Sebuah fakta mencengangkan terungkap di tengah gempuran brutal yang menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina di Gaza yang mayoritas adalah anak-anak. Yaitu, Mesir justru memerkuat hubungan dagang dengan penjajah Israel, negara yang sedang melakukan agresi militer brutal terhadap Jalur Gaza.
Sebuah investigasi eksklusif dari situs Arabi Post membongkar skandal besar pemerintahan Abdel Fattah El-Sisi itu. Di dalam laporan tersebut, diungkapkan nilai perdagangan antara Kairo dan Tel Aviv mencapai angka 1,1 miliar dolar AS selama masa perang berlangsung. Bahkan, Mesir menjadi negara kedua terbesar setelah Uni Emirat Arab dalam jumlah produk yang diekspor ke penjajah Israel sepanjang serangan militer di Gaza.
Data menunjukkan, Mesir mengekspor 924 jenis produk kepada penjajah Israel selama masa perang. Produk-produk tersebut tersebar dalam 10 sektor utama. Yang paling besar adalah sektor material bangunan dan konstruksi. Tak tanggung-tanggung, nilai ekspor di sektor itu meningkat lebih dari 3000% selama masa agresi.
Material semisal semen dan bahan bangunan lainnya dipakai penjajah Israel untuk membangun dan memerluas pemukiman ilegal di tanah Palestina, di tengah perusakan besar-besaran di Jalur Gaza.

Produk makanan dan minuman menempati posisi kedua dalam daftar produk ekspor terbesar Mesir ke Israel. Ironisnya, hal itu terjadi saat rakyat Gaza mengalami kelaparan massal akibat blokade total.
Situasi di Gaza kini semakin membuat prihatin. Blokade total yang diberlakukan penjajah Israel memicu krisis kemanusiaan akut, termasuk kelaparan yang sistematis. Sementara itu, bantuan kemanusiaan dari berbagai negara menumpuk di depan Gerbang Rafah, tak bisa masuk karena Mesir tidak membuka perbatasan secara efektif. Sebaliknya, pelabuhan-pelabuhan Mesir justru menjadi jalur utama pengiriman kargo ke Israel. Hal itu seolah menunjukkan bahwa prioritas pemerintah Mesir bukanlah menyelamatkan nyawa warga Palestina, melainkan memerkuat hubungan dagang dengan penjajah.
Aktivis hak asasi manusia dan pengamat politik mengecam keras kolaborasi ekonomi ini. Fatima Al-Samadi menekankan, data ekspor tersebut muncul di saat korban jiwa Palestina telah mencapai puluhan ribu, dengan anak-anak menjadi yang terbanyak meninggal dunia akibat serangan dan kelaparan.
Menanggapi data itu, aktivis politik Mesir di pengasingan, Ghada Naguib, mengatakan, "Laporan ini penting agar kita tahu seberapa jauh skala pengkhianatan itu terjadi. Mungkin ini bisa membuka mata mereka yang selama ini tak mau tahu — siapa sebenarnya pembunuh tersembunyi anak-anak Gaza?"
Antara Normalisasi dan Pengkhianatan
Apa yang dilakukan rezim Sisi bukan hanya soal ekonomi — ini adalah normalisasi dalam bentuk paling kejam, yakni memerdagangkan bahan bangunan dan makanan dengan penjajah, di saat rakyat Palestina sedang berjuang untuk hidup. Perdagangan berdarah ini mengungkap wajah asli dari rezim yang mengklaim membela Palestina, namun faktanya justru membantu musuh di medan perang.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!