Api Cinta (Episode 4)

Api Cinta (Episode 4)
Ilustrasi Menyurangi Pasangan / sabili.id

"Istriku selingkuh, Jim!"

"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun....!"

Sekenanya aku bergumam, saking kagetnya, seakan ada musibah orang meninggal dunia. Kawanku, Sasmita, sedang kesal bercerita tentang kelakuan istrinya.

"Aku nggak sengaja baca pesan WhatApp di hape-nya. Ternyata dia selingkuh dengan seorang laki-laki!"

Sasmita mencoba menceritakan kronoligis perselingkuhan istrinya.

"Ya Allah... Yang bener, Mit? Atau kamu cemburu aja, kali..?"

"Kamu baca aja sendiri. Semua chat-nya sudah aku SS. Jadi aku ada bukti. Nih..!"

Sejurus kemudian, hape Sasmita sudah kupegang dan mulai kubaca semua SS (Screenshot) dari chatingan istrinya dengan yang katanya selingkuhannya.

“La haula wala quwwata illa billah....”

Ini sudah jelas sekali sebuah perselingkuhan. Jelas sekali. Istrinya bilang, kalau nanti sudah cerai dengan suaminya, maka dia mau dinikahi sama lelaki selingkuhannya itu, dan si lelaki membalas bahwa dia pun siap menampung.

Gila!

"Terus apa langkah kamu selanjutnya, Mit?” tanyaku mengejar.

"Ya, aku akan tanya dulu istriku, ini apa maksudnya? Dengan semua bukti SS itu dia kan nggak bisa mengelak."

"Yang sabar, ya Mit... Aku juga nggak nyangka kalau istrimu sampai sejauh itu."

Sasmita menekuk mukanya. Geram dan sedih terlihat bercampur jadi satu.

"Aku juga nggak nyangka, Jim. Ternyata dia sudah nggak cinta sama aku lagi. Tapi aku nggak tahu sebabnya apa…"

"Tapi komunikasi dan hubungan dalam rumah tanggamu apa ada masalah, Mit?" aku melontar pertanyaan penuh selidik.

Baca Juga: Api Cinta (Episode 3)

Beberapa kali Sasmita menarik napas dalam, lalu sejenak terdiam. Kedua bola matanya lemah memandang ke depan, kanan, kiri, lalu menunduk lagi.

"Pernah aku nggak bisa berhubungan intim dengannya hingga 3 bulan. Dia menolak. Sama sekali nggak mau."

Dengan mata nanar Sasmita sedikit membuka rahasia rumah tangganya di depanku.

Deg.....!!

Tiba-tiba ada sesuatu yang menghantam jiwaku. Aku kembali teringat dengan semua dosaku sendiri. Aku yang selama ini berbuat dosa menikmati film-film porno saja seringkali tidak kuat menahan gejolak nafsu birahi, lalu berakhir dengan perbuatan dosa onani.... Dan akhirnya berzina dengan pelacur... Dalam pikiranku saat ini, apa mungkin Sasmita bisa tahan gejolak birahinya?

Tapi Sasmita bukan orang munafik! Bukan pendosa seperti diriku!

"Jim… Jimi…!!!"

Tiba-tiba Sasmita kembali bersuara menyebut namaku.

"Ehhhh..... "

"Kamu mikirin apa?" tanya Sasmita.

"E... Enggak.... Ya cuma kepikiran dengan ceritamu tadi."

Sekenanya ku jawab pertanyaannya. Andai dia tahu bahwa orang yang sekarang diajak bicara adalah pelaku kemaksiatan dan pendosa besar…

Baca Juga: Api Cinta (Episode 2)

Benar memang istrinya Sasmita boleh jadi perbuatan dosanya dimulai dari sarana alat komunikasi hape. Ditambah dengan adanya media sosial, maka dia bisa terhubung dan berhubungan dengan banyak orang, sebagaimana diriku sendiri akhirnya menjadi penikmat film-film porno juga karena hape, lalu melakukan dosa keji pun karena medsos.

Ketololan macam apa yang terjadi pada diriku dan istri Sasmita hingga bisa melakukan perbuatan maksiat? Padahal aku, Sasmita, dan istrinya, adalah sama-sama anak pengajian? Tapi kusadari bahwa diriku yang jauh lebih keji dan bejat dibandingkan istrinya Sasmita, karena boleh jadi dia belum sampai berbuat dosa keji sebagaimana diriku.

Ah, munafik sekali! Sekarang aku mendengarkan aib orang, seakan layak buat mendengarkan. Padahal sebenarnya aku adalah tukang dosa yang justru lebih keji dosanya.

Maafkan aku, Mit… Sebenarnya aku tak layak mendengarkan aib istrimu.

Andai kamu tahu...

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.