Serangan terbaru Israel pada 14 Juli lalu telah merenggut nyawa 141 warga sipil Gaza. Jika diakumulasikan, total hingga pertengahan bulan Juli 2024 ini, korban tewas akibat serangan Israel di Gaza mencapai 38.600 jiwa. Hal itu diungkapkan otoritas kesehatan di Gaza pasca serangan terbaru Israel di kawasan tersebut. Pembantaian oleh Israel yang terus saja terjadi. Meski Perserikatan Bangsa-Bangsa masih eksis, namun tak berdaya saat harus melindungi kaum muslimin di Gaza.
Serangan tragis pada bulan Juli yang lebih layak disebut sebagai pembantaian atas warga sipil Gaza ini mengingatkan kaum muslimin dunia atas Peristiwa Srebrenica. Yaitu peristiwa pembantaian atas 8.000 kaum muslimin di Bosnia Herzegovina.
Saat itu, ada pasukan Belanda yang membawa mandat PBB yang semestinya melindungi kaum mulimin di Srebrenica. Namun, pasukan keamanan PBB tersebut ternyata tak berdaya mencegah pembantai yang amat keji itu. Kini, kita pun melihat betapa PBB hanya bisa berseru tanpa bisa melindungi warga sipil di Gaza. Padahal, jumlah korban yang jatuh telah begitu besar.
Kaum muslimin di seluruh dunia wajib mengingat peristiwa Srebrenica. Mengenang betapa pembantaian etnis muslim selalu terulang. Dari zaman inkuisisi di Spanyol yang mampu membersihkan daratan Spanyol dari penganut Islam, padahal sebelumnya selama 7 abad Islam berkuasa di kawasan tersebut.
Peristiwa Srebrenica di Bosnia adalah model etnis cleansing yang serupa. Hari ini, kita melihatnya begitu jelas di layar TV di rumah kita masing-masing, bagaimana warga Gaza ingin dimusnahkan dengan cara yang kurang lebih serupa.
Tragedi Bulan Juli
Pembantaian Srebrenica terjadi pada bulan Juli 1995 di wilayah Bosnia dan Herzegovina, selama Perang Bosnia yang berlangsung dari tahun 1992 hingga 1995. Perang ini dipicu oleh runtuhnya Yugoslavia dan meningkatnya ketegangan etnis antara Serbia, Kroasia, dan Muslim Bosnia. Srebrenica, sebuah kota kecil yang mayoritas penduduknya adalah Muslim Bosnia, telah dinyatakan sebagai “zona aman” oleh PBB pada tahun 1993, dan dijaga oleh pasukan penjaga perdamaian, United Nations Protection Force (UNPROFOR) dari Belanda.
Pada 11 Juli 1995, pasukan Serbia Bosnia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko Mladić menyerbu Srebrenica. Meski pun berada di bawah perlindungan PBB, pasukan penjaga perdamaian Belanda tidak mampu mencegah serangan tersebut.
Maka, dalam beberapa hari berikutnya, sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia ditangkap, dipisahkan dari keluarga mereka, dan dieksekusi secara massal. Jenazah mereka kemudian dikuburkan di kuburan massal yang tersembunyi.
Pembantaian ini dianggap sebagai kekejian terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II dan telah diakui sebagai genosida oleh Pengadilan Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia atau The International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY) dan Mahkamah Internasional – Internasional Court of Justice (ICJ).
Jenderal Ratko Mladić, yang memimpin pasukan Serbia Bosnia dalam serangan ini, dianggap sebagai salah satu aktor utama di balik pembantaian Srebrenica. Selain itu, Radovan Karadzic, Presiden Republika Srpska saat itu, juga memainkan peran penting dalam perencanaan dan pelaksanaan kekejian tersebut.
Pada tahun 2017, Ratko Mladić dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh ICTY atas tuduhan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pelanggaran hukum perang. Radovan Karadzic juga dihukum oleh ICTY pada tahun 2016 dan dijatuhi hukuman 40 tahun penjara, yang kemudian ditingkatkan menjadi hukuman penjara seumur hidup pada tahun 2019.
Pembantaian Srebrenica memiliki dampak yang mendalam, bukan saja pada sejarah dan politik Eropa, tetapi juga dunia Islam. Peristiwa ini menggambarkan kegagalan komunitas internasional dalam mencegah genosida, yang menimpa pemeluk Islam.
Nah, akankah ketidak berdayaan badan dunia dalam mengendalikan kebrutalan Israel dan melindungi kaum muslimin di Gaza akan mengulang peristiwa itu? Kita lihat, telah beberapa bulan yang lalu ICJ menyatakan bahwa peristiwa di Gaza sebagai genosida dan memerintahkan Israel untuk menghentikan serangan, tetapi tak digubris sama-sekali.
Apa yang bisa mereka perbuat? Mengapa kita berharap kepada orang yang tidak beriman? Bukankah Allah ﷻ telah mengingatkan:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” – QS. At Taubah:70
Tragedi Srebrenica adalah monumen sejarah yang tak boleh dilupakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Musuh Islam di segala zaman akan selalu melakukan kekejian serupa untuk memusnahkan Islam. Meski Allah yang akan selalu menjaga Cahaya-Nya (agama), namun sebagai pemeluk Islam kita patut waspada dan selalu belajar dari sejarah.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!