Bercermin pada Keteladanan Abu Bakar

Bercermin pada Keteladanan Abu Bakar
Photo by NEOM on Unsplash

Sejarah telah mencatat dengan tinta emasnya. Di keheningan malam, di kala manusia terlelap dalam tidur dan terbuai mimpi, sesosok manusia dengan khusyu melantunkan bacaan Al-Qur'an yang panjang. Tak jarang kelopak matanya basah, bahkan isaknya terdengar bagai air mendidih. Kehidupannya yang sempurna, penampilannya yang berwibawa dan bersahaja mampu membawa masyarakat menuju gerbang kebaikan, kemakmuran, dan rahmat serta ampunan Allah swt.

Dialah sosok yang mampu menenangkan massa dalam keadaan yang sangat genting. Ketika itu Rasulullah saw baru saja kembali menemui Ilahi Rabbi. Masyarakat muslim Madinah gempar, bahkan Umar bin Khattab pun tidak percaya dan tidak bisa mengendalikan perasaannya. Dan tampillah ia, Abu Bakar Shidiq, sebagai penenang gejolak iklim yang panas. Dengan sabar dan bijak ia berkata, "Barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Dia hidup dan tak akan pernah mati."

Segera semua sadar, kebingungan pun sirna. Kata-kata Abu Bakar menyirami hati kaum muslimin yang membara. Bahkan Umar pun menjadi lemas lunglai dan jatuh ke tanah menyadari hal itu. Lebih-lebih ketika surat Ali Imran ayat 144 dibacakan. Sungguh, ketangkasan Abu Bakar dalam menghadapi kondisi genting itu merupakan kepiawaian seorang pemimpin yang tiada dua.

Pentingnya kehadiran seorang pemimpin di tengah-tengah mereka membuat kaum muslimin saat itu segera bertindak cepat. Kaum Muhajirin dan Anshar segera bermusyawarah untuk mencari orang yang tepat untuk menjadi pemimpin. Dan sejarah Islam mencatat Abu Bakar menjadi Khalifah pertama. Selamatlah umat Islam dari perselisihan dan perpecahan sepeninggal Nabi. Dan dengan adanya pemimpin yang baru, pemakaman Rasulullah saw bisa diselenggarakan dengan tertib, aman, dan lancar.

Baca Juga : Lalu dimana Level Kita dibanding Abu Bakar dan Umar?

Tergambar jelas betapa kaum muslimin sangat berhati-hati dalam memilih pemimpin mereka. Abu Bakar adalah sahabat terdekat Nabi. Dia lah yang menyertai Rasulullah berhijrah ke Madinah. Dan dia pula yang membenarkan Nabi ketika banyak orang meragukan kebenaran peristiwa Isra' dan Mi'raj. Abu Bakar adalah seorang hamba Allah yang memiliki keimanan yang tinggi, senantiasa berkata benar, ikhlas dalam berjuang, dan tidak segan-segan menafkahkan hartanya di jalan Allah. Dipilihnya Abu Bakar untuk menjadi nahkoda dalam bahtera yang sedang diterpa badai dan gelombang yang ganas memang sangat tepat.

Perlu digaris bawahi di sini, dipilihnya Abu Bakar dalam Majelis Syuro yang dihadiri oleh wakil-wakil kaum muslimin menunjukkan keagungan ajaran Islam. Tidak seperti yang diduga sebagian orang, dalam pemilihan Khalifah pertama itu sama sekali tidak ada pertentangan, apalagi kudeta dan pertumpahan darah. Musyawarah berjalan mulus, dan kaum muslimin menerima keputusan Majelis Syuro dengan ikhlas.

Setelah dilantik menjadi Khalifah, dalam pidato pertamanya Abu Bakar berkata lugas "Kalian telah memilihku menjadi pemimpin kalian. Tapi bukan berarti aku adalah orang terbaik di antara kamu. Bila saya melaksanakan tugas dengan baik, maka bantulah. Tapi kalau saya tidak melakukan tugas dengan baik, maka luruskanlah. Taatilah aku selagi aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya." Pernyataan Abu Bakar di hadapan rakyat banyak bukan sekedar basa-basi untuk mendapatkan simpati dan dukungan. Ucapan itu lahir dari hati nurani beliau yang tulus ikhlas.

