Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA: “Rasulullah ﷺ‎ Selalu Hebat sebagai Leader maupun Manajer”

Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA: “Rasulullah ﷺ‎ Selalu Hebat sebagai Leader maupun Manajer”
Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA saat mengisi ceramah tarawih di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. / Kanzul R. (Sabili.id)

Di malam keempat belas Ramadan 1445 Hijriyah, wartawan Sabili.id kembali berkesempatan melaksanakan shalat tarawih di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Pada Ahad malam, 24 Maret 2024, itu yang bertindak sebagai khatib adalah Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA. Di masjid yang berlokasi di Jalan Taman Sunda Kelapa Nomor 16 itu, ceramah tarawih dilaksanakan setelah shalat Isya.

Ratusan jamaah telah memadati masjid yang lokasinya di dekat Taman Surapati, Menteng, itu sejak sebelum isya. Mereka tak beranjak dari tempat saat Kiai Nasaruddin Umar yang sehari-hari adalah Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, itu memulai ceramah. Di malam itu, guru besar UIN Syarif Hidayatullah itu mengangkat tema ceramah “Strategi Perjuangan Rasulullah ﷺ‎ Mencapai Sukses yang Gemilang”.

“Kehebatan Rasululah ﷺ‎ adalah kemampuan untuk menyatukan antara dirinya sebagai seorang manajer dan juga dirinya sebagai seorang leader. Banyak orang yang tampil sebagai leader tetapi tidak mampu menjadi manajer. Sebaliknya, juga banyak orang yang pintar menjadi manajer tetapi tidak bisa menjadi leader,” kata Kiai Nasaruddin.

Pria kelahiran 23 Juni 1959 itu lantas menjelaskan Apa perbedaan leader dan manajer. Ada sejumlah karakteristik leader. Untuk menjadi leader, seorang pemimpin membutuhkan sosok dirinya sebagai figure tertentu yang berwibawa. Seorang leader biasanya memiliki warisan genetik semisal keturunan bangsawan, contohnya bapaknya kiai maka anaknya  menjadi gus, pelanjut popularitas orang-orang  di sekitarnya, baik ibunya, bapaknya atau kakeknya, dan secara otomatis nanti akan mendapatkan nilai-nilai yang sangat karismatik, berwibawa, biasanya follower-nya banyak, dan mungkin didukung oleh fisik yang cantik, tampan, atau ideal, suaranya bagus, kemudian atraktif. Itu ciri-ciri seorang leader yang punya pengaruh kuat di dalam masyarakat.

“Tetapi belum tentu seorang leader mampu menjadi manajer yang baik. Apa yang disebut manajer? Manajer itu memiliki kemampuan memenej, mengelola institusi lembaga secara profesional. Mungkin dia bukan darah biru, mungkin tidak punya follower yang banyak, mungkin juga tidak punya sandaran psikologis, tidak punya bapak-ibu atau kakek-nenek yang hebat, tetapi dia menguasai beberapa talenta yang sangat diperlukan dalam dunia manajemen. Dan makanya berhasil menjadi seorang manajer. Dikasih 100 items pekerjaan, margin of error-nya itu mungkin hanya 4 atau sampai 5, sudah, saking hebat. Dia tidak populer tetapi di belakang layar dia bekerja sangat professional,” urainya.

Baca juga: Hari Kelima Ramadan, Santri Ponpes Nuu Waar Sudah 3600 Kali Khatam Al Qur’an

Kiai Nasaruddin mengatakan, Rasulullah ﷺ‎ selain dapat tampil sebagai seorang leader, juga mampu tampil sebagai seorang manajer. Ini yang langka dalam kehidupan kita. Banyak sekali orang yang tampil sebagai tokoh yang sangat berwibawa, tetapi kemampuan manajerialnya berantakan. Jika ingin sukses, ia harus di-back up (didukung) oleh orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan.

“Sebaliknya, juga ada seorang manajer yang sangat bagus tetapi tidak punya kemampuan menjadi leader, tidak mau tampil ke depan, padahal masyarakat multikulturalistik seperti Indonesia ini masih memerlukan hadirnya kepemimpinan yang hebat dan yang berwibawa. Kalau hanya di belakang layar, masyarakat tidak mengikuti, karena Masyarakat tidak bisa menyandarkan kepercayaannya kepada orang yang tidak dia kenal,” jelasnya.

Nah, hebatnya Rasulullah ﷺ‎ adalah tampil sebagai leader dan manajer. Persoalan-persoalan mikro dari masyarakatnya itu beliau selesaikan. Bahkan sampai urusan di rumah tangganya pun juga beliau selesaikan. Bahkan sampai mengambil alih beberapa hal.

