Tiga Golongan Manusia dalam Merespon Dakwah Nabi
Jalan dakwah bukanlah jalan yang mudah. Penuh cobaan dan rintangan, terutama ketika menghadapi masyarakat sebagai sasaran dakwah yang memiliki keragaman sikap. Sejak awal Nabi Muhammad mendakwahkan Islam, manusia terbagi menjadi dua kelompok, pro dan kontra. Pro dan kontra bahkan telah menjadi respon manusia atas risalah dakwah dari zaman Adam alaihissalam.
Khusus pada periode kerasulan Nabi Muhammad SAW, ketika beliau hijrah dan menegakkan syariat di kota Madinah, respon masyarakat dalam menerima dakwah ketika itu dapat di golongkan dalam tiga kubu. Apa saja tiga kubu itu dan pelajaran apa yang bisa kita ambil?
Golongan Kanan (Ashabul Maymanah)
Mereka adalah kaum Muslimin, kelompok yang menerima dan menjadi pengikut dakwah Rasulullah SAW. Secara garis besar terdiri dari kaum Muhajirin dari Makkah dan kaum Anshor, yang merupakan penduduk asli Madinah. Mereka adalah kaum yang menjalankan Shalat, cinta ibadah, cinta Nabi & selalu bershalawat kepada Nabinya. Menyuruh kepada yang ma'ruf dan melarang yang munkar serta membela agama dengan sepenuh hatinya. Allah berfirman
"Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan" – QS Al-Balad: 18
Golongan Kiri (Ashabul Masy'amah)
Mereka adalah orang yang terang-terangan memusuhi dan menentang dakwah Rasulullah Saw. Mereka adalah kaum musyrik penyembah berhala dan gemar melakukan kejahatan (zina, mencuri, membunuh, judi dsb). Mereka dipimpin Abu Jahal dan yang lainnya. Kerjaan mereka meneror, menangkap, menyiksa dan menghalangi orang-orang untuk beriman kepada Allah. Allah berfirman
"Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri" – QS Al-Balad: 19
Golongan Munafiq (Yang Bermain Dua Kaki)
Allah berfirman
"Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari akhir," padahal mereka itu sebenarnya bukan orang-orang beriman" – QS Al-Baqarah: 8
Mereka mengaku Muslim padahal pro pada orang kafir dan musyrik, musuh dalam selimut. Terlihat tidak memusuhi Islam, tetapi di belakang mereka melakukan deal dengan orang musyrik. Kerjaan mereka adalah merekrut orang-orang muslim yang lemah hatinya, serta menebar kebencian kepada muslim yang lurus. Mereka sebenarnya ingin melawan muslim, tapi karena muslim sudah terlanjur banyak pengikutnya, mereka main aman, tapi diam-diam melakukan konspirasi.
Baca Juga : Melihat ke Dalam
Salah satu ciri khas dari golongan ini adalah malas sekali menegakkan shalat dan enggan disuruh membela agama. Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (mau) menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (pencitraan) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali" – QS An-Nisa: 142
Melawan mereka lebih sulit daripada melawan orang musyrik. Nabi lebih mudah memerangi orang musyrik karena statusnya jelas, sikap mereka juga jelas-jelas memerangi Islam. Adapun orang munafik, maka mereka telah menyatakan secara lisan bahwa mereka adalah muslim dan mendukung dakwah Rasulullah, namun tidak demikian di hati dan perangainya.
Saking hebatnya penyamaran mereka, sampai-sampai orang-orang menganggap mereka sahabat Nabi. Pernah suatu waktu Umar bin Khatab minta izin Nabi untuk membunuh Abdullah bin Ubay, gembong Munafiq, tapi Nabi melarangnya, karena khawatir nanti orang Arab membuat berita "Muhammad membunuh sahabatnya".
Allah mengabarkan mereka akan masuk ke neraka paling bawah.
"Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka" – QS An-Nisa: 145
Pelajaran Yang Bisa Diambil
Kata orang, sejarah akan selalu berulang. Dan Al-Quran itu sendiri relevan sampai akhir zaman. Maka, Setiap zaman pasti ada orang yang bermain dua kaki, diantara Islam dan Kekafiran. Mereka akan selalu mencari dukungan orang-orang Muslim yang malas Shalat, banyak maksiat dan lemah keislamannya. Mereka ini lebih bahaya daripada Kafir. Sepanjang sejarah Islam, mereka inilah aktor-aktor dibalik perpecahan umat.
Baca Juga : Jika Maksiat Merajai Negeri
Allah telah membongkar habis sifat-sifat mereka di dalam Al-Qur'an. Maka tugas kita adalah mengenali ciri-cirinya, jangan sampai ciri-ciri itu ada dalam diri kita. Dan jika ada orang-orang seperti itu di sekitar kita, kita jadi tahu cara menghadapinya, bukan dengan cara kekerasan, tapi dengan ilmu. Ibnul Qayyim menjelaskan dalam Miftah Dar As-Sa’adah (1:268-269), “Jihad melawan orang munafik adalah dengan Al-Qur'an & hujjah (argumentasi)".
Wallahu A'lam bishowab