Masjid Al-Qiblatain, Saksi Bisu Perpindahan Kiblat

Masjid Al-Qiblatain, Saksi Bisu Perpindahan Kiblat
Masjid Al-Qiblatain / Muhammad Hanif

Penulis: Muhammad Hanif (Mahasiswa Universitas Islam Madinah dan Kontributor sabili.id)

Masjid Al-Qiblatain atau Masjid dua kiblat  dahulu bernama Masjid Bani Salimah. Letaknya berada di jalan Khalid bin walid tidak jauh dari Universitas Islam Madinah dan juga berdekatan dengan sungai bersejarah, Wadi 'Aqiq. Masjid yang jaraknya sekitar 8 kilometer dari Masjid Nabawi itu dahulunya berada di batas kota Madinah.

Kala Nabi Muhammad ﷺ‎ dan sahabat berhijrah ke kota Madinah, kaum muslimin melaksanakan solat lima waktu menghadap ke Masjidil Aqso Palestina. Hal tersebut berjalan selama 16 sampai 17 bulan. Hingga pada tahun kedua Hijriyah, turun perintah Allah untuk memindahkan arah kiblat menuju Ka'bah di Mekkah.

Ada banyak riwayat yang menjelaskan proses terjadinya perpindahan kiblat. Diantara riwayat yang masyhur, bahwa suatu ketika Rasulullah ﷺ‎ mengunjungi perkampungan Bani Salimah untuk bertemu dengan Shahabiyah Ummu Bisyr, anak perempuan dari sahabat Al-barra’ bin Ma’rur radhiyallahu ‘anhuma (sahabat yang pertama bersedia untuk berbaiat setia di 'Aqabah), sebagai ucapan belasungkawa karena di tinggal mati suaminya. Tidak beberapa lama, masuklah waktu shalat Zuhur.

Rasulullah ﷺ‎ bersama sahabat segera melaksanakan shalat zuhur di Masjid Bani Salimah. Ditengah shalat, kala rakaat kedua turunlah firman Allah ﷻ yang berisi perintah untuk merubah kiblat menghadap Ka'bah. Seketika itupula, Rasulullah ﷺ‎ dan sahabat langsung merubah kiblat ke Masjidil Haram.

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” QS. Al-Baqarah:144

Diriwayatkan dari Ibnu Hajar, bahwa tatkala datang perintah untuk merubah kiblat ke Ka’bah, shalat pertama yang Rasulullah ﷺ‎ lakukan adalah salat zuhur di Masjid Bani Salimah atau Masjid Al-Qiblatain. Kemudian di Masjid Nabawi untuk sholat ashar nya. Adapun di Masjid Quba beliau shalat disana ketika waktu subuh hari berikutnya. Demikian dijelaskan dalam Fathul Baari.

Interior Masjid Al-Qiblatain, Quba / Sabili.id
Tanda Mihrab Lama Menghadap Masjidil Aqsa / Muhammad Hanif

Sekarang masjid ini memiliki dua kubah. Kubah yang berukuran besar menandai arah kiblat ke Masjidil Haram, adapun yang kecil, mengarah ke Masjidil Aqsha.

Begitu juga mihrab di dalam ada dua, mihrab yang menghadap Masjidil Aqsha untuk sekarang hanya berupa tanda saja, yang memang tidak digunakan lagi.

Diriwayatkan bahwa Bani Salimah pernah berencana untuk berpindah tempat tinggal ke sekitaran Masjid Nabawi. Tujuannya agar dapat selalu shalat berjamaah dengan Baginda Rasulullah ﷺ‎ tanpa ada yang terlambat atau masbuk.

Rasulullah ﷺ‎ mendengar kabar tersebut, sebagai sosok pemimpin yang mengerti kebutuhan rakyat nya, dan juga sangat memperhatikan keamanan wilayahnya, beliau bersabda:

يا بَنِي سَلِمَةَ، دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ، دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ
“Wahai Bani Salimah, dari rumah kalian akan tercatat (pahala) langkah-langkah kalian, dari rumah kalian akan tercatat (pahala) langkah-langkah kalian,”

Mendengar nasihat dari Baginda Rasulullah ﷺ‎, Bani Salimah pun berkata:

مَا يَسُرُّنَا أنَّا كُنَّا تَحَوَّلْنَا
“Tidak ada yang membahagiakan kami untuk berpindah rumah”

Akhirnya Bani Salimah mengurungkan niat untuk pindah dan tetap membantu Rasulullah ﷺ‎ menjaga perbatasan, karena lokasi perkampungan mereka adalah pintu utama untuk masuk ke jantung kota Madinah. Disamping itu merekapun lebih termotivasi berangkat lebih awal dibanding sahabat lain yang tinggal di sekitaran Masjid Nabawi.

Demikian pelajaran nubuwah dari Rasulullah ﷺ‎. Beliau mengisyaratkan bahwa tempat tinggal yang jauh dari masjid bukanlah penghalang kaki ini untuk melangkah, bahkan menjadi motivasi tersendiri bahwa ganjarannya akan jauh lebih besar dibanding orang yang tinggal di sekitar masjid. Oleh karena itu berbahagialah bagi mereka yang kondisinya sama dengan Bani Salimah.

Adapun dari Bani Salimah kita bisa mencontoh, bahwa barometer mereka dalam memilih tempat tinggal, dilandasi atas motivasi ukhrawi. Bukan duniawi semata. Semoga kisah tersebut bisa kita ambil hikmahnya dan Allah ﷻ mudahkan kita menjadi hamba Nya yang mendirikan shalat.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.