Pejuang Hamas telah melancarkan serangan terhadap Israel bernama “Operasi Badai Al Aqsa”. Serangan terbesar selama bertahun-tahun itu dilancarkan dalam operasi mendadak yang dilakukan oleh Pejuang Hamas ke wilayah selatan Israel, melalui darat, laut, dan udara menggunakan paralayang, setelah rentetan roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza. Dilansir laman Aljazeera.com, di hari keempat serangan ke Israel di Jalur Gaza itu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 1.100 warga Palestina tewas dan melukai lebih dari 5.600 orang di Gaza.
Serangan yang dilakukan Hamas terjadi setelah serangan mematikan baru-baru ini yang dilakukan pasukan Israel dan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat. Serangan besar Hamas itu juga dilakukan ketika Arab Saudi dan Israel berupaya mencapai kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat untuk menormalisasi hubungan antara keduanya. Sebelumnya, pada 2020, UEA, Bahrain, dan Maroko menormalisasi hubungan mereka dalam perjanjian Abraham Accords yang kontroversial.
Bagaimana reaksi negara-negara Arab? Dilansir dari laman Newarab.com, berikut ini reaksi negara-negara Arab terhadap konflik yang terjadi.
Arab Saudi
Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan, mereka “memantau dengan cermat perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara berbagai faksi Palestina dan pasukan pendudukan Israel, yang mengakibatkan peningkatan kekerasan di beberapa bidang”.
Dikatakan, Riyadh menyerukan “penghentian segera eskalasi” antara kedua belah pihak dan melakukan “perlindungan warga sipil”. Dikatakan pula bahwa Arab Saudi telah berulang kali mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan peningkatan eskalasi “pendudukan yang sedang berlangsung dan perampasan hak-hak sah rakyat Palestina, serta provokasi berulang kali yang disengaja terhadap kesucian mereka”.
Mereka pun mendesak komunitas internasional untuk “memenuhi tanggung jawabnya dan mengaktifkan proses damai yang kredibel menuju solusi dua negara yang mencapai keamanan dan perdamaian di kawasan dan melindungi warga sipil”.
Baca Juga : Demonstrasi Pro-Palestina di Berbagai Belahan Dunia
Qatar
Qatar yang sangat menentang normalisasi dengan Israel, menyatakan “keprihatinan mendalam” atas perkembangan yang terjadi di Jalur Gaza. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri mengatakan, Israel “bertanggung jawab penuh atas eskalasi yang sedang berlangsung karena pelanggaran terus-menerus terhadap hak-hak rakyat Palestina, termasuk intrusi berulang kali ke Masjid suci Al Aqsa di bawah perlindungan Israel.”
Mereka menyerukan komunitas internasional, “untuk memaksa Israel menghentikan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional, meminta pertanggung jawaban Israel untuk menghormati keputusan internasional yang sah dan hak-hak historis rakyat Palestina, dan mencegah peristiwa-peristiwa ini digunakan sebagai dalih untuk memicu konflik baru, perang yang tidak proporsional terhadap warga sipil Palestina di Gaza.”
Pernyataan tersebut menegaskan kembali “posisi Qatar yang konsisten dalam mendukung perjuangan Palestina dan hak-hak sah rakyat Palestina, termasuk pembentukan negara merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.”
UEA
UEA menyatakan “keprihatinan mendalam” atas eskalasi tersebut dalam sebuah pernyataan yang menekankan perlunya “menghentikan eskalasi dan menyelamatkan nyawa warga sipil”. Pernyataan tersebut menyampaikan “belasungkawa yang tulus” kepada semua korban pertempuran baru-baru ini.
Pernyataan tersebut juga menyerukan “pengaktifan kembali Kuartet internasional untuk menghidupkan kembali jalur perdamaian Arab-Israel, dan mendesak masyarakat internasional untuk memajukan semua upaya yang dilakukan untuk mencapai perdamaian yang komprehensif dan adil, dan mencegah kawasan tersebut terseret ke masalah baru. (yaitu) Kekerasan, ketegangan, dan ketidak stabilan".
Pada Minggu malam, UEA mengeluarkan pernyataan lain yang mengecam serangan Hamas sebagai “eskalasi yang serius dan serius”.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri UEA menambahkan bahwa mereka “terkejut” dengan laporan bahwa warga sipil Israel disandera dari rumah mereka, namun menghindari kritik atas serangan mematikan Israel di Gaza. “Warga sipil di kedua belah pihak harus selalu mendapat perlindungan penuh berdasarkan hukum humaniter internasional dan tidak boleh menjadi sasaran konflik,” tambah kementerian itu.
