The Untold Story “Cerita di Balik Karya Komik Pahlawan Nusantara”: Pancasila Adalah Hadiah Terbesar Umat Islam untuk Indonesia

The Untold Story “Cerita di Balik Karya Komik Pahlawan Nusantara”: Pancasila Adalah Hadiah Terbesar Umat Islam untuk Indonesia
The Untold Story “Cerita di Balik Karya Komik Pahlawan Nusantara”: Pancasila Adalah Hadiah Terbesar Umat Islam untuk Indonesia / Kanzul R. (Sabili.id)

Ketika tampil sebagai narasumber dalam talk show bertajuk “Cerita di Balik Karya Komik Pahlawan Nusantara – The Untold Story” yang digelar di tengah ajang Islamic Book Fair (IBF) 2024, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (15/8/2024) sore, Founder Rumah Sejarah Indonesia, Hadi Nur Ramadhan, mengutip ungkapan seorang ulama Al Azhar, Profesor Mutawalli Sha'rawi. “Beliau mengatakan, isi Al Qur’an itu tiga. Yang pertama, tentang akidah. Yang kedua, tentang syariah. Dan yang ketiga, tentang sejarah,” ujarnya.

Kala itu, Hadi Nur Ramadhan tampil sebagai narasumber di talk show tersebut bersama Artawijaya (Penulis Komik Mohammad Natsir) dan Mursidah Arifin (Cucu Buya Hamka). Sedangkan Duta Baca Jawa Barat 2023, Syifa Susilawati, tampil sebagai moderator.

Ketika Allah Swt menginformasikan kepada kita kisah-kisah yang ada di Al Qur’an, jaraknya itu begitu lampau dan begitu jauh. Yang menarik, kata Sha'rawi, ketika kita diinformasikan oleh Allah tentang sejarah, Allah selalu menginformasikan dengan kalimat afala yatafakkarun, afala yatadzakkarun, dan itu untuk menjadi ibroh. Ibroh berasal dari bahasa Arab. Jadi, orang yang tidak pernah mempelajari sejarah, dia tidak akan tahu tentang kondisi masa depan,” tuturnya.

Ada tokoh kedua yang ucapannya juga dikutip Hadi Nur Ramadhan ketika itu. Ia adalah seorang futurolog dari Inggris, Alvin Toffler. Toffler disebut Hadi banyak mengkaji karya Ibn Haldun. Menurut Hadi, kata Toffler, dalam sebuah sejarah, ada empat siklus generasi. Yang pertama, generasi yang tumbuh. Yang kedua, generasi yang berkembang. Yang ketiga, generasi yang layu. Dan yang keempat, generasi yang hancur.

Pak Natsir (tokoh bangsa Indonesia, Mohammad Natsir, red) itu pernah pidato tentang Pancasila di Pakistan. Kata beliau, Pancasila adalah kalimatun sawak. Titik pertemuan kami. Pertemuan antara kami, umat Islam yang mayoritas di negeri ini, dengan saudara-saudara kami yang minoritas di negeri ini. Makanya, di masa Orde Baru dulu ada seorang Menteri Agama, namanya Pak Alamsyah Ratuprawiranegara. Beliau pernah bilang, ‘Pancasila adalah hadiah terbesar umat Islam untuk Indonesia’. Jadi, yang berjasa besar dalam merumuskan Pancasila adalah ulama-ulama kita,” kata Hadi Nur Ramadhan.

Menyampaikan Sejarah Buat Gen Z Lewat Komik
Artawijaya menuturkan, upaya memperkenalkan tokoh bangsa kepada Generasi Z harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan pendekatan zaman.

Hadi pun mengutip ucapan Buya Hamka yang mengatakan, “Kita tidak akan pernah menjadi orang besar jika selama hidup tidak pernah membaca sejarah orang-orang besar”. Itulah mengapa Al Qur’an selalu mengisahkan kepada kita tentang peristiwa-peristiwa besar. Al Qur’an tidak pernah menginformasikan kepada kita tentang peristiwa yang receh-receh.

