Urban Farming, Alternatif Solusi Hadapi El Nino

Urban Farming, Alternatif Solusi Hadapi El Nino
Photo by Markus Spiske / unsplash

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan, El Nino tahun ini akan mencapai puncaknya mulai Agustus hingga September. Senin, 31 Juli 2023, BMKG merilis, fenomena El Nino yang memicu turunnya curah hujan itu mulai muncul dalam kondisi lemah. Hujan diperkirakan masih akan turun di sebagian wilayah Indonesia pada pekan-pekan awal Agustus. Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terdapat di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua, untuk periode 1–7 Agustus 2023.

Pemerintah sendiri berupaya melakukan sejumlah langkah mengantisipasi kekurangan bahan pangan akibat kekeringan yang dipicu El Nino. Kepada masyarakat, pemerintah juga memastikan ketersediaan pasokan pangan masih terjaga dengan baik. Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan, jumlah stok pangan dalam negeri cukup untuk menghadapi dampak dari cuaca ekstrem dan kemarau panjang.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, untuk komoditas beras, pihaknya telah menugaskan Perum Bulog agar mempercepat penyerapan 2,4 juta ton beras untuk kebutuhan masyarakat tahun ini. Arief pun menegaskan, cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini sudah mencapai 800.000 ton. Diupayakan juga untuk mencapai target yang dicanangkan Presiden, yaitu agar CBP dapat mencapai 1 juta ton pada bulan depan. Upaya lain pemerintah adalah melanjutkan program bantuan pangan untuk 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) berupa beras masing-masing 10 kg, mulai Oktober sampai Desember 2023.

Selain beras, pemerintah juga memitigasi untuk memperpanjang umur simpan beberapa komoditas, semisal ayam dan daging. Penyediaan stok sudah dilakukan lebih awal menggunakan cold storage. Arief pun memastikan kebutuhan daging ayam dan sapi 700.000 ton tersedia dengan baik. Bapanas juga mencatat stok kedelai di dalam negeri masih aman untuk memenuhi kebutuhan sampai dua bulan ke depan. Sedangkan komoditas hortikultura, pemerintah tengah menyiapkan urban farming untuk memastikan tetap bisa melakukan kegiatan tanam di saat El Nino melanda.

Urban farming atau pertanian kota adalah kegiatan mengolah produk pertanian di lahan perkotaan. Intinya pada pemanfaatan ruang terbuka menjadi lahan hijau dengan tujuan untuk menghasilkan produk pertanian. Sehingga, urban farming memungkinkan pertanian dilakukan di wilayah perkotaan, misalnya di area pemukiman penduduk. Sedangkan, sebelumnya kegiatan pertanian identik dilakukan di wilayah pedesaan.

Ada sejumlah tempat yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi urban farming. Misalnya di pekarangan rumah, balkon, atap rumah, lahan di area pemukiman, atau area perkantoran. Urban farming atau pertanian di perkotaan juga dianggap berperan penting sebagai alternatif solusi menghadapi El Nino, karena ada banyak orang yang tinggal di perkotaan.

Selain diterapkan pada pertanian dan perkebunan yang meliputi kegiatan tanam menanam, urban farming juga mencakup peternakan dan budi daya. Salah satu keuntungan penerapan urban farming adalah mempersingkat waktu dan jalur distribusi hasil pertanian. Sebab, konsep urban farming bisa membantu masyarakat menghasilkan bahan pangan sendiri.

Semakin pendek waktu perjalanan dan jalur distribusi pangan, gizinya akan semakin terjaga dengan baik. Sehingga, salah satu keuntungan penerapan urban farming adalah untuk menghasilkan produk pertanian yang lebih bergizi untuk dikonsumsi. Dan jika urban farming dilakukan di rumah, masyarakat juga dapat lebih menghemat biaya karena mendapatkan hasil pertanian langsung di rumah sendiri, tak harus pergi ke pasar.

Beberapa tanaman yang umum dibudidayakan dalam urban farming misalnya sayuran hijau, antara lain sawi, kangkung, bayam, dan pakchoy. Selain itu, tanaman rempah semisal jahe dan serai pun dapat dibudidayakan dengan urban farming. Bahkan umbi-umbian semisal singkong dan ketela, hingga buah-buahan semisal cabai, tomat, anggur, dan mentimun, juga bisa menjadi komoditas hasil budi daya urban farming. Di lahan yang lebih luas, urban farming juga bisa diterapkan untuk budi daya ikan di kolam. Atau beternak ayam.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.