Bahrain
Bahrain mengritik serangan Hamas, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan “eskalasi berbahaya yang mengancam kehidupan warga sipil”, menurut pernyataan kementerian luar negeri pada hari Senin. Pernyataan itu juga menegaskan “kecaman Bahrain atas laporan penculikan warga sipil dari rumah mereka untuk dijadikan sandera” dan mendesak penurunan eskalasi kekerasan yang mengancam keamanan dan stabilitas regional.
Kuwait
Kuwait menyatakan "keprihatinan besarnya" atas perkembangan antara Israel dan Palestina, dan menyalahkan Israel atas apa yang mereka sebut sebagai "serangan terang-terangan". Kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan meminta masyarakat internasional untuk “menghentikan praktik provokatif pendudukan” dan “kebijakan perluasan pemukiman”.
Oman
Oman meminta Israel dan Palestina untuk menahan diri secara maksimal, kantor berita negara melaporkan mengutip pernyataan resmi. Pernyataan tersebut meminta masyarakat internasional dan pihak-pihak internasional untuk “segera melakukan intervensi untuk menghentikan eskalasi yang sedang berlangsung dan menggunakan aturan hukum internasional”.
Mesir
Mesir, yang tahun 1980 melakukan normalisasi hubungan dengan Israel berdasarkan perjanjian damai, memperingatkan “konsekuensi serius” dari meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina dalam sebuah pernyataan dari kementerian luar negeri yang disiarkan oleh kantor berita negara. Mereka menyerukan agar “menahan diri semaksimal mungkin dan menghindari bahaya lebih lanjut bagi warga sipil”.
Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shukri, yang mengadakan panggilan telepon dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, untuk membahas perkembangan antara Israel dan Palestina sejak Jumat malam, juga menyatakan bahwa kedua belah pihak harus menahan diri untuk menghindari risiko serius.
Maroko
“Kerajaan Maroko menyatakan keprihatinan yang mendalam atas memburuknya situasi dan pecahnya aksi militer di Jalur Gaza, dan mengutuk serangan terhadap warga sipil di mana pun mereka berada,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Maroko.
Hizbullah Lebanon
Hizbullah Lebanon memuji Hamas atas "operasi heroik" mereka dalam sebuah pernyataan. “Hizbullah mengucapkan selamat kepada rakyat Palestina yang melawan,” kata gerakan Syiah Lebanon dalam sebuah pernyataan, memuji Hamas dan sayap bersenjatanya, Brigade Izzuddin al-Qassam, atas “operasi heroik berskala besar”.
Hizbullah mengatakan kepemimpinannya mengikuti perkembangan dan "berhubungan langsung dengan kepemimpinan perlawanan Palestina di dalam dan luar negeri".
Hizbullah juga mengatakan, operasi Hamas di Israel adalah “respons terhadap kejahatan pendudukan yang terus berlanjut dan serangan yang terus berlanjut terhadap tempat-tempat suci”.
Kelompok yang didukung Iran juga mengatakan operasi Hamas adalah “pesan kepada dunia Arab dan Muslim serta seluruh komunitas internasional, terutama mereka yang mengupayakan normalisasi”.
Pada tahun 2006 Hizbullah dan Israel terlibat perang selama 34 hari yang menyebabkan lebih dari 1.200 orang tewas di Lebanon yang sebagian besar warga sipil, dan 160 orang di Israel yang sebagian besar tentara.
Baca Juga : Blokade Total Israel atas Gaza Langgar Hukum Kemanusiaan Internasional
Suriah
Kementerian Luar Negeri Suriah menyebut operasi Hamas sebagai “pencapaian terhormat yang membuktikan bahwa satu-satunya cara bagi Palestina untuk mendapatkan hak sah mereka adalah dengan melakukan perlawanan dalam segala bentuknya”.
Suriah juga menyatakan “dukungannya” terhadap rakyat Palestina dan pasukannya yang “berperang melawan terorisme Zionis”.
Yaman
Kelompok bersenjata Houthi yang menguasai ibu kota Sanaa mengatakan mereka mendukung “operasi jihad yang heroik”.
Di dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs kantor berita SABA yang dikuasai Houthi, kelompok militan yang bersekutu dengan Iran mengatakan serangan itu “mengungkapkan kelemahan, kerapuhan dan impotensi Israel”.
Mereka pun menyebut operasi itu sebagai “pertempuran martabat, kebanggaan, dan pertahanan”.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!