Di antara para Sahabat Nabi, nama Zaid bin Haritsah memang cenderung jarang disebut-sebut dalam kisah-kisah sejarah. Dibanding Umar bin Khattab, Khalid bin Walid, Hamzah bin Abdul Muthalib, ataupun Ali bin Abi Thalib, sosok Zaid bin Haritsah terkesan underrated. Padahal, namanya selalu dibaca di dalam Al Qur'an. Tidak ada sahabat Nabi yang namanya dibaca dalam Al Qur'an, kecuali Zaid bin Haritsah.
Ustadz Amar Ar-Risalah menjelaskan hal itu dalam acara launching buku karya dia yang berjudul "Zaid bin Haritsah 2: The Guardian of Islam", Jumat, 22 September 2023, di tengah perhelatan Islamic Book Fair 2023. Ustadz Amar mengungkapkan alasan dia memilih sosok Zaid bin Haritsah dibandingkan tokoh-tokoh sahabat yang lain untuk dituliskan kisahnya dalam buku. Yaitu karena Zaid bin Haritsah merupakan sosok sederhana yang memiliki character development yang hebat.
Di dalam sesi launching Jumat kemarin, Ustadz Amar ditemani oleh partner menulisnya, Ustadz Edgar Hamas, yang tampil sebagai moderator. Di kesempatan itu, Ustadz Amar menuturkan, Zaid bin Haritsah adalah sosok yang awalnya mantan budak, pernah diculik dan dijual, serta mengalami trauma masa kecil akibat peperangan yang terjadi di desanya. Tetapi pada akhirnya Zaid menjadi Jenderal pertama yang menghadapi Romawi. Beliau bahkan menjadi panglima perang terhebat di masa Rasulullah saw.
Baca Juga : Barokah : "Mantan Budak Perempuan yang Melahirkan Panglima Perang"
Beliau mampu mengubah sosoknya dari yang terburuk (nasibnya) menjadi figur yang terbaik. Itulah juga mengapa ustadz Amar menjuluki Zaid sebagai "The Guardian of Islam". Julukan itu sangat layak untuk perannya sebagai penjaga dakwah Islam. Sebab, dengan menjadi Jenderal perang melawan Romawi, sesungguhnya beliau-lah orang pertama yang membuka jalan menuju Konstantinopel.
Ustadz Amar mengatakan, buku tentang Zaid bin Haritsah ini sebenarnya akan terbagi menjadi 4 seri. Kemarin adalah launching seri keduanya. Buku ini ditulis dalam bentuk novel, agar lebih menarik minat pembaca, khususnya pemuda, untuk membaca kisah sejarah.
“Kenapa kita harus belajar kisah orang-orang luar biasa? Agar kita mampu mengulang kehebatan-kehebatan yang mereka punya,” ujar Edgar Hamas.
Amar Ar-Risalah menyebut, tujuan mengangkat tema ini dalam bukunya adalah karena ingin mengangkat sebuah realitas sejarah yang relevan dengan zaman ini. Sebab, sejatinya kita semua sama-sama penjaga dakwah Islam di lingkungan kita masing-masing. Sama-sama berjuang mempertahankan syariat di saat kezaliman merajalela di kalangan masyarakat. Misalnya orang-orang yang sedang berjuang di dakwah kampus, berjuang di tempat kerja yang sulit sekali mengizinkan karyawannya untuk shalat, berjuang di dalam biduk rumah tangga, ataupun berjuang menegakkan dakwah Islam di masyarakat.
Di dalam kehidupan Zaid bin Haritsah, sosok Rasullullah saw sangat penting. Sebagai ayah angkat sekaligus murobbi, Rasullullah saw mampu menghilangkan rasa sakit dan trauma masa kecil Zaid akibat perang. Beliau mampu memuaskan rasa haus Zaid akan ilmu dan mampu mendidik Zaid hingga menjadi sosok yang tak kalah hebat dari Khalid bin Walid ataupun Abu Bakar ra.
Maka, Ustadz Amar pun berpesan kepada para pengasuh atau pengurus di kampus atau di pondok pesantren agar mencoba membasuh luka yang ada di hati para binaan mereka, junior-junior bahkan senior-senior mereka, agar kemudian bisa mengubah diri dan mendapatkan character development yang hebat.
“Susun dari sekarang character development apa yang kita inginkan di 5-10 tahun ke depan. Karena itulah sebenarnya The Guardian of Islam,” imbuhnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!