M Hanif Nurrohman

Selasa (10/6/2025), pasukan penjajah Israel terekam melepaskan tembakan ke arah warga sipil Palestina yang tengah berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan. Dilaporkan, 14 warga Palestina syahid akibat aksi pasukan penjajah itu. Insiden ini bukan kejadian tunggal.

Ahad, 1 Juni 2025, kapal Madleen bertolak dari Pelabuhan Catania, Italia. Namun, 9 Juni 2025, sekitar pukul 03.00 dinihari waktu setempat, kapal itu disergap dan dibajak oleh pasukan penjajah Israel di perairan internasional, sekitar 185 hingga 200 kilometer dari pesisir Gaza.

Menurut Mantan PM Penjajah Israel, Ehud Barak, Netanyahu kini ada di antara dua pilihan sulit, yaitu melanjutkan perang untuk kepentingan politik atau menerima kesepakatan untuk membebaskan para sandera dan mengakhiri agresi. Dua pilihan itu mengarah ke risiko lebih besar.

Sejak dimulainya agresi militer penjajah Israel pada Oktober 2023, lebih dari 50.000 anak Palestina telah syahid. Data mengerikan itu diungkap UNRWA dan UNICEF pada 2 Juni 2025. Sejak gencatan senjata berakhir 18 Maret 2025, 1.309 anak telah terbunuh dan 3.738 lainnya luka.

Usai serangan udara yang menyasar rumah keluarga Al-Najjar di kawasan Khan Younis pada 23 Mei 2025, dr. Ala’ menyaksikan langsung kedatangan jenazah sembilan anaknya akibat serangan itu. Kini, ia juga kehilangan suaminya. Satu anak yang tersisa pun kini dalam kondisi luka berat.

Jurnalis senior dari kantor media internasional Al Jazeera, Maher Atiya Abu Qatada, berpesan kepada jurnalis Indonesia tentang pentingnya perhatian dunia terhadap Gaza. Ia ajak para jurnalis dari luar Palestina, termasuk Indonesia, turut berperan sebagai penyambung lidah rakyat Gaza.

Kejaksaan Umum Istanbul, Turki, melaksanakan operasi keamanan besar-besaran yang menargetkan anggota militer yang terlibat dalam jaringan Fethullah Gülen. Operasi itu digelar di 36 provinsi dan melakukan penangkapan terhadap 56 dari 63 personel militer aktif yang menjadi target operasi.