Intervensi penjajah Israel dalam konflik kelompok Druze dan Arab Badui di Suriah mengundang atensi publik internasional. Dengan dalih untuk melindungi kelompok Druze, serangan udara penjajah menewaskan sebanyak 354 personel keamanan pemerintah Suriah.
Druze merupakan kelompok etnis Arab yang menganut cabang tersendiri dari Syi’ah. Mereka dikenal menjaga kerahasiaan praktik keyakinan mereka yang muncul pada abad ke-11, serta menggabungkan unsur-unsur Islam dengan filsafat lainnya.
Komunitas Druze tersebar di Lebanon, Suriah, Yordania, dan Israel. Di kawasan Dataran Golan yang dikuasai penjajah, mereka memiliki posisi politik yang cukup signifikan.
Jumlah kelompok Druze mencapai 150.000 jiwa yang tengah bernaung di Israel. Beberapa di antaranya menduduki pangkat tinggi, yang menandakan suara mereka tidak mudah diabaikan oleh para politisi penjajah Israel. Sementara itu, populasi Druze di Suriah diperkirakan mencapai 1 juta jiwa.

Sejarah dan Hubungan Penjajah Israel dan Druze
Pada tahun 1948, penjajah Israel membentuk sejumlah komite yang bertugas melakukan strategi “adu domba” di antara warga Arab yang berada dalam wilayah kekuasaannya. Komite-komite ini memberi perhatian khusus kepada komunitas Druze, sebagai bagian dari strategi jangka panjang ini.
Pada tahap awal, pemerintah Israel memberikan perlakuan "istimewa" kepada Druze. Seperti mengizinkan mereka memanen hasil pertanian, sementara komunitas Palestina dilarang melakukannya.
Upaya “Israelisasi” Terhadap Komunitas Druze
Penjajah – dengan watak liciknya – berusaha “mengakuisisi” kelompok Druze. Berikut ini di antara metode-metodenya:
- Wajib Militer Sejak Dini (1956)
Sejak 1956, penjajah Israel mewajibkan pemuda Druze mengikuti wajib militer — satu-satunya komunitas Arab yang dikenai kebijakan ini — guna menciptakan loyalitas sejak dini. - Isolasi Keagamaan
Membentuk Dewan Agama Druze independen dari lembaga Islam/Arab lainnya.
Mengubah makam Nabi Syu’aib menjadi simbol spiritual versi Israel.
Menetapkan hari raya keagamaan baru, semisal “Hari Nabi Sabilan” (yang tidak dikenal sebelumnya oleh tradisi Druze). - Kurikulum Pendidikan Khusus
Sejak 1977, penjajah Israel memberlakukan kurikulum pendidikan khusus untuk Druze, yang mengedepankan ketaatan kepada negara dan menghapus narasi identitas Arab-Palestina. - Identitas Administratif Khusus
Dikeluarkan kartu identitas khusus bagi warga Druze yang membedakan mereka dari warga Palestina lainnya.

Kondisi saat ini, penjajah Israel telah mengerahkan tentara Druze ke Palestina, baik di Tepi Barat maupun Gaza. Selain itu, laporan dari berbagai organisasi HAM juga menyebutkan, sipir penjara dari kalangan Druze turut melakukan penyiksaan terhadap tahanan Palestina, terutama setelah peristiwa Thufanul Aqsa pada 7 Oktober 2023 lalu.
(Diolah dari berbagai sumber)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!