Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) pada 2 Juni 2025 mengungkapkan data mengerikan tentang dampak perang dan genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Sejak dimulainya agresi militer penjajah Israel pada Oktober 2023, lebih dari 50.000 anak Palestina telah syahid, menjadikan ini sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk terhadap anak-anak dalam sejarah modern.
Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Edward Beigbeder, menyatakan, anak-anak di Gaza menghadapi “serangkaian kekejaman yang tak terbayangkan". Ia menegaskan bahwa dalam beberapa hari terakhir saja, gambar-gambar dari lapangan menunjukkan penderitaan yang luar biasa, termasuk anak-anak yang hangus terbakar dan tubuh mereka hancur di bawah reruntuhan rumah.
Salah satu kasus memilukan datang dari keluarga Al-Najjar di Khan Younis, di mana sembilan dari sepuluh anak mereka syahid dalam serangan udara, dengan satu anak yang selamat namun mengalami luka berat. “Anak-anak ini bukan sekadar angka. Mereka adalah korban dari pelanggaran serius dan terus-menerus terhadap hukum internasional,” kata Beigbeder.

Pelanggaran Berat terhadap Anak-anak
UNICEF mencatat berbagai pelanggaran serius terhadap hak-hak anak. Di antaranya termasuk: Mengalami pembunuhan dan cedera fisik secara langsung; Pemblokiran bantuan kemanusiaan; Pengungsian paksa dan kelaparan ekstrem; Penghancuran fasilitas penting semisal rumah sakit dan sekolah.
Sejak berakhirnya gencatan senjata pada 18 Maret 2025, setidaknya 1.309 anak telah terbunuh dan 3.738 lainnya terluka. Beigbeder lantas memertanyakan, "Berapa banyak anak lagi yang harus tewas? Seberapa mengerikan gambar yang harus disaksikan dunia sebelum bertindak?"
Seruan Mendesak untuk Aksi Global
UNICEF dan UNRWA kembali menyerukan kepada komunitas internasional untuk segera: Mewujudkan gencatan senjata permanen; Menjamin perlindungan terhadap anak-anak dan warga sipil; Memastikan akses penuh terhadap bantuan kemanusiaan; Menegakkan hukum internasional dan hak asasi manusia; Membebaskan seluruh tahanan, termasuk anak-anak yang ditahan tanpa proses hukum.
“Anak-anak di Gaza membutuhkan lebih dari simpati. Mereka membutuhkan tindakan nyata, kolektif, dan segera, untuk menyelamatkan hidup mereka dan masa depan mereka,” tegas Beigbeder.
(Sumber: Al Jazeera)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!