Seorang Muslim seyogianya selalu berusaha menjaga kesucian hatinya. Sebab, hati adalah cerminan kualitas diri seseorang. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda,"Ketahuilah, bahwa dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati" (HR Bukhari dan Muslim).
Di antara ciri hati yang suci adalah mudah menerima nasihat dan peringatan, serta merespons dengan meningkatkan keimanan. Allah Swt berfirman dalam Al Qur'an, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal" (QS Al-Anfal: 2-4).
Hati yang lembut adalah hati yang siap menerima cahaya Al Qur'an dan berinteraksi dengan pesan-pesan-Nya. Allah Swt berfirman, "Allah telah menurunkan perkataan yang terbaik, (yaitu) Kitab (Al Qur’an) yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. Oleh karena itu, kulit orang yang takut kepada Tuhannya gemetar. Kemudian, kulit dan hati mereka menjadi lunak ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah tidak ada yang dapat memberi petunjuk" (QS Az-Zumar: 23).
Sebaliknya, hati yang keras adalah hati yang tidak terpengaruh oleh ayat-ayat Allah. Hal ini terjadi akibat kelalaian dalam waktu yang lama dan dosa-dosa yang dilakukan secara terus-menerus.

Allah Swt mengingatkan akan penyakit ini dalam firman-Nya, "Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyuk hati mereka dalam mengingat Allah dan apa yang turun dari kebenaran? Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya menerima kitab, kemudian lalai hingga hati mereka menjadi keras, dan banyak di antara mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS Al-Hadid: 16).
Hati yang keras menghalangi seseorang dari menerima petunjuk, menjauhkan mereka dari cahaya Al Qur'an, dan membawa mereka ke dalam bahaya besar. Allah Swt berfirman, "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang hati mereka keras dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata" (QS Az-Zumar: 22).
Upaya Iblis
Iblis juga memanfaatkan celah kondisi hati yang keras untuk menanamkan keraguan dan godaan yang jauh lebih besar. Allah Swt berfirman, "Supaya Allah menjadikan apa yang dilemparkan syaitan sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit dan hati mereka keras" (QS Al-Hajj: 53).
Salah satu sebab utama kekerasan hati adalah kebiasaan berbuat dosa-dosa dan lalai. Seperti yang terjadi pada kaum Yahudi, yang meski pun mendengar wahyu dari Allah dan hidup di tengah para nabi, hati mereka tetap keras.

Allah Swt berfirma, "Setelah itu, hati kalian menjadi keras seperti batu, atau bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu ada yang mengalirkan sungai-sungai, ada yang terbelah sehingga keluar air darinya, dan ada yang jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidak lalai dari apa yang kalian kerjakan" (QS Al-Baqarah: 74).
Jagalah Hati
Kerasnya hati adalah musibah besar dan sungguh merugi, karena menjauhkan dari cahaya petunjuk Allah. Oleh karena itu, seyogianya seorang Muslim harus senantiasa menjaga hati, tidak hanya berfokus pada ibadah lahiriah semisal shalat dan puasa, tetapi juga memerbaiki kondisi batin, terutama saat membaca atau mendengarkan Al Qur'an.
Sebagaimana sabda Ibn Mas'ud RA, "Jangan kalian membaca Al Qur'an seperti membaca syair, dan jangan kalian mencapainya seperti menaburkan barang yang buruk. Berdirilah pada keajaiban-keajaiban Al Qur'an, dan gerakkanlah hati kalian dengan itu."
Untuk memerhalus hati, para ulama telah menulis banyak kitab tentang kelembutan hati. Dan bahkan ada bab khusus dalam kitab hadits tentang masalah ini. Seorang mukmin sangat membutuhkan apa yang dapat melembutkan hatinya, memersiapkannya untuk menerima petunjuk dan cahaya Allah.
Beberapa hal yang dapat melembutkan hati adalah perhatian terhadap orang-orang miskin dan lemah, serta menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat mengeraskan hati semisal dosa-dosa, terlalu banyak hiburan, serta kebiasaan berlebihan dalam makan dan minum.
Semoga Allah memberikan kita petunjuk untuk selalu mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah membimbing hati kita, mengarahkan perkataan kita, dan memerbaiki amalan kita.
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu surga dan segala yang mendekatkan kami kepadanya dari perkataan atau amal, dan kami berlindung kepada-Mu dari api neraka dan segala yang mendekatkan kami kepadanya dari perkataan atau amal.
(Dilansir dari Silsilah Fa'idah Ramadhaniyah 1446 H)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!