Rektor Universitas Qarawiyin, Fez, Maroko, Syeikh Dr. Amal Jalal, menerima dan menyambut baik kunjungan perwakilan dari Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ), di Fez, pada Jumat (11/10/2024). Bahkan, di kesempatan itu, Syeikh Dr. Amal Jalal secara terbuka menawarkan MoU (Memorandum of Understanding) atau perjanjian kerja sama antara dua Lembaga, terkait beasiswa kuliah di Universitas Qarawiyin.
“Di awal pertemuan ini, kita akan terus berkomunikasi, dan bagusnya kita lanjutkan hubungan ini dengan membuat memorandum of understanding,” kata Dr. Amal Jalal.
Pertemuan rombongan PPIJ dengan Rektor Universitas Qarawiyin itu juga turut dihadiri sejumlah pemangku kepentingan di Jakarta. Di antaranya Kabag Mental Spiritual Biro Dikmental Prov DKI Jakarta, H. Aceng Zaeni; Ka Subbag Pembinaan Kelembagaan Mental Spiritual Biro Dikmental DKI Jakarta, H. Mukhlis; dan Kadiv Umum PPIJ, Ir. Sukri Kardjono, beserta staf.
PPIJ memandang, sebagai Kota Global, Jakarta sejatinya akan mendorong banyak relasi dan interaksi sosial ekonomi serta budaya dengan banyak pihak dari lintas negara dan peradaban. Di dalam konteks ini, menjadi penting bagi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) untuk menajamkan realisasi visi pusat peradaban Islam internasional melalui program dan kegiatan berskala internasional. Salah satu wujudnya adalah melalui kegiatan studi Peradaban Islam di Maroko dan Tunisia, yang mereka selenggarakan tanggal 8-17 Oktober 2024. Hasil-hasil perjalanan PPIJ ke Maroko dan Tunisia itu disampaikan dalam keterangan pers pada Sabtu (19/10/2024) kemarin.
Menurut Kepala Pusat PPIJ, Dr. KH Didi Supandi, kegiatan studi Peradaban Islam tersebut sukses membawa hasil yang positif, khususnya dengan adanya penawaran kerja sama antara PPIJ dengan Universitas Qarawiyin, Fez, Maroko, tersebut. Maka, penawaran MoU dari Rektor Universitas Qarawiyin Maroko itu pun disambut dengan gembira oleh pemimpin PPIJ. Kepala Pusat PPIJ, Dr. KH Didi Supandi, menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga atas penawaran tersebut, dan akan menindaklanjuti penawaran tersebut melalui komunikasi lanjutan dengan pihak Universitas Qarawiyin.
“Kerja sama ini bisa dimulai melalui kegiatan seminar atau konferensi internasional yang digagas oleh PPIJ terlebih dahulu sebagai upaya mendekatkan ke langkah-langkah MoU,” jelas Kiai Didi.
Kiai Didi menambahkan bahwa hasil tersebut menjadi salah satu dari tiga kesuksesan kegiatan studi itu. Tiga sukses itu adalah pertama, adanya tawaran MoU dari Rektor Universitas Qarawiyin kepada PPIJ. Kedua, pihak Duta Besar RI untuk Maroko menyampaikan dukungannya untuk program pengiriman beasiswa kuliah di Maroko. Ketiga, Pemprov DKI Jakarta melalui Biro Dikmental Provinsi DKI Jakarta juga menyampaikan apresiasi dan dukungan atas hasil positif dari studi Peradaban Islam di Maroko.
Kabag Mental Spiritual Biro Dikmental Provinsi DKI Jakarta, H Aceng Zaeni, mengapresiasi program PPIJ tersebut. “Kami dari Biro Dikmental Prov DKI Jakarta sangat mengapresiasi program studi peradaban Islam yang dilaksanakan oleh PPIJ ini. Selanjutnya, Biro Dikmental Provinsi DKI Jakarta akan mengoordinasikan langkah-langkah selanjutnya agar hasil studi ini dapat diimplementasikan dengan baik,” urai H Aceng Zaeni.
Aceng juga berharap agar program seperti ini dapat dilanjutkan agar PPIJ bisa dikenal luas oleh peradaban lain di dunia. Ditambah lagi dengan niat mulia untuk beasiswa pendidikan bagi putra-putra Jakarta ke pusat-pusat peradaban Islam.
Bincang Hangat dengan Mantan Rektör Universitas Qarawiyin
Selain agenda perjalanan ke Universitas Qarawiyin, di Maroko PPIJ juga mengagendakan kunjungan ke Syaikh Mustafa Najim di Casablanca, Maroko. Kunjungan ke Rektor Universitas Qarawiyin periode sebelumnya itu dilakukan pada Rabu (9/10/2024). Pada 2016 dan 2017, Syeikh Mustafa Najim pernah berkunjung ke Jakarta Islamic Centre. Kunjungan PPIJ ke Mantan Rektor Universitas Qarawiyin itu juga sekaligus menjadi kunjungan balasan PPIJ ke Maroko.
Silaturahim dengan Syeikh Mustafa Najim berjalan sangat akrab. Terlebih kegiatan ini bertempat di Nara Restoran, Casablanca, Maroko. Ulama yang sekarang menjabat sebagai Mudir Madrasah Qur’an Masjid Hasan II Casablanca ini banyak membincangkan tentang Islam dan relasi antara Maroko dengan Indonesia, karena beliau cukup sering datang ke Indonesia, dan termasuk cukup akrab dengan ulama-ulama dari Indonesia.
“Indonesia dan Maroko memiliki banyak kesamaan. Indonesia adalah negara Islam paling Timur sedangkan Maroko adalah negara Islam paling Barat. Indonesia aqidahnya Maturidi, mazhabnya Syafii, dan tasawufnya Al Ghazali, sedangkan Maroko aqidahnya Asy'ari, mazhabnya Maliki, tasawufnya Junaid Al-Baghdadi. Hal itu menjadikan keduanya negara Islam yang ramah dan rahmat lil'alamin,” jelas Syeikh Mustafa Najim.
Mendengarkan uraian Syeikh Mustafa Najim yang penuh keilmuan, keteduhan, dan kesederhanaannya, membuat pertemuan itu menjadi penyemangat spiritualitas untuk menguatkan kerjasama kedua negara. Meski pun pertemuan itu berlangsung singkat.
Itulah hasil perjalanan PPIJ. Selanjutnya, PPIJ perlu menyusun langkah-langkah strategis berikutnya untuk menindaklanjuti penawaran MoU dengan Universitas Qarawiyin Maroko tersebut. Semoga dalam waktu dekat program beasiswa kuliah di Madinatul Ilmi, Maroko, bisa terlaksana.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!