Penulis : Andi Muh. Akhyar, M.Sc. (Direktur Sekolah Astronomi Islam Indonesia dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu Falak King Abdulaziz University, KSA)
Salah satu kaidah fiqih menyebutkan bahwa hukum perantara sama dengan hukum tujuan. Para ulama membuat pengibaratan bahwa perkara wajib yang tidak sempurna kecuali dengannya, maka perantara itu menjadi wajib. Sholat lima waktu dihukumi wajib, sedangkan menghadp kiblat jadi syarat sahnya sholat. Maka menghadap kiblat sebagai perantara sahnya sholat juga terhukumi wajib. Oleh karena itu, pembahasan terkait arah kiblat dan fiqhnya menjadi penting. Pembahasan fiqh arah kiblat setidaknya terbagi dua: ain al-ka’bah (bangunan ka’bah) bagi orang yang melihat ka’bah dan jihat al-ka’bah (arah ka’bah) bagi orang yang tidak melihat ka’bah.
Sains dan teknologi telah berkembang cukup pesat hingga sampai pada tingkat keakuratan yang sagat tinggi. Dengan ilmu astronomi modern, seseorang dapat menetukan arah kiblatnya tepat di ain al-ka’bahmeskipun tidak bisa melihat ka’bah. Analogi keakuratannya bisa dengan pendekatan penembakan roket dalam peperangan. Roket yang ditembakkan dari tempat yang jauh dapat diarahkan ke arah tempat atau bangunan tertentu hingga tepat mengenainya. Demikian pula dengan kiblat. Orang yang sholat pada tempat tertentu yang jauh dari ka’bah, tetap bisa sholat dengan menghadap bangunan ka’bah secara akurat.
Dalam ilmu hisab kontemporer, ada dua penanda yang bisa digunakan untuk menentukan arah kiblat secara akurat, yaitu magnet dan matahari. Penanda magnet ini dikenal luas oleh masyarakat, dengan gunakan alat berupa kompas. Untuk penanda matahari, biasanya digunakan alat berupa teodolit, qiblat tracker, busur kiblat, dan sejenisnya dengan dipadukan dengan aplikasi/software yang bersi algoritma astronomi posisi matahari. Adapun aplikasi arah kiblat di smart phone tidak termasuk di sini karena selain tidak berbasis pada magnet atau matahari, juga akurasinya rendah.
Tentu alat-alat di atas, butuh dana untuk membeli dan harus memiliki pemahaman falakiyah agar bisa menggunakan. Hanya saja, dengan menggunakan matahari pada tanggal tertentu, arah kiblat dapat ditentukan dengan mudah, murah, dan akurasinya sama dengan mengunakan alat yang berbayar.
Gerak bumi dan matahari
Bumi memiliki dua gerakan: rotasi dan revolusi. Gerak rotasi bumi adalah gerak bumi berputar pada sumbunya. Perputaran bumi pada sumbunya membutuhkan waktu 24 jam sehari semalam. Rotasi bumi mengakibatkan adanya siang dan malam. Bagian bumi yang menghadap ke matahari mengaalmi fase siang, sedangkan bagian bumi yang membelakangi matahari terjadi fase malam.
Adapun gerak revolusi bumi adalah gerakan bumi mengelilingi matahari yang membutuhkan waktu 365,2425 hari. Lamanya revolusi bumi inlah yang menjadi dasar perhitungan kalender syamsiah/solar kalender/ kalender masehi. Adanya kelebihan 0, 2425 dari 365 hari yang menjadikan dalam kalender masehi dikenal adanya tahun kabisat.
Tahun kabisat merupakan kelebihan satu hari dari tahun-tahun biasanya. Jika secara umum lamanya hari dalam 1 tahun adalah 365 hari, di tahun kabisat menjadi 366 hari. Penambahan hari ini berlaku pada bulan Februari, berubah dari 28 hari menjadi 29 hari. Jika 0,2425 dikalikan empat, maka nilainya akan mendekati satu hari. Oleh karena itulah, secara umum tahun kabisat akan berulang tiap empat tahun.
Perputaran bumi mengelilingi matahari membentuk suatu bidang datar yang disebut bidang ekliptika. Bidang ekliptika tidak sejajar atau berimpit dengan ekuator bumi, melainkan membentuk sudut 23.5 derajat, sehingga sumbu bumi juga tidak tegak 90derajat terhadap bidang ekliptika melainkan membentuk sudut 63.5 derajat. Hal ini menyebabkan, terkadang belahan bumi utara lebih dekat kepada matahari (terjadi muslim panas di utara dan musim dingin di seletan) dan terkadang sebaliknya. Oleh karena itu, perubahan musim terjadi karena adanya kemiringan sumbu bumi dan gerakan bumi mengelilingi matahari.
Gerak semu matahari
Rotasi bumi akan mengakibatkan terjadinya gerak semu harian matahari. Matahari awalnya terbit dari wilayah timur, lalu mencapai puncak tertingginya dan terbenam di wilayah barat. Terbitnya matahari dari timur disebakan oleh arah rotasi bumi yang berlawanan dengan jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara.
