Gelombang boikot dari berbagai negara terhadap produk yang terafiliasi dengan penjajah Israel kian meluas. Perusahaan farmasi Israel, Teva Pharmaceutical Industries Ltd, tidak luput terkena sasaran. Tak hanya aktivis pro-Palestina, kini kalangan dokter di berbagai negara pun ikut menyerukan penghentian penggunaan obat-obatan produksi raksasa farmasi asal penjajah tersebut. Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk protes atas genosida yang dilakukan penjajah Israel di Gaza.
Di Italia, sebuah video viral memerlihatkan dr. Rita Segantini dan perawat Giulia Ciccacci dari Casa della Salute, Toskana, membuang obat-obatan produksi Teva ke tempat sampah. Di dalam video itu, keduanya mengenakan seragam medis, menuliskan pesan di kemasan obat, lalu melemparkannya ke tong sampah sambil tersenyum. Rekaman itu mereka unggah ke media sosial sebagai simbol perlawanan terhadap produk farmasi Israel.
Aksi tersebut segera memicu perdebatan publik. Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, menganggap peristiwa itu sebagai “bukti meningkatnya sentimen anti-penjajah Israel di Italia”.
Fenomena serupa juga terjadi di Irlandia. Sebanyak 57 dokter spesialis anak dari Irish Paediatric Health Institution menandatangani surat terbuka yang meminta pemerintah Irlandia menghentikan kontrak pembelian obat-obatan Teva. Di dalam pernyataannya, para dokter mengatakan, “Kami dengan hormat meminta otoritas kesehatan untuk segera menghentikan pembelian dan penggunaan obat-obatan produksi Teva, terutama ketika tersedia alternatif yang layak.”

Mereka menegaskan bahwa Teva, sebagai perusahaan Israel yang membayar pajak kepada pemerintah penjajah, secara langsung telah ikut mendanai aksi militer yang digunakan untuk melanggengkan genosida di Gaza.
“Teva memasok perlengkapan medis dan donasi ke militer penjajah Israel,” tambah para dokter Irlandia itu.
Teva sendiri dikenal sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia. Meski pun beroperasi secara global dengan saham yang diperdagangkan di Wall Street, akar perusahaan ini tetap berada di Israel. Produk-produknya tersebar di ratusan negara, termasuk Italia dan Irlandia.
Namun, dengan semakin banyaknya tenaga medis yang menolak, tekanan internasional terhadap Teva kian meningkat. Para dokter menilai, boikot adalah langkah etis yang tidak hanya berdampak pada industri farmasi Israel, tetapi juga pada sumber daya negara yang kini tengah diadili di ICJ atas tuduhan genosida.
(Diolah dari berbagai sumber)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!