UAS: Indonesia Belum Merdeka dari Lima Hal

UAS hadir sebagai penceramah dalam acara yang diadakan di Masjid Jami' Matraman, Jakarta Pusat, Jumat, 18 Agustus 2023, itu. Acaranya dimulai pukul 16.00 WIB, namun jamaah telah hadir di Masjid Jami' Matraman sejak sebelum ashar. Sembari menunggu UAS yang dikabarkan dalam perjalanan, tepat pukul 16.00 WIB acara dibuka. Tabuhan marawis dan beberapa sambutan dari para tokoh masyarakat pun disampaikan. Pemberi kata sambutan antara lain adalah perwakilan dari Polda Metro Jaya, TNI, para pembesar agama, panitia, dan pengurus Yayasan Masjid Jami' Matraman (MJM).

Usai sambutan, UAS datang disambut dengan shalawat. Jamaah pun sibuk mendokumentasikan tokoh yang mereka nantikan itu dengan smartphone masing-masing. Tak lama kemudian, UAS memulai ceramah. Di dalam paparannya, UAS menyebutkan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya. Banyak kekayaan yang seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh rakyat, tetapi kenyataannya tidak. Sebab, bangsa Indonesia memang belum sepenuhnya merdeka. Mengapa? UAS menyebut, Indonesia hanya merdeka dari para penjajah, tetapi belum merdeka dari lima hal. Apa saja?

Kejahilan

UAS menyebut, bangsa Indonesia belum merdeka dari kejahilan. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa membaca. Khususnya membaca Al Qur'an. Saat ini, menurut UAS, setidaknya ada 72% masyarakat Indonesia yang belum bisa membaca Al Qur'an. Padahal, dengan merdeka dari kejahilan, bangsa ini akan mampu menjadi pendidik yang baik bagi kelangsungan bangsa Indonesia ke depannya.

Menurut UAS, kejahilan bisa diselesaikan melalui masjid. Sebab, masjid merupakan simbol penting umat Islam. Masjid juga menjadi warisan penting dari Nabi Muhammad Saw dalam dakwahnya.

“Nabi Muhammad Saw tidak mewariskan istana, benteng-benteng, melainkan mewariskan masjid. Barang siapa membangun masjid, dia telah menjaga warisan Nabi Saw,” kata UAS.

UAS pun menjelaskan, dalam memberantas kejahilan, ulama memiliki peran yang amat penting. Jika ulama selamat, bangsa akan selamat dari kejahilan. Maka, UAS mengajak bangsa Indonesia agar selalu mendoakan para ulama, agar mereka diberikan kesehatan dan keselamatan demi tersambungnya rantai keilmuan bangsa Indonesia.

Adu Domba

Hal ini merupakan dampak dari poin pertama. Bangsa Indonesia menjadi mudah diadu domba karena kejahilan bangsa ini sendiri. Sehingga, meningkatkan keilmuan dan semangat menuntut ilmu menjadi amat krusial dalam melawan kejahilan.

Untuk menjaga NKRI dari adu domba, UAS mengajak kita agar tetap menjaga kesatuan NKRI. Caranya dengan menjaga persaudaraan sesama bangsa, sekalipun kita berbeda agama, suku bangsa, dan bahasa, kita tetap adalah saudara dalam satu Pancasila, satu bangsa, satu bahasa, satu negara.

Baca Juga : Melihat ke Dalam

Rasa Tak Berbelas Kasihan terhadap Saudara

Di dalam paparannya, UAS menceritakan kisahnya bersama seorang veteran. Veteran tersebut berkisah kepada UAS bahwa suatu hari di sebuah pasar dia bertemu seorang tentara Jepang bersama para “Jepang hitam”(maksudnya: prajurit Indonesia berotak penjajah) di belakangnya. Sang tentara Jepang hanya bersikap biasa saja sembari melihat-lihat, tetapi justru prajurit di belakangnya yang mengambil telur-telur, kambing-kambing, dan berbagai dagangan yang ada di sana. Hal ini disebabkan karena mereka tidak menganggap kita sebagai saudara. Nah, merekalah para pengkhianat bangsa ini.

“Kenapa mereka mengkhianati kita? Karena mereka tidak menganggap kita saudara,” tegas UAS prihatin.

Hal tersebut pun terjadi hari ini. Saat ini banyak masyarakat yang tidak peduli dengan kondisi sekitarnya. Sehingga, kesenjangan sosial menjadi hal yang umum terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

Sifat Tamak

Sifat tamak membuat banyak orang mengambil hasil alam untuk kepentingan pribadi dan golongan. Kekayaan Indonesia amat banyak. Digali dari tanahnya timbul emas, ditelusuri hutannya banyak berlimpah rempah-rempah, dari laut pun banyak ikan dan sumber daya lain. Namun, semua itu dirampas oleh penjahat bangsa ini, yaitu para koruptor. Korupsi yang dilakukan penjahat bangsa itu menyebabkan kerugian besar bagi Indonesia. Sehingga, masyarakat pun tidak merasakan kekayaan Indonesia yang berlimpah karena dirampas. Maka, UAS mendoakan, semoga para koruptor dan penjahat negeri ini diberi hidayah sehingga bisa mengelola negara ini dengan amanah.

Baca Juga : Mengapa Koruptor tidak Merasa Bersalah ?

UAS menjelaskan, hal tamak ini ternyata pernah disebutkan juga oleh Rasulullah Saw. Hal itu dijelaskan dalam hadits.

“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)

Perpecahan dan Permusuhan

UAS lantas menyarankan agar kita senantiasa menjaga pertemanan yang baik dengan lingkungan. Sebab, permusuhan timbul dari lingkungan yang buruk. Maka, menghindari lingkungan buruk yang di dalamnya terdapat dosa merupakan upaya kita dalam menjaga kesatuan dan menghindari perpecahan bangsa ini.

Allah berfirman, "Janganlah kalian tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan."

Di akhir sesi, UAS mendoakan agar bangsa Indonesia mampu bersatu dan sanggup kembali berkumpul dalam surga firdaus kelak. Pukul 16.30 WIB, acara diakhiri dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh KH Maulana selaku salah satu pemuka agama setempat.