Seiring berlalunya waktu, terjadi perubahan pesat dalam kehidupan manusia. Kemajuan ilmu dan teknologi telah mengantar manusia ke gerbang kehidupan yang serba gemerlap. Namun dibalik semua itu, selain terjadi pertarungan sengit tantara dua kutub yang berbeda. Masing-masing berusaha untuk saling menghancurkan. Pertarungan ini akan terus berlanjut sampai hari kiamat.
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti. – QS.Ali 'Imran:118
Manusia dengan berbagai karakternya tampil di panggung dunia. Ada yang berdiri tegar di kutub al-haq dan banyak yang tersenyum angkuh di kutub al-bathil.
Para pendukung kebathilan berupaya menanamkan pola pikir, tingkah laku serta sistem nilai mereka kepada seluruh manusia. Derasnya serangan mereka bahkan memungkinkan kaum muslimin berbalik mendukung kebathilan dengan dalih rasa setiakawan dan solidaritas.
Ayat di atas mengingatkan umat Islam agar tidak mengambil teman kepercayaan orang-orang di luar Islam. Seruan Allah ini disebabkan beberapa hal:
Pertama, “la ya’ lunakum khabalan” (mereka tidak akan puas berbuat kejahatan). Orang-orang kafir dan musyrik tidak akan henti-hentinya membuat kerusakan terhadap umat Islam. Kebencian mereka tidak pernah pupus. Dendam yang terus membara mendorong mereka untuk menghilangkan wajah-wajah Islam di atas dunia ini dengan berbagai cara.
Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. – QS.Al-Baqarah:120
Sasaran minimal mereka adalah bagaimana menyeret umat Muhammad, ikut berperan mempromosikan produk budaya mereka. Betapa banyak pemandangan indah dan menakjubkan, hasil rekayasa mereka, dipamerkan secantik dan semenarik mungkin dalam rangka menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Manusia tidak lagi tergambar sebagai pecinta, pemaaf dan pemurah, tapi berubah menjadi singa-singa lapar dan licik yang akan menyergap manusia lain. Kalau rasa kemanusiaan telah hilang, maka dunia pun banjir dengan berbagai macam kerusakan.
Kedua, “Waduu ma’anittum” (merasa senang bila umat Islam merasa susah). Orang-orang Yahudi dan Nashrani merasa senang dan gembira bila melihat umat Islam melanggar syari’at yang ditetapkan Allah Ta'ala.
Kaum fasad (perusak) berupaya menghancurkan Islam dengan menyebarkan ide dan pembentukan opini umum. Melihat kekacauan di tubuh umat Islam, kaum fasad sangat optimis dengan rencananya. Bahkan mereka mengatakan bahwa, “Untuk melumpuhkan umat Islam tidak perlu menggunakan senjata dan mesiu, tapi cukup dengan secangkir anggur dan wanita cantik. Maka hancurlah aqidah mereka”.
Terbukti sudah, betapa banyak pemuda Islam yang larut dalam suguhan mereka. Betapa banyak yang buta Al-Qur’an, menjadikan orang-orang kafir sebagai teman setia, lalu ikut meramaikan sarana maksiat sehingga syari’at Allah pun terabaikan. Ironisnya, suguhan itu dianggap sebagai kebaikan yang tak pantas ditampik. Padahal di balik itu ada rencana jahat yang kadang tak terpikirkan oleh sebagian umat Islam.
Beginilah kamu! Kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukaimu, dan kamu beriman kepada semua kitab. Apabila mereka berjumpa kamu, mereka berkata, “Kami beriman,” dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena marah dan benci kepadamu. Katakanlah, “Matilah kamu karena kemarahanmu itu!” Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati. – QS.Ali 'Imran:119
Ketika iman telah gugur dan hilang, akan terseretlah umat Islam ke dalam gelombang kemurtadan. Lingkungan sekitar dipola sedemikian rupa sehingga pola hidup bebas sudah dianggap biasa. Meniru dan menjiplak kebudayaan Barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita sudah menjadi kebanggaan. Umat Islam semakin tidak takut dengan ancaman kehancuran, semakin jauh dari jalan Allah.
Usaha musuh-musuh Islam nampak semakin jelas. Tidak dapat lagi ditutup-tutupi. Kata-kata toleransi tinggal penghias bibir saja. Mereka semakin terbahak melihat keadaan umat Islam yang nampak semakin bingung tanpa pegangan. Apakah umat Islam akan berdiam diri? Padahal mereka selalu merasa sedih jika ajakan setannya diabaikan.
Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan. – QS.Ali 'Imran:120
Disadur dari majalah Sabili, No. 10/Th. V 6-19 Januari 1993
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!