Suasana penuh haru dan semangat kemanusiaan menyelimuti acara "Tasyakuran Milad ke-23 Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI)" yang sekaligus menjadi momen penting pelepasan "Emergency Medical Team (EMT) 3" menuju Gaza. Digelar di Hotel Aston, Jumat (27/6/2025), acara yang mengusung tema "Dari Indonesia untuk Dunia" itu menegaskan komitmen BSMI dalam menebar manfaat lintas batas dan lintas kemanusiaan.
Acara Tasyakuran Milad ke-23 itu dimulai dengan refleksi perjalanan panjang BSMI dalam kontribusinya pada misi kemanusiaan. Diawali sambutan Ketua Umum DPN BSMI, Muhamad Djazuli Ambari, SKM, M.Si. Ia menegaskan bahwa usia 23 tahun bukan sekadar angka, melainkan momentum untuk terus memerkuat peran lembaga itu dalam menjawab tantangan global.
“Peran BSMI semakin vital di tengah dunia yang menghadapi tantangan kemanusiaan dan krisis yang kompleks. Kita dituntut untuk bersikap tegas dan hadir dengan solusi. BSMI tetap menjadi mitra aktif Kementerian Kesehatan, termasuk untuk saudara kita di Palestina,” ujar dr. Djazuli dengan penuh keyakinan.
Sambutan selanjutnya dari Ketua MPA BSMI, Prof. Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS. Ia memberikan penghormatan tulus kepada seluruh relawan yang telah berjuang tanpa pamrih selama dua dekade lebih.
“Dua puluh tiga tahun adalah waktu yang panjang. Saya izinkan diri saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya untuk para relawan. Mereka hadir di mana masyarakat membutuhkan. Kami bukan pahlawan. (Kami) hanya orang biasa yang melayani umat. Jika saya tak sempat memberi apresiasi di dunia, semoga Allah catat itu sebagai amal yang menyelamatkan kalian di akhirat,” ungkap dr. Basuki dengan mata berkaca-kaca.
Upaya Tingkatkan Kesadaran dan Kepedulian terhadap Palestina Lewat Baitul Maqdis Camp 2025
Acara dilanjutkan dengan sesi sharing dan nasihat yang menggugah hati dari tokoh-tokoh penting. Di antaranya adalah Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim; dr. Djazuli; dr. PritA, Sp.OG; dr. Dany; serta perwakilan dari Kementerian Kesehatan RI.
Prof. Sudarnoto menggarisbawahi bahwa situasi di Gaza bukan hanya krisis lokal, tetapi sudah menjadi ancaman terhadap stabilitas keamanan global. “Situasi Gaza sangat mengkhawatirkan. Persiapan bukan sekadar logistik, tetapi juga kesiapan hati, ilmu, dan dukungan keluarga. Kita tidak pernah tahu apakah akan kembali, tetapi yakinlah, pertolongan Allah selalu dekat,” pesannya penuh keteduhan.
Salah satu suara paling menyentuh datang dari dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG. Ia adalah seorang dokter spesialis kandungan yang baru saja menyelesaikan misi kemanusiaan selama 12 hari di Gaza. Ia menggambarkan betapa buruknya kondisi di sana, terutama bagi perempuan. “Di Gaza, makanan tidak ada, rumah sakit porak poranda.
Perempuan di sana menyebut haid sebagai ‘neraka’ karena mereka bahkan kesulitan mendapatkan pembalut. Padahal haid adalah sesuatu yang tidak bisa mereka tolak. Ini bukan sekadar soal medis, ini soal kemanusiaan,” tuturnya lirih. Sementara itu, melalui Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Agus Jamaludin, SKM, M.Kes, Kementerian Kesehatan RI turut mendukung keberangkatan EMT 3 BSMI ke Gaza dan menegaskan bahwa pemerintah terus berkoordinasi untuk pengiriman bantuan secara berkelanjutan.
Acara lantas ditutup dengan doa bersama dan pelepasan EMT 3 yang akan mengemban tugas mulia di tanah para syuhada. Misi ini diharapkan menjadi bukti nyata bahwa Indonesia, melalui BSMI, terus menyuarakan keberpihakan pada keadilan dan kemanusiaan dunia.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!