Sebagai Kepala Negara, tugas Abu Bakar sangat berat. Selain harus mengatasi krisis ekonomi yang melanda umat, beliau juga menghadapi krisis kemurtadan, gejolak kerusuhan, dan rongrongan pihak-pihak tertentu yang ingin mengguncang stabilitas. Namun ayahanda Fathimah ini tidak gentar. la menindak tegas siapapun yang ingin mencerai-beraikan kaum muslimin.

Salah seorang yang murtad dan menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya adalah Musailamah Al-Kadzab. Gembong gerombolan orang- orang murtad itu bahkan mengaku sebagai nabi setelah Rasulullah saw. Itulah sebabnya kaum muslimin menjulukinya Al-Kadzab (Si Pembohong Besar), Upaya menggempur Musailamah bukanlah tugas yang mudah. Si Pembohong Besar itu membangun benteng yang tinggi dan kokoh yang dijaga pasukan bersenjata lengkap. Setelah berhari-hari melakukan pengepungan, barulah kaum muslimin berhasil menerobos masuk dan menumpas para pemberontak. Musailamah sendiri mati mengenaskan dalam pertempuran itu.

Ketegaran sikap Abu Bakar kembali teruji ketika ia tetap bersikeras mengirim Usamah ke medan perang sebagai panglima. Ini adalah keputusan Rasulullah saw sebelum beliau wafat. Meskipun ada di antara para sahabat yang meragukan kemampuan Usamah, Abu Bakar tetap pada keputusannya. Bahkan beliau sendiri yang mengantar Usamah sampai ke garis batas. Yang menakjubkan, sang Kepala Negara itu dengan ringan berjalan kaki, sedangkan sang Panglima Perang duduk di atas kudanya. Usamah yang merasa sungkan segera menawarkan kudanya kepada Abu Bakar. Tapi beliau menolak dan berkata, "Biarlah kakiku berdebu selama berada di jalan Allah."

Pengiriman pasukan Usamah, alhamdulillah, membuahkan hasil yang gemilang. Bersama bala tentaranya, Usamah yang masih belia itu tidak saja membawa ghanimah (harta pampasan perang) yang banyak untuk suntikan dana pemerintah, tapi juga membuat keadaan dalam negeri makin kuat. Keberhasilan Usamah mempertebal keyakinan kaum muslimin terhadap kepemimpinan Abu Bakar, sekaligus kecintaan mereka kepada Rasulullah saw. Bukankah Rasul sendiri yang telah memilih Usamah sebelumnya?

Setelah berhasil memulihkan perekonomian rakyat, mengembalikan stabilitas nasional, dan menyadarkan orang-orang murtad kembali kepada Islam dengan ketegasan dan kepintarannya, Abu Bakar kembali melakukan gebrakan. Atas usul Umar bin Khattab, beliau memerintahkan kaum muslimin untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an. Inisiatif ini muncul setelah banyak penghafal Qur'an syahid di medan tempur Yamamah.

Baca Juga : Merdeka Belajar di Zaman Umar

Masa pemerintahan Abu Bakar hanya berlangsung selama 2 tahun 3 bulan dan 10 hari. Tapi dalam waktu yang relatif sebentar itu, Abu Bakar telah berhasil membangun pondasi yang kokoh untuk keberlangsungan pemerintahan selanjutnya. Itulah sebabnya mengapa pemilihan tiga khalifah berikutnya (Umar, Utsman, dan Ali) berjalan dengan mulus dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Seperti halnya kaum muslimin terdahulu, sudah selayaknya kita menjadikan Abu Bakar sebagai sosok yang patut diteladani.

Jundi, Ulul Azmi

Disadur dari Majalah Sabili Edisi No 5 TH. VI / 16 SEPTEMBER 1998 / 25 JUMADIL ULA 1419 H


Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.