“Nabi tidak pernah membebani istrinya nabi untuk memasang kancing bajunya yang copot. Nabi menjahit sendiri pakaiannya yang sobek. Kadang-kadang juga nabi bekerja di dapur. Dan Ketika menjalankan peran inilah Rasulullah ﷺ‎ seperti tidak tampil sebagai seorang kepala negara. Tidak tampil seperti seorang panglima perang. Tidak tampil sebagai seorang kepala pengadilan paling tinggi. Dan tidak tampil sebagai seorang nabi dan rasul. Beliau bekerja sebagai seorang diri pribadi yang sederhana. Beliau mengunjungi nenek-nenek dan kakek-kakek, lalu bercanda, sementara orang lain tidak mau datang ke mereka,” katanya.

Kiai Nasaruddin mengatakan, Rasulullah ﷺ‎ menganjurkan, hargailah para senior (orang yang lebih tua, lansia, red) sekali pun mungkin tidak punya manfaat karena faktor umur atau Kesehatan. Sebab, siapa yang tidak menghargai seniornya (orang yang lebih tua dari dia, lansia), itu nanti termasuk masyarakatnya juga tidak berakhlak. Rasulullah mencontohkan itu.

“Tetapi bukan berarti hanya kita mengagumi orang-orang tua dan mengusir anak-anak kecil di masjid. Teriakan anak-anak kecil di masjid itu doa. Jadi jangan mengusir anak kecil di masjid! Lebih baik anak-anak itu teriak-teriak di masjid daripada di jalan-jalan. Sebab, suatu saat nanti akan berubah. Tetapi kita yang perlu menyesuaikan diri. Yang jadi masalahnya itu kalau orang tuanya teriak-teriak, bergurau, bercanda. Itulah Rasulullah yang memberikan contoh keteladanan yang luar biasa,” ucapnya.

Baca juga: Beda Suasana Puasa di Jakarta dan Gaza

Nabi memenej masyarakatnya dengan baik. Misalnya, tidak pernah memperlakukan mereka sesuai posisinya. Misalnya, ada saingan atau musuh. Bahkan nabi respect terhadap mereka.

“Inilah Rasulullah. Tidak gampang menjadi seorang figure yang disenangi seluruh masyarakat. Akhirnya apa? Rasulullah ﷺ‎ menebarkan energi positif kepada mereka. Setiap kali menjumpai orang lain, selalu Rasulullah tersenyum. Rasulullah jika berjalan di suatu perkampungan, anak-anak kecil di situ menjulur-julurkan kepalanya untuk diusap oleh Rasulullah. Tidak pernah Rasulullah melewati seorang anak kecil tanpa mengusap-usap kepalanya. Anak-anak itu sangat akrab dengan nabi. Tidak ada kepala negara yang seperti ini,” tegasnya.

Rasulullah juga memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk mendekatinya secara sendiri. Tidak pakai sistem protocol yang sangat ketat. Siapa pun bisa mengakses dirinya walau sendiri. Yang pennting ada waktu.

“Nah, inilah Rasulullah. Sekarang kita semakin kehilangan figure seperti Rasulullah Muhammad ﷺ‎. Maka, mari mencontoh bagaimana Rasulullah memimpin masyarakatnya. Luar biasa. Tidak pernah ada framing diperlakukan secara tidak adil, even itu adalah orang-orang yang beragama lain. Yang diperangi Rasulullah adalah yang memeranginya. Sejauh mereka tidak memerangi dirinya, sejauh mereka tidak melakukan penghianatan terhadap kepemimpinannya, maka mereka itu diperlakukan sangat-sangat istimewa,” katanya.

Bahkan, menurut Nasaruddin, Rasulullah ﷺ‎ penuh rasa iba terhadap mereka yang tidak punya kecukupan untuk membina masyarakat. “Suatu saat, ada seorang kakek atau nenek menderita kelaparan dan tidak mendapatkan bagian dari baitul mal, ada ibu-ibu yang kelaparan tidak mendapatkan bagian dari baitul mal, dihubungi oleh Rasulullah. Rasulullah meminta, kepada perut yang lapar – walau tidak beragama Islam, bahkan tidak ada agama sekali pun – kalau ada perutnya lapar harus diberikan makanan. Itulah Rasulullah saw,” tegasnya.

Setelah ceramah, shalat tarawih pun dilaksanakan. Ratusan jamaah dengan tertib mengikuti jalannya shalat tarawih 8 rakaat, lalu ditutup 3 rakat shalat witir.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.