“Masjid Al-Aqsa berada di tanah Syam… di kota Al-Quds, tempat para singa di hutan belantara.”
— At-Tuhfah Al-Maqdisiyyah, Bait ke-4
Ada satu tempat yang disebut di dalam Al Qur’an sebagai “diberkahi sekelilingnya". Tempat itu berada bukan di Makkah, bukan di Madinah, tetapi di sebuah kota yang hingga hari ini tak pernah sepi dari konflik, yaitu Al-Quds, rumah bagi kaum muslimin.
Namun, tahukah kita, tempat ini tak sekadar penting secara sejarah atau politik? Tempat ini mulia. Di dalam syair At-Tuhfah Al-Maqdisiyyah, bait demi baitnya membimbing kita untuk melihat kemuliaan Al-Quds dari lensa wahyu dan iman.
Tiga Bait yang Menyentuh Makna Tempat
Bait 4:
Masjid Al-Aqsa berada di tanah Syam… di kota Al-Quds, tempat para singa di hutan belantara.
Bait 5:
Tanah yang dituju oleh Khalil (Ibrahim) dan Luth… tanah yang mulia dan disucikan dengan anugerah.
Bait 6:
Tempat terbaik di muka bumi menurut syariat Nabi… setelah Makkah dan Madinah.

Syam: Tempat Para Singa, Bukan Tanah Biasa
Al-Quds berada di tanah Syam, ialah tanah yang diberkahi Allah Swt, menjadi rumah bagi para nabi, dan tak pernah sepi dari sejarah panjang perjuangan.
Syair di bait keempat menggambarkan Al-Quds sebagai “tempat para singa di hutan belantara”. Ini bukan sembarang kiasan. Maksudnya, di kota ini selalu ada pejuang, senantiasa ada mujahid yang menjaga kehormatan Masjid Al-Aqsa dengan kesabaran dan keteguhan yang luar biasa.
Dari masa Umar bin Khattab, Shalahuddin Al-Ayyubi, hingga para pemuda hari ini, Al-Quds selalu melahirkan jiwa ksatria dan pemberani.

Di dalam bait kelima, kita diajak menengok ke masa silam: Ketika Nabi Ibrahim as datang dan berdakwah di tanah ini. Nabi Luth as pun demikian. Bahkan, setelah mereka, para nabi lainnya pun menginjakkan kaki dan menyebar cahaya tauhid dari sini.
Masih kurang? Inilah kehormatan-kehormatan yang dimiliki Al-Quds:
- Nabi Ibrahim menetap dan menyeru tauhid
- Nabi Luth berlindung dan memeringatkan kaumnya
- Nabi Daud dan Sulaiman memerintah dengan keadilan
- Dan Nabi Muhammad ﷺ memimpin seluruh nabi dalam shalat di Masjid Al-Aqsa saat Isra’. Dan para nabi lainnya yang sangat banyak.
Ibnu Katsir menulis, “Tidak ada negeri yang lebih banyak diziarahi dan didiami para rasul selain Baitul Maqdis.”
Jadi, jika ada tempat yang betul-betul menyimpan jejak langit, maka Al-Quds-lah tempatnya.

Bukan Urutan Ketiga, tetapi Semuanya Utama
Di dalam bait keenam disebutkan bahwa Al-Aqsa adalah tempat terbaik ketiga dalam Islam, setelah Makkah dan Madinah. Tetapi jangan salah mengerti, meski pun urutannya di posisi kesatu, kedua, dan ketiga, tetapi semuanya adalah tempat utama di hati orang beriman.
Allah Swt menyebutnya langsung di dalam Al Qur’an: “…Masjidil Aqsa yang Kami berkahi sekelilingnya…” (QS. Al-Isra’: 1).
Imam Al-Qurtubi menyebut tanah ini sebagai tempat yang dipilih Allah untuk menyebarkan cahaya risalah. Sementara Ibnu Taimiyah dengan tegas menyatakan, “Tidak ada tempat di bumi yang menyamai keutamaan Baitul Maqdis setelah Makkah dan Madinah”.
Jika Makkah adalah titik lahirnya risalah, dan Madinah ialah tempat ia tumbuh menjadi peradaban, maka Al-Quds adalah tempat langit dan bumi bertemu. Tempat di mana Nabi ﷺ memimpin shalat para nabi. Tempat di mana beliau mengawali perjalanannya menuju Sidratul Muntaha.

Tetapi hari ini, berapa banyak dari kita yang benar-benar menyadari tentang keutamaannya? Atau jangan-jangan mereka sudah tidak peduli lagi?
Tempat itu masih ada. Tetapi ia tidak hanya menunggu dikenang. Ia harus dibela.
“Tempat terbaik di muka bumi menurut syariat Nabi… setelah Makkah dan Madinah”.
Kalau para nabi begitu dekat dengan tanah ini, bagaimana dengan kita?
Jangan sampai Al-Quds hanya menjadi nama yang kita tahu… tetapi tidak kita bela.
Jangan sampai Al-Aqsa hanya hadir dalam khutbah… tetapi hilang dari hati kita.
Al-Quds tidak butuh banyak retorika. Ia hanya butuh umat yang kembali sadar bahwa tempat itu adalah bagian dari iman kita sendiri.
Catatan: Artikel ini diadaptasi dari bait 4–6 Mandhumah At-Tuhfah Al-Maqdisiyyah karya Dr. Al-Bashir Issom Al-Marokishi, dengan penjelasan oleh Rifqi Rashidi, Lc, MA (Penerjemah At-Tuhfah Al-Maqdisiyyah)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!