Adapun revolusi bumi dan kemiringan ekuator sebesar 23.5 derajat dengan bidang ekliptika, akan mengesankan terjadinya gerak matahari ke utara dan ke selatan sejauh 23.5 derajat dari ekuator, yang lebih dikenal gerak semu tahunan matahari. Artinya, matahari di lihat dari bumi tidak terus menurus berada di ekuator, namun berganti-ganti posisi secara periodik antara -23.5 derajat (selatan) hingga ke 23.5 derajat (utara). Saat matahari berda pada titik paling utaranya, disebut solistis utara, terjadi pada tanggal 21 Juni. Adapun saat matahari berada di titik paling selatannya, disebut solistis selatan (21 Desember). Matahari berada di khatulistiwa pada bulan Maret dan September, dikenal sebagai ekuioks Maret dan September.
Sistem koordinat
Representasi dari posisi benda pada permukaan bumi sebagai bentuk menyerupai bola, dinyatakan dengan lintang dan bujur, dikenal dengan istilah koordinat geografis. Lintang merepresentasikan sudut posisi utara dan selatan, dimana titik nolnya berada pada garis khatulistiwa. Bidang yang dibuat dari garis khatulistiwa selanjutnya diistilahkan sebagai bidang referensi. Adapun bujur merepresentasikan sudut melingkar dari barat ke timur dimana kota Greenwich merupakan titik nol derajatnya.
Demikian pula posisi benda-benda langit menurut astronomi bola, jika dilihat dari bumi, juga direpresentasikan dengan koordinat bergantung bidang referensinya. Jika bidang referensinya adalah bidang ekliptika disebut sistem koordinat ekliptika. Dalam koordinat eklipika, posisi benda dinyatakan dengan lintang ekliptika dan bujur eklipika.
Jika bidang referensinya adalah garis khatulistiwa, posisi benda langit diyatakan dengan deklinasi (serupa dengan lintang) dan right asenta (serupa dengan bujur). Sesuai dnegan namanya, ini dinamakan sistem koordinat ekuator. Saat manusia berdiri di suatu tempat, maka akan mampu melihat sekelilingnya dalam batas pandangan tertentu. Batas pandangan manusia di permukaan bumi disebut horizon. Sistem koordinat yang dibangun dengan basis ini dinamakan sistem koordinat horizon, dimana lintangnya diistilahkan dengan altitud sedangkan bujurnya diistilahkan dengan azimut.
Matahari di Atas Ka’bah
Dengan menggunakan algoritma astronomis modern, dapat diketahui bahwa pada hari Ahad, tanggal 28 Mei 2023, matahari akan tepat berada di atas ka’bah pada pukul 12.18 waktu lokal Saudi Arabia. Demikian pula pada tanggal 16 Juli 2023 pukul 12.27 waktu lokal Saudi Arabia. Jadi sebanyak dua kali tiap tahun, matahari akan tepat berada di atas ka’bah.
Secara astronomis, peristiwa ini ditandai oleh deklinasi matahari yang persis sama dengan lintang geografis ka’bah. Adapun yang dapat teramati langsung oleh orang yang sedang tawaf di Masjidil Haram adalah hilangnya bayangan ka’bah karena berimpit langsung dengan benda (dikenal sebagai hari tanpa bayangan). Sebuah analogi, silakan letakkan sebuah benda di atas bidang datar kemudian sinari dengan lampu senter secara vertikal, tepat 90 derajat di atasnya. Tentu bayangan benda ini tidak akan nampak karena berimpit tepat dibawah bendanya.
Pada sisi yang lain, jika matahari tepat di atas ka'bah, maka semua benda yang terkena cahaya matahari pada saat itu akan memiliki bayangan yang salah satu ujungnya akan mengarah tepat ke ka'bah. Jadi, jika saat itu seseorang berdiri tepat menghadap matahari, maka di saat yang sama dia telah tepat menghadap ke kiblat. Oleh karena itu, momen matahari tepat di atas ka’bah dapat dimanfaatkan untuk mengetahui/meluruskan/memverifikasi arah kiblat secara mudah, murah dan akurat.
Sebagai contoh untuk tanggal 28 Mei 2023 nanti, kota – kota di Belanda yang lebih lambat satu jam dari Saudi, maka pada pukul 11.18 (waktu Belanda), bayangan bendanya yang mengarah ke matahari adalah arah kiblat. Demikian pula dengan Aceh atau Jakarta yang lebih cepat empat jam dari Saudi dapat meluruskan arah kiblat pada pukul 16.18 WIB. Adapun Makasar atau Gorontalo, karena lebih cepat lima jam dari Saudi, maka baru dapat meluruskan arah kiblat pada apukul 17.18 WITA. Berbeda dengan kota-kota yang berada di waktu Indonesia timur (WIT), seperti Jayapura. Kota ini tidak mendapatinya karena matahari telah terbenam di wilayah tersebut pada pukul 18.18 WIT.
Secara praktis, misalnya untuk wilayah Jakarta. Bersiap-siap beberapa saat sebelum pukul 16.18 WIB. Kemudian mencari permukaan yang datar, lalu meletakkan benda yang tegak lurus pada bidang tersebut (atau bisa juga dengan menggantung bandul). Pastikan semuanya sudah siap sebelum pukul 16.18 WIB. Tepat pada pukul 16.18 WIB, silakan buat garis lurus sesuai dengan arah datangnya cahaya matahari pada benda, maka itulah arah kiblat. Tanpa perlu kompas, tak perlu aplikasi smart phone, tak perlu internet, mudah, murah, praktis, dan akurat untuk menentukan arah kiblat.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!