Yang Dirindukan dan Dilupakan

Yang Dirindukan dan Dilupakan
Yang Dirindukan dan Dilupakan / Foto Istimewa

Rasanya ada sesuatu yang mulai lepas dari genggaman. Ketika banyak orang berpaling pada kefanaan.

Ingatkah? Sang Qorun tersungkur dalam timbunan harta, karena durhaka.

Juga ketika Karl Mark menganjurkan orang menengok materi. Tragedi sejarah manusia dimulai. Manusia menjadi terbelenggu dalam bentuk keberhalaan baru. Ditorehkan di atas sejarah keserakahan, kebuasan, kebengisan, keberkuasaan, kemesuman, dan penderitaan, demi penderitaan yang tragis. Tanpa manusia sempat membacanya. Sebuah tanda. Kerinduan tanpa batas pada keduniaan.

Kefanaan adalah obsesi kekekalan manusia kini. Di dalam ketidaktahuan dan ketidakberdayaan dia menangkis terjangan peradaban materialisme. Ada sesuatu yang kini mulai tidak bisa dipahaminya. Keberadaan Tuhan dalam pentas kesejarahan.

Kesempurnaan Islam
Di bawah sistem Islami, semua orang menikmati rahmat Islam dalam keyakinannya masing-masing. Orang Yahudi menikmati berkah Islam dalam keyahudiannya. Orang Nashrani mencicipi madu Islam dalam kenasraniannya. Dan seterusnya.

Atau, Tuhan telah mati, seperti kata Nietzsche. Kalau benar, mengapa sejarah tetap bergulir? Tidak! Mungkin Nietzsche tidak mengenal-Nya. Atau mungkin putus asa terhadap-Nya. Atau mungkin kecewa karena Tuhan selalu absen dalam setiap tindak kebiadaban manusia. Nietzsche rupanya tidak memahami-Nya.

Lantas, di manakah Dia, kini?

Tengoklah pada tragedi Abrahah. Pasukan bergajah itu tak mampu, walau sekadar, menyentuh dinding Ka'bah. Tanpa perlawanan apa pun dari si penghulu suku, Abdul Mutholib. la cuma bergumam, "Ka'bah rumah Tuhan, biarlah Tuhan yang menjaganya".

Abrahah dan tentaranya tewas. Tanpa pernah dimengerti, mengapa? Tuhan memainkan peran-Nya di sana. Bagaimana jika tidak? Apa yang terjadi pada sejarah manusia?

Ah! Manusia memang tak cepat percaya.

Lihatlah, betapa sejarah begitu berdebar-debar. Bahkan nyaris kecewa. Ketika kaum Quraisy sampai di pintu Gua Tsur. Di sinilah sejarah ditentukan. Seekor laba-laba tiba-tiba membuat sarang di seputar pintu Gua. Sejarah akhirnya mengangguk juga. "La tahzan innallaha ma'ana," jawab Nabi saw kalem.

Hijrah dan Cinta
Peristiwa hijrah adalah guru umat beriman dalam hal cinta dan keikhlasan. Di sana ada manusia-manusia yang rela meninggalkan apa-apa yang mereka kasihi: harta, kedudukan, istri atau suami, bahkan tanah air dan bangsa. Semua karena cinta sejati, cinta kepada Ilahi.

Kalau bagitu, Tuhan masih ada?

"Tuhan ada di hati mu'min!" teriak Iqbal.

Tetapi kenapa Dia sering tak datang?

Barangkali Dia pencemburu. Memang. Bukan karena tidak sayang kepada hamba-Nya. Cuma Dia suka tersinggung jika cinta-Nya dipermainkan.

Tengok saja perang Uhud. Tuhan tiba-tiba meninggalkan hamba-Nya begitu saja. Hanya karena sang hamba tergiur harta. Tuhan kecewa dinomorduakan. Manusia rupanya lebih cinta materi tinimbang Tuhan.

Mungkinkah ada yang salah dalam cara kerja kita selama ini? Atau kita perlu mengkaji ulang? Merenungi lagi wahyu-wahyu-Nya. Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas, dari genggaman. Ketika manusia mulai melupakan-Nya.

Cobalah simak satu ayat-Nya. Masihkah kita berdusta?

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah" (Surat Al-Baqarah ayat 165).

Bahkan, mungkin, kita lebih merindui dunia. (MA)

Disadur dari majalah Sabili Edisi No.27/II 27 Dzulhijjah 1410 H/20 Juli 1990 M

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.