Pada Selasa (6/8/2024), Hamas telah memilih Yahya Sinwar sebagai Kepala Biro Politik gerakan tersebut, menggantikan pemimpin syuhada, Ismail Haniyya. Penunjukan Yahya Sinwar sebagai Kepala Biro Politik Hamas menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan Israel. Sebab, ia telah menunjukkan sikap untuk menghadapi Israel.
Yahya Sinwar telah berucap, “Menembakkan 250 roket ke Tel Aviv lebih mudah bagi kami dibandingkan meneguk air”. Ucapan itu menggambarkan tekad dan agresivitasnya dalam menghadapi Israel.
Yahya Sinwar, yang menggantikan Ismail Haniyya setelah kematiannya, membawa atribut kepemimpinan yang tidak hanya keras dalam perlawanan tetapi juga cerdas dalam strategi. Sinwar memiliki rekam jejak panjang dalam operasi militer dan intelijen melawan Israel. Sejak era 1980-an, ia telah keluar-masuk penjara Israel karena aktivitasnya dalam perjuangan Palestina.
Selama masa penahanan, Yahya Sinwar tetap menjadi tokoh sentral dalam Hamas dan diakui atas kepemimpinannya dalam negosiasi pertukaran tawanan. Termasuk pertukaran besar pada tahun 2011 yang melibatkan lebih dari seribu tahanan Palestina dengan seorang tentara Israel.
Pakar Timur Tengah, Jonathan Schanzer, mencatat bahwa dengan akar mendalam dalam aktivitas militan Hamas dan ketegasan dalam negosiasi, Sinwar adalah pemimpin yang tangguh yang mampu menavigasi baik arena militer maupun diplomatik.
Pernyataan Sinwar yang terkenal tersebut menandakan pendekatan tanpa kompromi terhadap Israel.
Kepemimpinan Yahya diharapkan membawa Hamas ke fase baru dalam perlawanan mereka, dimana strategi militer akan lebih terkoordinasi dengan upaya diplomatik untuk menggalang dukungan internasional.
Dengan kapasitasnya sebagai otak pertahanan Hamas di Gaza, Yahya Sinwar telah mengembangkan taktik perang gerilya yang inovatif.
Di bawah kepemimpinannya, Brigade Izzudin Al Qassam menjadi lebih efektif dalam menghadapi operasi militer Israel, dan menimbulkan kerugian signifikan pada pihak Israel.
Proyeksi langkah Sinwar dengan pernyataannya itu adalah bahwa Hamas akan terus meningkatkan perlawanan militer mereka, sementara juga memperkuat posisi diplomatiknya di arena internasional.
Sinwar akan mengupayakan pengembangan jaringan internasional Hamas dan memperluas negosiasi global, meski pun ini berarti ia harus menjalankan fungsi ganda yang menuntutnya sering keluar dari Gaza menuju Doha dan tempat lainnya.
Israel mungkin menyesal atas pembunuhan Haniyya jika penggantinya adalah seorang Yahya Sinwar dengan segala atributnya, yang membuat perlawanan Palestina semakin terkoordinasi dan intens.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!