Dan negeri kita yang hari ini sudah berusia 79 tahun itu lahir dari gagasan, literasi, diskusi, dan perdebatan yang Panjang di antara para pendiri bangsa kita. Jadi, kalau Presiden Jokowi pernah bilang, 10 tahun berada di istana itu bau kolonialisme, seharusnya Pak Jokowi berbicara tentang sejarah. Mengapa para pendiri bangsa kita menempatkan istana negara itu di tempat gedung-gedung bekas penjajahan? Itu sebagai bentuk antitesis kolonialisme lawan kemerdekaan. Jadi kolonialisme itu bukan materi, tapi kolonialisme itu adalah bentuk sifat. Dan itulah kata Bung Karno. Bahwa kita harus menghapus penjajahan. Dan sekali lagi, penjajahan itu akan dapat kita hapuskan, kalau kita belajar tentang sejarah dengan baik dan benar,” ucapnya.

Hadi menceritakan contoh menarik. Sumpah Pemuda dikumandangkan di tahun 1928. Pelakunya adalah anak-anak muda. Usia mereka waktu itu tidak ada yang di atas 23 tahun. Mohammad Yamin ketika menjadi panitia di Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda itu, usianya waktu itu baru 23 tahun. Kasman Singodimejo, perwakilan dari Jong Islamieten Bond dan kelak di kemudian hari menjadi Jaksa Agung pertama Indonesia, usianya waktu itu 20 tahun.

Tetapi yang luar biasa, mereka mendiskusikan perjuangan dan Indonesia menjadi pemersatu mereka. Tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, bahasa Indonesia. Sedangkan waktu itu negaranya kan belum ada. Mereka berjuang. Memperjuangkan Indonesia. Melahirkan Sumpah Pemuda itu. Setelah 17 tahun kemudian baru ada negara Indonesia,” katanya.

Bahkan, jauh sebelum Indonesia, ada sejumlah pemuda Indonesia yang kuliah di negeri Belanda. Mereka mahasiswa-mahasiswa yang kuliah di negeri Belanda membuat organisasi namanya PI (Perhimpunan Indonesia). Lewat organisasi itu, mereka mengenalkan Indonesia sebagai identitas, sebagai nasionalisme, sebagai tanah air. Dan waktu itu buat mereka taruhannya adakah nyawa.

Perjalanan Dakwah dari Ujung Kaki kanan Sulawesi Menuju Kepulauan Seribu
Puncak dari perjalanan dakwah Erwin adalah ketika ia diundang untuk mengisi khutbah Jumat di Pulau Sabira, pulau terluar dan terjauh di Kepulauan Seribu. Pulau Sabira posisinya lebih dekat ke Lampung daripada Jakarta.

Ketika itu tahun 1920-an, (negara) Indonesia belum ada. Tetapi lagi-lagi, karena mereka punya ide yang besar, untuk memerdekakan negeri ini, maka Allah Swt berikan kemerdekaan ini, dengan perjuangan yang sangat nyata. Yang pertama adalah kesederhanaan mereka. Hamka itu pernah di satu hari, bersama istri dan keluarganya nggak punya beras. Jadi hari ini kalau kita nggak makan, Hamka yang ulama besar itu pernah nggak punya beras,” ujarnya.

Hadi melanjutkan penuturannya. Kali ini tentang Mohammad Natsir. Menurut dia, ada kisah menarik tentang Mohammad Natsir, tentang bagaimana Pak Natsir membangun cinta dengan istrinya. Ini menarik. Sebab, kadang kita lupa dan beranggapan bahwa sejarah itu hanya milik para pria.

Padahal di balik peristiwa besar itu ada perempuan-perempuan yang hebat. Dan ada orang-orang yang menguatkan perjuangan para tokoh itu,” ujarnya.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.