Bendahara Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), H. Ade Salamun, SAg, MSi, meraih gelar doktor. Hal itu dicapai setelah ia berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang promosi doktoral di Sekolah Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Sabtu (31/8/2024). Ia berhasil lulus menjadi doktor Pendidikan Agama Islam ke-318 UIKA Bogor dengan predikat sangat memuaskan.
Sidang promosi terbuka itu dipimpin langsung oleh Rektor UIKA, Prof. Dr. H. E. Mujahidin, Msi. Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, MS; Dr. HE Bahruddin, M.Ag; dan Dr Akhmad Alim, Lc, MA; bertindak sebagai promotor. Sedangkan Prof. Dr. H Didin Saepudin, MA dan H Adian Husaini, MSi, Ph.D bertindak sebagai penguji. Hadir pada acara itu antara lain Wakil Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Dr. H Mohammad Noer; dan Ketua Umum Serikat Tani Islam Indonesia, H Faturahman Mahfudz.
Di dalam disertasinya yang berjudul “Analisis terhadap Pelaksanaan Pelatihan Amil Zakat dan Peningkatan Kualitasnya”, ia menyimpulkan, materi adab harus dimasukkan menjadi salah satu materi utama dalam pelatihan amil zakat. Penerapan adab itu dapat dilihat dari bagaimana amil zakat mampu menginternalisasikan nilai-nilai agama Islam dalam setiap aspek kehidupannya.
“Mengingat amil zakat berperan paling penting dan sensitif dalam sistem pengelolaan zakat, maka amil zakat dituntut tidak hanya memiliki pemahaman mendalam tentang hukum dan prinsip dalam mengelola zakat, tetapi juga bersih jiwanya,” ujar pria yang juga pernah menjadi Direktur Eksekutif Laznas Dewan Dakwah itu.
Sehingga, ia menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan pengembangan terhadap Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bagi pengelola zakat, sehingga tidak hanya berisi rincian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Namun juga mencakup nilai-nilai adab amil zakat sebagai individu.
Selain itu, menurut Ade, pemerintah hendaknya dapat melakukan pengembangan terhadap kategori-kategori penilaian dalam proses sertifikasi amil zakat dengan menambahkan kategori terkait, ada bamil zakat. Sehingga, amil zakat tidak hanya terstandardisasi secara dunia berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengelola zakat, tetapi juga terstandarisasi secara akhirat berdasarkan adabnya.
Lebih lajut, ia menjelaskan, pelatihan amil zakat yang ada di Indonesia terutama yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI diketahui bertujuan untuk meningkatkan kualitas amil zakat dalam mengelola dan memberdayakan zakat, serta mewujudkan organisasi atau institusi pengelola zakat yang dipercaya oleh masyarakat. Materi pelatihannya disusun secara tematik, merujuk pada paket pelatihan Institut Manajemen Zakat (IMZ), dengan memberikan beberapa modifikasi. Sedangkan metode pelatihan dilakukan dengan ceramah, tanya-jawab, dan studi kasus, serta peninjauan lapangan. Evaluasinya dilakukan pada akhir kegiatan pelatihan dengan menilai penguasaan materi dan sikap serta perilaku dalam bekerja.
Menurut Ade, Sekolah Amil Indonesia (SAI) sebagai lembaga pelatihan amil zakat juga memperhatikan pendidikan karakter akhlak yang diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran. “Namun belum ada kurikulum khusus terkait hal tersebut,” tutur pria yang kini berhak menuliskan namanya Dr. H. Ade Salamun, SAg, MSi, itu.
Ade menyebut, berdasarkan hasil penelitiannya, sikap dan perilaku amil mencerminkan profesionalisme yang tinggi, komitmen terhadap nilai-nilai Islam, serta keinginan untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan zakat.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!