya juga ikut mengawasi. Sebab, pertanggung jawabannya bersifat moral keduniawian, bahkan hisab Tuhan bagi kaum beriman di akhirat kelak.
Jika ketika pemilu nanti menemukan adanya masalah atau kejanggalan, hendaknya menyelesaikan melalui jalur hukum. Sudah sepatutnya masalah terkait pemilu dapat dipecahkan dengan akuntabilitas. Kepada setiap kita, milikilah jiwa kenegarawanan, peduli akan masalah yang terjadi di negara kita. Demikian pesan Haedar.
“Pemilu yang bersih, beretika, dan nir-kecurangan, mesti menjadi komitmen bagi semua pihak yang berkontestasi,” tambah Haedar.
Pelaksanaan pemilu hanya tinggal menghitung menit. Lima tahun ke depan akan ditentukan oleh lima menit yang dihabiskan warga negara di balik bilik suara. Sebelumnya, deretan peristiwa telah kita lalui. Berbagai bentuk kampanye dengan segala drama yang menyertainya telah kita rasakan. Hingga sampailah kini tiba di hari pemilu itu. Seharusnya, pilihan kita tidak bisa ditukar dengan kesenangan sesaat. Tenangkan pikiran dan bulatkan tekad untuk memilih calon yang terbaik sebagai anggota legislatif dan pemimpin eksekutif.
Di dalam menghadapi dinamika pemilu dan politik kebangasaan, saat ini seluruh pihak di tubuh pemerintahan dan warga bangsa patut mengintrospeksi diri disertai ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki kondisi kebangsaan dan kenegaraan. Termasuk mengupayakan agar pelaksanaan pemilu menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Pelajarilah pemilu-pemilu sebelumnya dan upayakan pemilu kali ini lebih baik. Jas merah. Jangan sekali-kali melupakan Sejarah.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!